Jumat, 27 November 2015

Menjawab salam Non Muslim

Suatu hari saya mendapati seorang anak kecil non muslim mengucapkan assalamu’alaikum lalu si empunya rumah malah menjawab “lain kali gak usak ngucapin salam!”. Saya menegur ibu tersebut bahwa Rasulullah SAW dulu menjawab salam ahlul kitab. Namun ibu tersebut bersikeras bahwa sejak dahulu gurunya mengajari tak boleh menjawab salam dari non muslim, dan katanya dalam ceramah sering mendengar juga hal tersebut.

Terlepas dari benar atau tidak ada ustad atau guru yang mengajari untuk tidak menjawab salam non muslim, namun Al-Qur’an mengajarkan kita untuk membalas setiap penghormatan (dari siapapun karena tak disebutkan bahwa hal itu khusus bagi muslim) dengan penghormatan yang lebih baik, dan minimal seimbang / serupa dengan penghormatan yang kita terima.

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu” (Q.S. An-Nisaa’ [4] : 86)

Penghormatan yang dimaksud pada ayat ini tidak terbatas pada masalah salam saja, melainkan juga pemberian hadiah, penghargaan, senyuman, pujian, basa basi, dan segala bentuk penghormatan lainnya kecuali jika hal itu ada yang berkonotasi syirik atau melampaui batas yang diajarkan Islam, seperti panggilan raja diraja, sang penguasa jagat, atau menghadiri ibadat non muslim, membiarkan kemaksiatan dll.

Sejak dahulu pula kaum non muslim Yahudi dan Nasrani mengucapkan salam di antara sesama mereka dan juga kepada Nabi saw dan orang muslim. Dan Rasulullah saw mencontohkan untuk menjawab salam non muslim dengan ucapan wa’alaikum (artinya : dan bagimu juga demikian).

Dari Anas bin Malik r.a. berkata Rasulullah saw bersabda: “ Apabila Ahli Kitab mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah: Wa`alaikum. (H.R. Muslim No.4024)

Memang dalam hal ini ada perbedaan menjawab salam kepada non muslim dan kepada sesama muslim. Jika kepada sesama muslim kita menjawab lengkap : “assalamu’alaikum” sedangkan kepada non muslim cukup : “wa’alaikum” atau “wa’alaika”.

Hal ini dikarenakan orang non muslim bisa jadi tidak fasih dan salah mengucapkan bahasa arab sehingga maknanya menjadi lain , bisa jadi maknanya menjadi keburukan, sehingga kita cukup menjawab “bagi mu juga” atau “demikian juga untuk mu”. Pada jaman Rasulullah saw dulu, orang Yahudi ada yang sengaja memlesetkan ucapan assalamu’alaikum ini menjadi “assamu’alaikum” (kematian atas kamu) sebagaimana hadits berikut :

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang Yahudi itu bila mengucapkan salam kepada kalian mereka mengucapkan: “Assaamu `alaikum” (kematian atas kalian), maka jawablah dengan: “Wa`alaka” (semoga menipa kamu). (H.R. Muslim No.4026)

Walaupun demikian, Rasulullah saw melarang Aisyah r.a. yang membalas plesetan salam orang Yahudi itu dengan doa yang sama buruknya.

Dari Aisyah r.a. : Sekelompok orang Yahudi meminta izin untuk menemui Rasulullah saw. lalu mereka mengucapkan: “Assaamu `alaikum” (kematian atas kalian). Aisyah menyahut: “Bal `alaikumus saam” (sebaliknya semoga kalianlah yang mendapatkan kematian). Rasulullah saw. menegur: Hai Aisyah, Sesungguhnya Allah menyukai keramahan dalam segala hal. Aisyah berkata: Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka ucapkan? Rasulullah saw. bersabda: Aku telah menjawab: “Wa `alakum” (semoga menimpa kalian). (H.R. Muslim No.4027)

Namun demikian kita dilarang untuk duluan mengucap salam kepada non-muslim.

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kalian memulai salam kepada orang Yahudi dan Nasrani” (H.R. Muslim Jilid 1 No. 191)

Rasulullah saw juga sangat santun dan menghargai orang walaupun kepada anak-anak.

Rasulullah saw. pernah melewati anak-anak lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka. (H.R. Muslim No.4031)

Sebenarnya adab yang benar adalah yang muda harus lebih dahulu mengucapkan salam pada yang tua. Walaupun demikian, beliau mendahului mengucap salam kepada anak-anak sebagai bentuk pengajaran dan contoh kepada anak-anak agar kelak mereka mau mengucapkan salam lebih dulu.

Hendaklah yang muda mendahului memberi salam kepada yang tua, yang lewat kepada yang duduk, dan yang berjumlah sediki kepada yang lebih banyak (H.R. Bukhari)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda : “Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih banyak”. (H.R. Muslim No.4019)


MENJAWAB SALAM KEPADA NON MUSLIM”

    junaidi says:
    February 20, 2013 at 10:48 pm

    Manusia buta hatinya
    Assalamu’alaikum ………..Wr.Wb.
    Hai manusia! Kesucian jiwa itu tidak akan engkau dapatkan sebelum engkau mengenal kepada Allah. Jika engkau kenal kepada Allah maka Allahlah yang akan mensucikan jiwamu. Kenalilah Allah hai manusia sebelum engkau menemui kematian, sebelum Sakaratul Maut menjemputmu. Jika engkau belum mengenal akan Allah sedangkan kematian itu telah datang kepadamu maka kerugianlah yang akan engkau dapatkan.
    Firman Allah :
    “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”.(QS, Al Israa’ : 72) Buta berarti tidak melihat, tidak tau berarti tidak kenal, jika tidak kenal bagaimana mungkin engkau bisa mengatakan cinta kepada yang dicintai jika engkau sendiri tidak mengenalnya dan tidak melihatnya. kalau sudah demikian tidaklah rasa cinta itu mendapat ketenangan jiwa karna tidak mengenalnya maka itulah yang dinamakan “CINTA BUTA”. ……..
    Karna hanya meyakini bahwa Allah itu ada tetapi tidak mengetahui (mengenal Allah )
    ” Rosulullah Saw bersabda : “Seseorang itu beserta dengan siapa yang ia cintai”.
    Jika cintanya kepada Allah dan Rasul Nya karena mengenal kepada Allah dan Rosul Nya maka ia akan beserta yang ia cintai. Tetapi jika ia mencintai sedangkan ia sendiri tidak kenal kepada yang dicintai, lalu kemanakah ia mengalamatkan dzikir?…….Dan beserta siapakah ia?…….Justru itu Allah memperingatkan kita dalam hadits qudsi : Awwaluddin ma’rifatullah = Awal agama hendaknya mengenal Allah.
    Kalau berdzikir menyebut Asma Allah dan seluruh nama yang terdapat pada Asmaul husna itu semua manusia bisa kecuali orang bisu karna kita tidak mendengar suaranya . oleh karena itu gunakan akal, pikir, pengetahuan yang sudah ada untuk mengkaji Ilmu Allah jangan sampai kita sesat menyembah Asma ( nama ) karna semesta Alam ini dipenuhi dengan nama jangan sampai kita keliru tersesat di alam yang terang .Perhatikan dibawah ini
    Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi ?…
    tentu mereka menjawab “Allah“ katakan segala puji bagi Allah ; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (QS, Luqman’ : 25)
    Walaupun kita sudah menjawab dengan Benar “Allah” yang menciptakan langit dan bumi namun kata Allah itu hanya segala puji . Kemudian renungkanlah kalimat yang berbunyi ( tetapi kebanyakan mereka tidak megetahui ) ini sudah jelas kita wajib mengetahui / mengenal Allah.
    wassalamu’alaikum ……wr. wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar