Asal Usul Bahasa Semit
Bab 1
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Pada dasarnya bahasa lahir seiring dengan lahirnya manusia. Kehadiran manusia di dunia sudah sangat lama.Dalam studi bahasa, orang beramsumsi bahwa manusia telah mengenal bahasa sejak masa lalu. Karena bahasa merupakan simbol yang membedakan manusia dari segala jenis ciptaan Allah yang lainnya. Bahasa merupakan sebuah sistem yang digunakan manusia untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam ilmu bahasa/linguistik, yang dimaksud oleh bahasa adalah system tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para kelompok masyarakat Tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi dan berindentifikasi diri.
Bahasa dalam keadaannya bersifat abstrak, karena tidak bias langsung dicapai oleh pengamat tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan buku tata bahasa. Menurut pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul dalam bentuk tindak atau tingka tutur individual (individual act of speech). Dapat disimpulkan wujud bahasa ialah bahasa lisan
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan makalah ini maka penulis akan memaparkan beberapa permasalahan yang layak menjadi pertanyaan dan kemudian akan di jelaskan yaitu sebagai berikut:
Bab 2
Pembahasan
A. Sekilas Bahasa Semit
Bahasa Semit merupakan sebuah kelompok bahasa yang dipertuturkan oleh lebih dari 200 juta jiwa, terutama di Timur Tengah, Afrika Utara dan Afrika Timur. Rumpun ini merupakan cabang dari rumpun timur laut bahasa Afro-Asia dan merupakan satu-satunya cabang yang juga dipertuturkan di Asia.
Bahasa Semit yang paling luas dan paling banyak dipertuturkan adalah bahasa Arab (206 juta), bahasa Amhar (27 juta), bahasa Ibrani (7 juta), dan bahasa Tigrinya (6,8 juta). Bahasa-bahasa Semit termasuk bahasa-bahasa yang sudah awal dituliskan dengan bahasa Akkadia pada awal millennium ketiga SM (sebelum Masehi).
Sebelum sampai pada pengertian bahasa Semit, saya akan mengutip sebuah perkataan Ibnu Katsir yang mengatakan bahwa seluruh bani adam di bumi berasal dari tiga anak Nabi Nuh As yang tersisa yakni Yafits, Sam dan Ham (adapun Kan’an meninggal dalam bahtera banjir). Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sam adalah bapak orang Arab, Ham adalah bapak orang Habsyi, dan Yafits adalah bapak orang Romawi.[2]”
Yang dimaksud dengan bangsa Semit adalah bangsa yang merupakan keturunan Sam bin Nuh As. Ada beberapa teori yang menjelaskan asal-usul bangsa Semit, di antara sebagai berikut:[3]
1. Teori Afrika
Teori Afrika ini dikemukakan oleh Theodor Noldeke. Ia mengatakan bahwa “ Keserumpunan Bangsa Semit dan Bangsa Hemit menunjukkan bahwa kawasan asal Bangsa Semit adalah Afrika ”. Bangsa Hemit adalah penduduk asli Afrika. Theodor Noldeke mendasarkan teorinya ini pada kesamaan bentuk fisik antara Bangsa Semit dan Bangsa Hemit. Kesamaan bentuk fisik dari kedua bangsa tersebut yaitu mereka sama-sama memiliki ukuran tulang betis yang kecil dan keduanya memiliki bentuk rambut yang keriting.
2 Teori Armenia
teori ini dikemukakan oleh seorang peneliti dari Perancis yang bernama Ernest Renan. Bersama pendukungnya ia mengatakan bahwa bangsa Semit datang dari tempat-tempat tertentu dari bangsa Armenia. Pendapat ini bersumber dari Genesis. Ia juga mengatakan bahwa bahasa semit berasal dari kawasan Armenia. Ia mendasarkan teorinya pada isi Kitab perjanjian Lama (Bible).
3. Teori Babilonia
teori ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yang bernama Ignatius Guidi dan Frest Hummel. mereka mengatakan dalam tulisannya yang diterbitkan tahun 1879 " Kawasan asal bangsa semit adalah hilir sungai Eufrat yaitu lembah Daratan Irak (Babilonia). mereka mendasarkan teorinya ini dengan ditemukannya kesamaan sebagian besar nama-nama dan istilah dai Babilonia lebih dekat dengan Bahasa Akkadia.
4. Teori Arab.
Tokohnya antara lain adalah Sprenger, de Goideh, Keitani, dan D. Moscati. Mereka berpendapat bahwa Jazirah Arabia adalah buaian (tempat kelahiran) pertama bangsa Semitik. Mereka menunjukkan bukti-bukti yang sangat kuat diantaranya: Jika sejarah menyebutkan bahwa bangsa Semit hidup di luar Jazirah Arab, maka pernyataan itu dapat diterima, akan tetapi mereka tinggal di sana setelah berimigrasi dari Jazirah Arab. Karena dalam sejarah juga disebutkan bahwa kawasan subur di antara dua sungai Tigris dan Eufrat selalu didatangi oleh berbagai suku Badwi (nomaden) yang datang dari kawasan padang pasir Arab, sampai akhirnya kawasan ini bahkan kawasan Asia Barat secara keseluruhan dan juga kawasan Afrika Utara dipenuhi oleh sejumlah besar manusia yang kemudian disebut dengan gelombang manusia Arab.
a. Pola imigrasi yang dilakukan oleh bangsa Semit kuno adalah sama. Semua bukti sejarah mengatakan bahwa mereka keluar dari Jazirah Arab menuju kawasan subur di sekitar mereka. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Jazirah Arab merupakan kawasan asal bangsa Semit.
b. Sejarah menunjukkan bahwa sejak periode awal sejarah ummat manusia semua kawasan di Timur tengah dihuni oleh bangsa bukan Semit, kecuali kawasan Jazirah Arab. Sejarah tidak pernah menyebutkan bahwa bangsa Akkadia adalah penduduk asli kawasan di antara Tigris dan Eufrat, tetapi sejarah menyebutkan bahwa bangsa Akkadia adalah orang asing yang datang ke sana dan menaklukkan penduduk asli yang dikenal dengan bangsa Sumeriy. Salah seorang Raja bangsa Semit di Irak, yaitu Sarjun I (2600 SM) menulis dalam sebuah artefak yang menunjukkan bahwa dia bersama keluarganya datang ke Irak dari kawasan Timur Jazirah Arab.
c. Para arkeolog telah menemukan sejumlah artefak yang ditulis dengan bahasa Sumeriy yang mengisyaratkan bahwa negara mereka selalu dalam keadaan bahaya oleh serangan suku-suku Aribu yang datang dari kawasan Barat atau Barat Daya.
d. Sejarah politik kuno menunjukkan bahwa penduduk padang pasir selalu berambisi untuk menguasai kawasan subur dan menduduki perkotaan dan kawasan sekitar wilayah mereka. Agar di sana mereka dapat hidup bercocok tanam dan bertani. Hal inilah yang membuat mereka menyerang kerajaan-kerajaan di sekitar wilayah mereka. Dan belum pernah ditemukan bukti sejarah yang mengatakan bahwa penduduk kawasan subur dan perkotaan berimigrasi ke kawasan padang pasir yang tandus.
teori yang paling sering dijadikan rujukan adalah teori yang menyebutkan bahwa bangsa Semit berasal dari Jazirah Arab. Teori ini dikemukakan oleh Esbiringer dkk. Mereka berpendapat bahwa Jazirah Arab merupakan kawasan asal bangsa Semit. Dari sanalah mereka berpencar ke berbagai kawasan sekitar yang lebih subur karna pada dasarnya bangsa ini selalu berpindah-pindah (Nomaden) dan berperadaban seperti ke kawasan di antara dua sungai Eufrat dan Tigris, Suria, Palestina, Etiopia, Afrika Utara, dan Mesir. Di sanalah mereka kemudian mendirikan negara-negara dan kerajaan-kerajaan.
B. Rumpun Bahasa Semit
Bahasa-bahasa Semitik secara umum terbagi dua: Semitik Timur dan Semitik Barat. Bahasa-bahasa Semitik Barat terbagai menjadi: Semitik Barat Daya dan Semitik Barat Laut[4].
Sementara Bahasa Semitik Timur adalah bahasa Akadia dengan dua cabangnya yaitu: bahasa Babilonia dan bahasa Asyiria. Bahasa Semitik Timur ini sampai ke tangan kita dalam bentuk prasasti-prasasti yang tertulis dengan tulisan paku di tanah kering. Prasasti terpenting antara lain adalah prasasti yang di dalamnya ada tertulis hukum Hamurabi yang merupakan aturan hukum paling tua di muka bumi. Wilayah tempat asal bahasa Semitik Timur adalah negeri di antara dua sungai Dajlah dan Furat di Irak.
Sementara bahasa Semitik Barat Laut terbagi kepada dua bahasa: Kan’aniyah dan Aramea. Yang pertama (Kan’aniyah) terbagi menjadi Kan’aniyah Utara dan Kan’aniyah Selatan. Yang utara diwakili oleh bahasa Ugaritik, yaitu sebuah dialek Kan’aniyah kuno, dipakai di kota Ugarit yang terletak lebih dari 12 km sebelah utara Latakia pantai Siria. bahasa Kan’aniyah Selatan mencakup bahasa Ibrani, bahasa Muabiyah, bahasa Finikiya, dan bahasa Eufritiya.
Bagian kedua dari bahasa Semitik Barat Laut adalah bahasa al-Ārāmiyah. Di antara dialek-dialek Ārāmiyah adalah apa yang dikenal dengan bahasa al-Mundā’iyah, yaitu dialek sekelompok ahli makrifah Kristen yang hingga saat ini masih ditemukan di selatan Irak. Dialek ini adalah dialek murni yang kata-kata dan strukturnya tidak bercampur dengan bahasa Ibrani atau bahasa-bahasa lain. Dialek Ārāmiyah yang paling penting adalah Siryāniyah
Bahasa Semitik Barat Daya, yang mencakup dua bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa Habasyah (Ethiopia). Habasyah adalah bahasa bangsa Semit yang keluar dari bagian selatan jazirah Arabia ke negara-negara yang berhadapan dengannya yaitu Habasyah, yang kemudian dijajahnya dan berasimilasi secara erat dengan penduduknya, orang-orang Hāmiyyin.Namun, belum ada yang mengetahui kapan bangsa Semitik ini migrasi ke sana. Kuat dugaan bahwa itu terjadi selama beberapa masa jauh sebelum kelahiran Nabi Isa as. bahasa mereka dinamakan Ja’ziyah sebagai nisbah kepada nama bangsu kuno, sebagaimana juga dinamakan dengan nama yang diambil sendiri oleh orang-orang habasyah dari bahasa Yunani, yaitu “Ethiopia”.
Sedangkan bahasa Arab terbagi menjadi dua: bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Yang pertama, di kalangan linguis Arab dikenal dengan bahasa Himyariyah, berasal dari Yaman dan selatan jazirah Arabia, terbagi menjadi dua dialek yaitu Saba’iyah dan Ma’iniyah. Dari kedua dialek ini banyak prasasti yang sampai ke tangan kita, berasal dari masa abad XII SM, dan abad VI M.
Sementara bahasa Arab Utara adalah bahasa pertengahan jazirah Arabia dan bagian utaranya. Bahasa inilah yang kita kenal dengan bahasa Arab fusha. Bahasa ini abadi karena menjadi media tulis kitab suci Al-Qurān sehingga ia tersebar luas, bahkan bahasa dunia yang paling luas tersebar ke mana-mana.
C. Ciri-Ciri Bahasa Rumpun Semit
3. Perbedaan di antara Bahasa Semit
Adapun perbedaan di antara bahasa semit dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:[6]
a) Dari Aspek Kaidah
Dari aspek ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk, di antaranya:
b) Dari Aspek Fonetik
Dari aspek fonetik perbedaan itu dapat dilihat dalam beberapa bentuk di antaranya:
Bahasa-bahasa Semit selalu berubah (berinflaksi)
d) Kosakata dan ketepatan
Bahasa-bahasa semit memiliki banyak kosakata, dengan banyak kata untuk satu objek.
e) Sintaks, gaya dan sastra
Dalam bahasa-bahasa semit sintaks terdiri dari kesederhanaan artikulasi dan kejelasan persepsi. Dalam bahasa arab kefasihan sering didefinisikan berdasarkan ketepatan, ketelitian, atau kejelasan. Keringkasan ungkapan merupakan kebajikan sastra dan memadatkan pengertian yang luas menjadi beberapa kata yang mudah dipahami dan dihafal merupakan kekuatan khas dari semua produk semit.
f) Tidak adanya kata gabungan
Bahasa-bahasa semit hampir tidak dijumpai kata gabungan[7].
D. Bahasa Arab Sebagai Rumpun Bahasa Semit
Tabir sejarah dan asal-usul bahasa Arab dapat di lacak pada masa sebelum atau setelah kedatangan Islam, meliha aspek historisnya ternyata bahasa Arab mempunyai persamaan dengan bahasa serumpun dengannya yang dituturkan oleh orang-orang Ibri, Habasyi, Aramiyyah dan selainnya. Bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa nasional yang masih bertaham di seluruh dunia Arab yaitu: Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Maghribi, Algeria, Arab Saudi dan selainnya. Titik tolak kemajuan dan perkembangan pesatnya bahasa Arab ini bermula sejak diturunkannya Al-Qurān dalam bahasa Arab yang merupakan mukjizat yang paling agung di dunia ini. Maka dari itu itu, bahasa Arab secara tidak langsung menjadi bahasa komunikasi seluruh umat Islam di dunia di samping hadis Rasulullah s.a.w diabadikan dalam bahasa Arab. Semua aspek keilmuan Islam dan penyebarabn dakwah islamiyah ke seluruh pelosok bumi ini, menggunakan medium bahsa arab baik itu bahasa lisan maupun tulisan[8].
Sedangkan bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Bahasa Arab Selatan disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu bahasa Sabuia dan bahasa Ma’inia. Tentang bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak yang merujuk pada abad ke 12 SM sampai abad ke 6 M.
Sedangkan bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut. Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini dan masa-masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Qurān turun dan menggunakan bahasa ini.
Dilihat dari prespektif silsilah keturunannya, para sejarawan membagi kaum-kaum Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Arab Ba'idah, Kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti ʿĀd, Tsamud, Thasm, Judais, 'Imlaq dan lain-lainnya.
2. Arab 'Aribah, Kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Qahthaniyah.
3. Arab Musta'ribah yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma'il, yang disebut pula 'Adnaniyah.
Bab 3
Kesimpulan
1. bahasa Semit adalah bahasa yang lahir dari kaum sammiyah yang mana berasal dari anak nabi Nuh yaitu Sam bin Nuh.
2. Dan adapun rumpun Bahasa-bahasa Semit secara umum terbagi dua: Semitik Timur dan Semitik Barat. Bahasa-bahasa Semitik Barat terbagai menjadi: Semitik Barat Daya dan Semitik Barat Laut sedangkan bahasa semit timur melahirkan bahasa Akkadia yang kemudian terbagi menjadi dua yaitu Babilonia dan Assiria.
3. Adapun perbedaan antara bahasa Semit dengan rumpun bahasanya:
g) Dari Aspek Kaidah.
h) Dari Aspek Fonetik
i) Tata bahasa
j) Kosakata dan ketepatan
k) Sintaks, gaya dan sastra
l) Tidak adanya kata gabungan.
Daftar Pustaka
al-Tawwāb, Ramḍān Abdul. Fusūlun fī Fiqhu al-‘Arabiyah. Cet. V; al-Qāhirah: al-Khānijī, 1997.
al-Wafiy, Abdul Ali al-Wahid. Fiqh al-Lughah. Kaherah: Dar al-Nahid, t. th.
Ulmann, Stephen. Semantics An Introduction to the Science of Meaning. Diterjemahkan, Sumarsono, Pengantar Semantik, Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa20Rumpun%20Semit%20_%20catatan%20riri.
htm.
file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa%20Semit%20_%20ONLYQURAN.htm
http://warokakmaly.blogspot.com/2012/03/sejarah-bahasa-semit-dan-ciri-cirinya.html, Atlas Sejarah Dunia Islam (c,d,e dan f).
http. Downloads/asal-mula-bahasa-samiyah.html
http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2010/11/sejarah-bahasa-arab.html.
[1] Stephen Ulmann, Semantics An Introduction to the Science of Meaning, Diterjemahkan, Sumarsono, Pengantar Semantik (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), h. 13.
[2] file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa- 20Rumpun%20Semit%20_%20catatan%20riri.htm.
2 http. Downloads/asal-mula-bahasa-samiyah.html
[4] Ramḍān Abdul al-Tawwāb. Fusūlun fī Fiqhu al-‘Arabiyah (Cet. V; al-Qāhirah: al-Khānijī, 1997), h. 25-35.
[5] file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa%20Semit%20_%20ONLYQURAN.htm
[6] ibid., h. 112-113.
[7]http://warokakmaly.blogspot.com/2012/03/sejarah-bahasa-semit-dan-ciri-cirinya.html, Atlas Sejarah Dunia Islam (c,d,e dan f).
[8] http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2010/11/sejarah-bahasa-arab.html.
Diposkan oleh Nirmala Al-Khair di 01.20 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Bab 1
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Pada dasarnya bahasa lahir seiring dengan lahirnya manusia. Kehadiran manusia di dunia sudah sangat lama.Dalam studi bahasa, orang beramsumsi bahwa manusia telah mengenal bahasa sejak masa lalu. Karena bahasa merupakan simbol yang membedakan manusia dari segala jenis ciptaan Allah yang lainnya. Bahasa merupakan sebuah sistem yang digunakan manusia untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam ilmu bahasa/linguistik, yang dimaksud oleh bahasa adalah system tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para kelompok masyarakat Tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi dan berindentifikasi diri.
Bahasa dalam keadaannya bersifat abstrak, karena tidak bias langsung dicapai oleh pengamat tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan buku tata bahasa. Menurut pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul dalam bentuk tindak atau tingka tutur individual (individual act of speech). Dapat disimpulkan wujud bahasa ialah bahasa lisan
- [1]. namun, setiap bahasa memiliki struktur yang beragam dalam berbagai aspek, terutama dalam rumusan, kaidah-kaidah yang terbangun dan bahkan sampai historis terbentukanya sebuah bahasa tersebut. Apakah bahasa tersebut terambil dari sebuah letak geografis atau etnik yang bersangkutan, asumsi-asumsi tersebut hingga sekarang masih sering di pertanyakan para peneliti bahasa yang bersifat universal.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan makalah ini maka penulis akan memaparkan beberapa permasalahan yang layak menjadi pertanyaan dan kemudian akan di jelaskan yaitu sebagai berikut:
- 1. Sekilas tentang historis bahasa semit
- 2. Bagaimana hadirnya bahasa Arab yg merupakan rumpun bhsa Semit
Bab 2
Pembahasan
A. Sekilas Bahasa Semit
Bahasa Semit merupakan sebuah kelompok bahasa yang dipertuturkan oleh lebih dari 200 juta jiwa, terutama di Timur Tengah, Afrika Utara dan Afrika Timur. Rumpun ini merupakan cabang dari rumpun timur laut bahasa Afro-Asia dan merupakan satu-satunya cabang yang juga dipertuturkan di Asia.
Bahasa Semit yang paling luas dan paling banyak dipertuturkan adalah bahasa Arab (206 juta), bahasa Amhar (27 juta), bahasa Ibrani (7 juta), dan bahasa Tigrinya (6,8 juta). Bahasa-bahasa Semit termasuk bahasa-bahasa yang sudah awal dituliskan dengan bahasa Akkadia pada awal millennium ketiga SM (sebelum Masehi).
Sebelum sampai pada pengertian bahasa Semit, saya akan mengutip sebuah perkataan Ibnu Katsir yang mengatakan bahwa seluruh bani adam di bumi berasal dari tiga anak Nabi Nuh As yang tersisa yakni Yafits, Sam dan Ham (adapun Kan’an meninggal dalam bahtera banjir). Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sam adalah bapak orang Arab, Ham adalah bapak orang Habsyi, dan Yafits adalah bapak orang Romawi.[2]”
Yang dimaksud dengan bangsa Semit adalah bangsa yang merupakan keturunan Sam bin Nuh As. Ada beberapa teori yang menjelaskan asal-usul bangsa Semit, di antara sebagai berikut:[3]
1. Teori Afrika
Teori Afrika ini dikemukakan oleh Theodor Noldeke. Ia mengatakan bahwa “ Keserumpunan Bangsa Semit dan Bangsa Hemit menunjukkan bahwa kawasan asal Bangsa Semit adalah Afrika ”. Bangsa Hemit adalah penduduk asli Afrika. Theodor Noldeke mendasarkan teorinya ini pada kesamaan bentuk fisik antara Bangsa Semit dan Bangsa Hemit. Kesamaan bentuk fisik dari kedua bangsa tersebut yaitu mereka sama-sama memiliki ukuran tulang betis yang kecil dan keduanya memiliki bentuk rambut yang keriting.
2 Teori Armenia
teori ini dikemukakan oleh seorang peneliti dari Perancis yang bernama Ernest Renan. Bersama pendukungnya ia mengatakan bahwa bangsa Semit datang dari tempat-tempat tertentu dari bangsa Armenia. Pendapat ini bersumber dari Genesis. Ia juga mengatakan bahwa bahasa semit berasal dari kawasan Armenia. Ia mendasarkan teorinya pada isi Kitab perjanjian Lama (Bible).
3. Teori Babilonia
teori ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yang bernama Ignatius Guidi dan Frest Hummel. mereka mengatakan dalam tulisannya yang diterbitkan tahun 1879 " Kawasan asal bangsa semit adalah hilir sungai Eufrat yaitu lembah Daratan Irak (Babilonia). mereka mendasarkan teorinya ini dengan ditemukannya kesamaan sebagian besar nama-nama dan istilah dai Babilonia lebih dekat dengan Bahasa Akkadia.
4. Teori Arab.
Tokohnya antara lain adalah Sprenger, de Goideh, Keitani, dan D. Moscati. Mereka berpendapat bahwa Jazirah Arabia adalah buaian (tempat kelahiran) pertama bangsa Semitik. Mereka menunjukkan bukti-bukti yang sangat kuat diantaranya: Jika sejarah menyebutkan bahwa bangsa Semit hidup di luar Jazirah Arab, maka pernyataan itu dapat diterima, akan tetapi mereka tinggal di sana setelah berimigrasi dari Jazirah Arab. Karena dalam sejarah juga disebutkan bahwa kawasan subur di antara dua sungai Tigris dan Eufrat selalu didatangi oleh berbagai suku Badwi (nomaden) yang datang dari kawasan padang pasir Arab, sampai akhirnya kawasan ini bahkan kawasan Asia Barat secara keseluruhan dan juga kawasan Afrika Utara dipenuhi oleh sejumlah besar manusia yang kemudian disebut dengan gelombang manusia Arab.
a. Pola imigrasi yang dilakukan oleh bangsa Semit kuno adalah sama. Semua bukti sejarah mengatakan bahwa mereka keluar dari Jazirah Arab menuju kawasan subur di sekitar mereka. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Jazirah Arab merupakan kawasan asal bangsa Semit.
b. Sejarah menunjukkan bahwa sejak periode awal sejarah ummat manusia semua kawasan di Timur tengah dihuni oleh bangsa bukan Semit, kecuali kawasan Jazirah Arab. Sejarah tidak pernah menyebutkan bahwa bangsa Akkadia adalah penduduk asli kawasan di antara Tigris dan Eufrat, tetapi sejarah menyebutkan bahwa bangsa Akkadia adalah orang asing yang datang ke sana dan menaklukkan penduduk asli yang dikenal dengan bangsa Sumeriy. Salah seorang Raja bangsa Semit di Irak, yaitu Sarjun I (2600 SM) menulis dalam sebuah artefak yang menunjukkan bahwa dia bersama keluarganya datang ke Irak dari kawasan Timur Jazirah Arab.
c. Para arkeolog telah menemukan sejumlah artefak yang ditulis dengan bahasa Sumeriy yang mengisyaratkan bahwa negara mereka selalu dalam keadaan bahaya oleh serangan suku-suku Aribu yang datang dari kawasan Barat atau Barat Daya.
d. Sejarah politik kuno menunjukkan bahwa penduduk padang pasir selalu berambisi untuk menguasai kawasan subur dan menduduki perkotaan dan kawasan sekitar wilayah mereka. Agar di sana mereka dapat hidup bercocok tanam dan bertani. Hal inilah yang membuat mereka menyerang kerajaan-kerajaan di sekitar wilayah mereka. Dan belum pernah ditemukan bukti sejarah yang mengatakan bahwa penduduk kawasan subur dan perkotaan berimigrasi ke kawasan padang pasir yang tandus.
teori yang paling sering dijadikan rujukan adalah teori yang menyebutkan bahwa bangsa Semit berasal dari Jazirah Arab. Teori ini dikemukakan oleh Esbiringer dkk. Mereka berpendapat bahwa Jazirah Arab merupakan kawasan asal bangsa Semit. Dari sanalah mereka berpencar ke berbagai kawasan sekitar yang lebih subur karna pada dasarnya bangsa ini selalu berpindah-pindah (Nomaden) dan berperadaban seperti ke kawasan di antara dua sungai Eufrat dan Tigris, Suria, Palestina, Etiopia, Afrika Utara, dan Mesir. Di sanalah mereka kemudian mendirikan negara-negara dan kerajaan-kerajaan.
B. Rumpun Bahasa Semit
Bahasa-bahasa Semitik secara umum terbagi dua: Semitik Timur dan Semitik Barat. Bahasa-bahasa Semitik Barat terbagai menjadi: Semitik Barat Daya dan Semitik Barat Laut[4].
Sementara Bahasa Semitik Timur adalah bahasa Akadia dengan dua cabangnya yaitu: bahasa Babilonia dan bahasa Asyiria. Bahasa Semitik Timur ini sampai ke tangan kita dalam bentuk prasasti-prasasti yang tertulis dengan tulisan paku di tanah kering. Prasasti terpenting antara lain adalah prasasti yang di dalamnya ada tertulis hukum Hamurabi yang merupakan aturan hukum paling tua di muka bumi. Wilayah tempat asal bahasa Semitik Timur adalah negeri di antara dua sungai Dajlah dan Furat di Irak.
Sementara bahasa Semitik Barat Laut terbagi kepada dua bahasa: Kan’aniyah dan Aramea. Yang pertama (Kan’aniyah) terbagi menjadi Kan’aniyah Utara dan Kan’aniyah Selatan. Yang utara diwakili oleh bahasa Ugaritik, yaitu sebuah dialek Kan’aniyah kuno, dipakai di kota Ugarit yang terletak lebih dari 12 km sebelah utara Latakia pantai Siria. bahasa Kan’aniyah Selatan mencakup bahasa Ibrani, bahasa Muabiyah, bahasa Finikiya, dan bahasa Eufritiya.
Bagian kedua dari bahasa Semitik Barat Laut adalah bahasa al-Ārāmiyah. Di antara dialek-dialek Ārāmiyah adalah apa yang dikenal dengan bahasa al-Mundā’iyah, yaitu dialek sekelompok ahli makrifah Kristen yang hingga saat ini masih ditemukan di selatan Irak. Dialek ini adalah dialek murni yang kata-kata dan strukturnya tidak bercampur dengan bahasa Ibrani atau bahasa-bahasa lain. Dialek Ārāmiyah yang paling penting adalah Siryāniyah
Bahasa Semitik Barat Daya, yang mencakup dua bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa Habasyah (Ethiopia). Habasyah adalah bahasa bangsa Semit yang keluar dari bagian selatan jazirah Arabia ke negara-negara yang berhadapan dengannya yaitu Habasyah, yang kemudian dijajahnya dan berasimilasi secara erat dengan penduduknya, orang-orang Hāmiyyin.Namun, belum ada yang mengetahui kapan bangsa Semitik ini migrasi ke sana. Kuat dugaan bahwa itu terjadi selama beberapa masa jauh sebelum kelahiran Nabi Isa as. bahasa mereka dinamakan Ja’ziyah sebagai nisbah kepada nama bangsu kuno, sebagaimana juga dinamakan dengan nama yang diambil sendiri oleh orang-orang habasyah dari bahasa Yunani, yaitu “Ethiopia”.
Sedangkan bahasa Arab terbagi menjadi dua: bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Yang pertama, di kalangan linguis Arab dikenal dengan bahasa Himyariyah, berasal dari Yaman dan selatan jazirah Arabia, terbagi menjadi dua dialek yaitu Saba’iyah dan Ma’iniyah. Dari kedua dialek ini banyak prasasti yang sampai ke tangan kita, berasal dari masa abad XII SM, dan abad VI M.
Sementara bahasa Arab Utara adalah bahasa pertengahan jazirah Arabia dan bagian utaranya. Bahasa inilah yang kita kenal dengan bahasa Arab fusha. Bahasa ini abadi karena menjadi media tulis kitab suci Al-Qurān sehingga ia tersebar luas, bahkan bahasa dunia yang paling luas tersebar ke mana-mana.
C. Ciri-Ciri Bahasa Rumpun Semit
- Memiliki huruf-huruf ق ـ ع ـ ظ ـ ط خ ـ ح . Huruf-huruf tersebut terdapat pula dalam bahasa Jerman dan Yunani yang diambil dari bahasa Semit.
- Pengucapan suatu kata dalam rumpun Semit ditentukan oleh harakat, sedangkan dalam bahasa Arian ditentukan oleh huruf-huruf yang berkedudukan seperti harakat/vokal.
- Kata-kata turunan dalam bahasa Semit yang diambil dengan jalan isytiqaq/derivasi tetap teratur urutannya sesuai dengan asalnya meskipun telah mengalami penambahan, pengurangan atau perubahan bentuk.
- Dalam bahasa Semit, tak ada kata majemuk yang sebenarnya yang terdiri dari dua kata kecuali sedikit sekali karena proses aneksi.
- Bahasa Semit berbeda dengan bahasa Arian dalam menentukan gender untuk kata nama, kata ganti, dan dalam penyesuaian terhadap kata kerja yaitu cara pengaitan kata ganti dengan kata benda, dengan kata kerja maupun dengan partikel.
- Kebanyakan kata asli Semit tersusun dari tiga huruf konsonan tanpa vokal. Sebagian lagi huruf yang ketiga berupa vokal atau huruf kedua didobelkan.
- Arti umum dari sebagian kata kerja yang terdiri dari tiga huruf dari bahasa Semit berpangkal pada arti yang terkandung dalam dua huruf pertama, sedangkan huruf yang ketiga berfungsi sebagai pembantu bagi arti –arti turunan.
3. Perbedaan di antara Bahasa Semit
Adapun perbedaan di antara bahasa semit dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:[6]
a) Dari Aspek Kaidah
Dari aspek ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk, di antaranya:
- Memakrifahkan kata, di mana setiap bahasa dalam rumpun bahasa semit memiliki perbedaan dalam memakrifahkan kata. Bahasa Arab menggunakan alif lam pada awal isim, Bahasa Ibriya memakai ha pada awal isim, Bahasa Sabak menggunakan huruf nun pada akhir kata, Bahasa Armenia menggunakan (ا ) pada akhir kata, Bahasa Syuria dan bahasa Habsy tidak terdapat cara memakrifahkan secara mutlak.
- Menentukan tanda jamak. Bahasa Ibriya menggunakan huruf يم untuk muzakkar dan و dan ت untuk muannats al-salim, Bahasa Arab menggunakan و dan ن ketika rafa`, ي dan ن ketika nashab dan khafad untuk muzakkar, dan ا dan ت untuk muannats al-salim dan bahasa Armenia menggunakan ين.
b) Dari Aspek Fonetik
Dari aspek fonetik perbedaan itu dapat dilihat dalam beberapa bentuk di antaranya:
- Bahasa Arab yang memiliki huruf ذ, غ, ظ, dan ض yang tidak terdapat dalam bahasa Ibriya.
- Dua fonetik Ibriya yaitu p ( ), dan v ( ) yang tidak terdapat di dalam bahasa Arab.
- Tidak terdapat ع , ق, dan س dalam bahasa Babilonia.
- Biasanya apabila dalam bahasa Ibriya berbentuk س maka dalam bahasa Arab dan Habsy berbentuk ش dan sebaliknya.
Bahasa-bahasa Semit selalu berubah (berinflaksi)
d) Kosakata dan ketepatan
Bahasa-bahasa semit memiliki banyak kosakata, dengan banyak kata untuk satu objek.
e) Sintaks, gaya dan sastra
Dalam bahasa-bahasa semit sintaks terdiri dari kesederhanaan artikulasi dan kejelasan persepsi. Dalam bahasa arab kefasihan sering didefinisikan berdasarkan ketepatan, ketelitian, atau kejelasan. Keringkasan ungkapan merupakan kebajikan sastra dan memadatkan pengertian yang luas menjadi beberapa kata yang mudah dipahami dan dihafal merupakan kekuatan khas dari semua produk semit.
f) Tidak adanya kata gabungan
Bahasa-bahasa semit hampir tidak dijumpai kata gabungan[7].
D. Bahasa Arab Sebagai Rumpun Bahasa Semit
Tabir sejarah dan asal-usul bahasa Arab dapat di lacak pada masa sebelum atau setelah kedatangan Islam, meliha aspek historisnya ternyata bahasa Arab mempunyai persamaan dengan bahasa serumpun dengannya yang dituturkan oleh orang-orang Ibri, Habasyi, Aramiyyah dan selainnya. Bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa nasional yang masih bertaham di seluruh dunia Arab yaitu: Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Maghribi, Algeria, Arab Saudi dan selainnya. Titik tolak kemajuan dan perkembangan pesatnya bahasa Arab ini bermula sejak diturunkannya Al-Qurān dalam bahasa Arab yang merupakan mukjizat yang paling agung di dunia ini. Maka dari itu itu, bahasa Arab secara tidak langsung menjadi bahasa komunikasi seluruh umat Islam di dunia di samping hadis Rasulullah s.a.w diabadikan dalam bahasa Arab. Semua aspek keilmuan Islam dan penyebarabn dakwah islamiyah ke seluruh pelosok bumi ini, menggunakan medium bahsa arab baik itu bahasa lisan maupun tulisan[8].
Sedangkan bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Bahasa Arab Selatan disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu bahasa Sabuia dan bahasa Ma’inia. Tentang bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak yang merujuk pada abad ke 12 SM sampai abad ke 6 M.
Sedangkan bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut. Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini dan masa-masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Qurān turun dan menggunakan bahasa ini.
Dilihat dari prespektif silsilah keturunannya, para sejarawan membagi kaum-kaum Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Arab Ba'idah, Kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti ʿĀd, Tsamud, Thasm, Judais, 'Imlaq dan lain-lainnya.
2. Arab 'Aribah, Kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Qahthaniyah.
3. Arab Musta'ribah yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma'il, yang disebut pula 'Adnaniyah.
Bab 3
Kesimpulan
1. bahasa Semit adalah bahasa yang lahir dari kaum sammiyah yang mana berasal dari anak nabi Nuh yaitu Sam bin Nuh.
2. Dan adapun rumpun Bahasa-bahasa Semit secara umum terbagi dua: Semitik Timur dan Semitik Barat. Bahasa-bahasa Semitik Barat terbagai menjadi: Semitik Barat Daya dan Semitik Barat Laut sedangkan bahasa semit timur melahirkan bahasa Akkadia yang kemudian terbagi menjadi dua yaitu Babilonia dan Assiria.
3. Adapun perbedaan antara bahasa Semit dengan rumpun bahasanya:
g) Dari Aspek Kaidah.
h) Dari Aspek Fonetik
i) Tata bahasa
j) Kosakata dan ketepatan
k) Sintaks, gaya dan sastra
l) Tidak adanya kata gabungan.
Daftar Pustaka
al-Tawwāb, Ramḍān Abdul. Fusūlun fī Fiqhu al-‘Arabiyah. Cet. V; al-Qāhirah: al-Khānijī, 1997.
al-Wafiy, Abdul Ali al-Wahid. Fiqh al-Lughah. Kaherah: Dar al-Nahid, t. th.
Ulmann, Stephen. Semantics An Introduction to the Science of Meaning. Diterjemahkan, Sumarsono, Pengantar Semantik, Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa20Rumpun%20Semit%20_%20catatan%20riri.
htm.
file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa%20Semit%20_%20ONLYQURAN.htm
http://warokakmaly.blogspot.com/2012/03/sejarah-bahasa-semit-dan-ciri-cirinya.html, Atlas Sejarah Dunia Islam (c,d,e dan f).
http. Downloads/asal-mula-bahasa-samiyah.html
http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2010/11/sejarah-bahasa-arab.html.
[1] Stephen Ulmann, Semantics An Introduction to the Science of Meaning, Diterjemahkan, Sumarsono, Pengantar Semantik (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), h. 13.
[2] file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa- 20Rumpun%20Semit%20_%20catatan%20riri.htm.
2 http. Downloads/asal-mula-bahasa-samiyah.html
[4] Ramḍān Abdul al-Tawwāb. Fusūlun fī Fiqhu al-‘Arabiyah (Cet. V; al-Qāhirah: al-Khānijī, 1997), h. 25-35.
[5] file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa%20Semit%20_%20ONLYQURAN.htm
[6] ibid., h. 112-113.
[7]http://warokakmaly.blogspot.com/2012/03/sejarah-bahasa-semit-dan-ciri-cirinya.html, Atlas Sejarah Dunia Islam (c,d,e dan f).
[8] http://ukonpurkonudin.blogspot.com/2010/11/sejarah-bahasa-arab.html.
Diposkan oleh Nirmala Al-Khair di 01.20 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar