Jumat, 30 Oktober 2015

Austronesia


Prasejarah dan sejarah Bangsa Austronesia Oleh:

Chaumont Devin, Ka'u, Hawai'i

1. Pendahuluan.
Manusia dari awalnya pelaut adanya. Ahli2 arkeologi dan anthropologi sekarang menaksir bahwa makhluk yang mereka menamakan Homo sapiens sapiens, yakni kita2 ini, telah berada di permukaan bumi sejak sekitar 120 ribu tahun lalu, dan sebelum itu ada sejenis makhluk lain yang mirip kita, yang bernama Homo neanderthalensis.

Lalu dari 120 ribu tahun adanya kita ini, ternyata kita telah belayar selama sekurang2nya 60 ribu tahun. Dari mana kita bisa tahu? Karena di Benua Australia peneliti2 temukan kerangka manusia seperti kita yang umurnya sudah di atas 60 ribu tahun. Kemudian ahli2 geologi menyatakan bahwa tidak pernah ada daratan yang menghubungkan Benua Australia dengan daratan Asia, sedangkan manusia Australia berasal dari Afrika atau Asia.

Nah, sebelum kita maju lebih jauh, sebaiknya beta terangkan lebih dulu sedikit mengenai bagaimana orang berani katakan, misalnya, "Oh, umur kerangka itu sudah di atas 60 ribu tahun." Ada banyak cara yang digunakan untuk menentukan umur sesuatu, semuanya berdasarkan perobahan kekecilan yang terjadi padanya.

Misalnya untuk ukiran2 batu, ada orang yang tahu mengukur tebalnya lapisan lumut (lichenometry) yang ada padanya.
Lalu ada cara2 yang bisa menentukan umur dengan tepat sekali, dan ada pula yang tidak begitu tepat.

Misalnya kita bisa taksir lamanya sebila pisau tidak dipakai berdasarkan karat yang ada padanya, atau berapa lama penghuni rumah belum bersihkan lemari dari tebal abunya, dsb. Tapi cara2 begini hanya bisa dipakai untuk ukuran kasaran saja, dan tidak dapat diharapkan untuk mengetahui jangka2 waktu dengan persisnya.

Yang biasa digunakan untuk kerangka manusia dan benda2 yang pernah hidup adalah suatu cara yang dinamakan "carbon dating," atau "radio carbon dating." Cara ini berdasarkan hal makhluk2 yang hidup, selagi masih hidup, mempunyai kadar carbon14 yang diketahui. Lalu kalau sudah mati, kadar carbon14-nya berangsur2 menurun dengan kecepatan yang juga diketahui.Oleh karena itu, berdasarkan kadar carbon14 yang tinggal pada sepenggal kayu atau tulang, orang yang mengerti ilmupastinya bisa perkirakan matinya sudah kira2 berapa puluh tahun atau berapa abad. Proses ini memerlukan mesin2 dan teknik2 yang halus sekali untuk menentukan kadar carbon14-nya, tapi bukan tempatnya beta terangkan semua itu di sini. Lalu proses "carbon dating" ini akan beta pakai sebagai dasar untuk menaksir tanggal2 barang di mana karangan ini menyinggung kejadian2 yang tidak ada dokumen tertulisnya dengan catatan "c14." SEPATA KATA AWASAN:

Karangan ini singkat sekali dan kurang sekali detail2 penting karena beberapa perkara. Pertama2 adalah kemiskinan bahan sejarah (kekurangan karangan2 yang dapat mengisi detail2 sejarah). Kedua adalah kekurangan resersi (masih kurang sekali penggalian2 arkeologis di seluruh kepulauan Austronesia, yakni lautan2 Pasifik dan Hindia). Dan ketiga adalah kecilnya karangan ini, juga waktu yang tidak cukup untuk memeriksa semua bahan yang ada.
Namun demikian, melihat kekurangan terbitan2 sejarah yang sekarang ada dalam Bahasa Indonesia, mungkin karangan ini akan berguna juga.

2. Asal Mula Bangsa Austronesia.

Menurut peneliti2 arkeologi dari USA dan Eropa, maka sesudah sekitar 12 ribu tahun lalu (10 ribu tahun sebelum tarikh masehi), ada suatu bangsa yang muncul di pesisir2 tenggara Tiongkok dan di Pulau Taiwan yang mereka menamakan bangsa "Austronesia," dari bahasa Yunani "austr," artinya "selatan," dan "nesos," berarti "pulau," karena bangsa ini akhirnya banyak di pulau2 lautan Hindia dan Pasifik Selatan. Ada peneliti2 Indonesia yang bantah teori ini, katanya orang2 Austronesia bukan berasal dari Taiwan melainkan dari Indonesia, dan sebagai bahan bukti ada peninggalan2 Homo erectus dari Pulau Jawa dll.Beta sendiri (si penulis) belum yakin benarnya satupun pendapat ini, behkan beta kira mungkin juga bangsa Austronesia mulai muncul di Kepulauan Melanesia, karena manusia telah berada di sana sejak lebih daripada 20 ribu tahun, banyak sekali cabang2 Bahasa Austronesia yang dipakai di sana, dan ternyata banyak sekali perbedaan kecil2an dalam gen2 penduduknya.

Benua Australia juga harus dijadikan calon, karena menurut tanggal2 c14 yang diperoleh dari bahan2 Australia, ternyata benua itu sudah punya manusianya sejak lebih daripada 60 ribu tahun silam. Namun demikian, pendapat peneliti2 Barat sangat diperkuat oleh penemuan2 arkeologi yang menunjukkan adanya orang2 Austronesia di pesisir Tiongkok Tenggara dan Taiwan sejak zaman dahulu sekali. Teori evolusi meramalkan bahwa barang di mana ada terdapat banyak diversitas (banyak perbedaan kecil2an), di situlah tempat tertuah. Jadi diversitas adalah tanda umur.

Lalu ramalan ini berguna baik untuk maksud biologis (perbedaan kecil2 antara gen2 makin banyak), maupun untuk bahasa, yang ternyata semakin lama semakin berubah. Hal meningkatnya diversitas dengan waktu dasarnya begini: Andaikata ada apa2 yang bisa berubah berangsur2, misalnya bahasa. Tiap generasi muda akan muncul dengan kata2 baru. Misalnya di Ambon dulu2 orang samasekali tidak tahu arti kata "cewe" atau "cowo," tapi kata2 ini dipinjam dari Bahasa Jawa, lalu sekarang sudah mendarah-daging dalam pemakaian Melayu Ambon. Lalu kalau ada dua kelompok yang diceraikan satu daripada yang lain, misalnya oleh perang atau lautan atau pegunungan, seperti halnya dengan orang2 Maluku di Maluku dengan orang2 Maluku di Nederland, sedikit-demi-sedikit kedua cabang bahasa itu akan mulai berbeda.

Orang2 Maluku di Maluku sudah mulai mengeja kata pakai huruf2 'j', 'y', dan 'c', sedangkan saudara2nya di Nederland dengan kerasnya pertahankan "dj," "j," dan "tj," sedangkan kata "cewe" belum tahu kalau ada orang di Nederland yang pakai, atau mungkin sudah tahu tapi tidak pakai, atau mungkin sekarang sudah mulai pakai juga. Nah, teori ini juga menjadi alasan bagi peneliti2 Barat yang menganggap Pulau Taiwan sebagai tanah asal Bangsa Austronesia, karena justeru di Taiwanlah yang terdapat lebih banyak perbedaan bahasa besar2an di antara penduduk aslinya, sekalipun semuanya berasal dari Bahasa Proto Austronesian ("proto" berarti "pertama"). Sebagaimana umumnya diketahui, orang2 Taiwan moderen kebanyakannya berbangsa Cina, karena sudah ratusan tahun Taiwan diduduki oleh orang2 Cina.

Tapi di Taiwan juga ada orang aslinya, dan orang2 asli inilah yang dikatakan orang2 Austronesia Pulau Taiwan. Salah-satu hal yang paling membuat sukar penelitian ini adalah hal Bahasa Austronesia kuno kayaknya tidak ada perhubungan apa2 yang sistematis dengan bahasa2 lain di dalam dunia. Semua bahasa Austronesia yang ada sekarang dengan mudah dapat dipercocokkan dengan Bahasa Proto Austronesian, tapi Bahasa Proto Austronesian ini kayaknya tidak dapat dipercocokkan dengan sembarang bahasa lain. Boleh jadi saja hal ini terjadi karena pada suatu zaman yang awal sekali sudah terjadi perpisahan antara orang2 Austronesia, yang menjadikan lautan sebagai lingkungannya, dengan bangsa induknya, entah di Asia atau di Australia atau di Melanesia atau di mana saja.

3. Ciri2 Khas Orang2 Austronesia Pertama.

Sekarang kita sudah bisa menilaikan banyak hal mengenai orang2 Austronesia pertama dari fakta2 yang telah berhasil dikumpul mengenai mereka, misalnya:

a. Agama. Agama orang2 Austronesia pertama adalah agama penyembahan arwah2 moyang. Dan arwah2 moyang, kalau sudah cukup lama, bisa menjadi dewata. Rupa2nya mereka percaya bahwa langit dan bumi pada awalnya berdempetan, lalu di antaranya mulai timbul manusia, kemudian langit terangkat dan terang masuk di antara langit dan bumi. Inilah garis2 besarnya saja, sedangkan detail2 aslinya sudah menghilang dan ceriteranya sudah berbeda2 dari tempat ke tempat. Dari mana kita bisa tahu? Karena di mana2 terdapat kelompok2 orang Austronesia terasing yang punya variasi2 kepercayaan yang sama.

b. Jenis Manusia Yang Tanahnya Diduduki Oleh Pendatang2 Austronesia. Pada umumnya kebanyakan tanah yang ditemukan dalam pelayaran2 Bangsa Austronesia, kalau memang ada penghuninya, maka penghuninya adalah orang2 Negrito, yakni Papua, atau "Negro Kecilan." Hal ini disebabkan karena sama-seperti halnya dengan Bangsa Austronesia, orang2 Negrito adalah orang2 laut, tapi zaman pelayarannya sudah jauh lebih dahulu, mungkin sejak lebih daripada 20 ribu tahun lalu. Dari mana kita tahu? Afrika adalah tempat Bangsa Negro sampai sekarang, dan kita tahu Bangsa Austronesia pernah sampai ke Afrika dari kata2 yang terdapat dalam bahasa2 Afrika Timur. Madagaskar juga ditemukan oleh Bangsa Austronesia, tapi belum dapat dipastikan entah waktu itu sudah ada orang2 Negrito di sana.

Pulau2 Andaman di Laut Hindia sampai sekarang penghuni aslinya semua berbangsa Negrito. Orang2 Sumatera asli adalah bangsa Negrito. Begitu juga tanah Melayu dan Pilipina. Dan yang paling mengherankan, bukan saja tempat2 ini, dan seluruh Melanesia, tapi juga Pulau Tasman, di sebelah tenggara Benua Australia, yang seluruh penduduk negritonya akhirnya dibunuh habis oleh pedatang2 orang putih. Entah orang2 Negrito ini juga menemui pulau2 Polynesia belum jelas karena peninggalan2nya belum ditemukan di sana. Hanya baru2 ini ada kerangka sebangsa manusia kecil yang ditemukan pada sebuah liang di Kepulauan Palau, di Micronesia. Dan di kepulauan2 Hawaii dan Tahiti terdapat banyak ceritera mengenai manusia kecil2an yang dikatakan Menehune atau Manahune, tapi sekarang orangnya sudah tidak ada lagi. Di Pulau Rennell, beta sendiri (si penulis) temukan sejarah yang masih segar dalam ingatan penduduknya yang sekarang, yang berbangsa Polynesia, yakni salah-satu cabang Bangsa Austronesia.

Penduduk2 Pulau Rennell yang sekarang adalah orang2 Polynesia, sedangkan letak Pulau Rennell adalah di Melanesia. Katanya sekitar 650 tahun lalu, pemimpin mereka (Kaitu'u) yang pertama tiba di Pulau2 Rennell dan Belona sewaktu orang2 Negrito (yang mereka menamakan "tonga hiti") masih berdiam di sana. Pada mulanya kedua pihak berdamai, tapi dari belakang timbul perselisihan dalam mana seluruh orang Negrito di pulau2 Belona dan Rennell dibunuh habis. Lalu di Amerika selatan sekarang sudah ditemukan kerangka2 Negrito yang c14-nya menyatakan telah berada di Brazil sejak sebelum datangnya orang2 "Indian" (Amerika Asli). Hanya yang belum jelas adalah bagaimana kira2 mereka sampai di sana.

Banyak peneliti Barat yang berpikir bahwa mereka datang dari Siberia, tapi beta (si penulis) tidak percaya. Merekalah yang jadi raja lautan zaman itu, tapi orang2 Barat enggan mengakunya karena mereka kecil dan hitam dan tidak menarik pada pandangan mata orang Barat. Penulis2 Barat suka puji Bangsa Polynesia karena mereka berlembaga besar, kulitnya lebih putih, matanya kaya orang barat, dan rambutnya lurus atau bergelombang, juga seperti bangsa2 Barat. Tapi beta (si penulis) menganggap sangat penting kita kenal siapa Bangsa Negrito ini, dan apa dampak tersebarnya mereka ke seluruh Afrika, Asia Selatan, behkan sampai ke Amerika Selatan sebelum 16 ribu tahun lalu, dan beta menganggap bodoh barangsiapa yang pertiadakan atau perkecilkan mereka. Jelas rata2 pikiran penulis2 Barat telah sangat diwarnai filsafah perbudakan yang telah dicipta oleh mereka sendiri dan oleh orang2 Arab untuk membenarkan perbudakan orang hitam. Inilah justeru contoh apa yang beta katakan tadi, yakni bahwa orang yang tidak tahu sejarah sendirilah yang senantiasa menjadi korbannya.

Mereka tidak tahu bahwa selagi moyang2 mereka masih pada menyelamatkan diri dari binatang2 buas di lobang2 batu, orang hitam sudah belayar keliling dunia. Lalu nanti waktu saat mereka sudah tiba dan mereka yang belayar keliling dunia, mereka pikir bahwa mereka yang pertama. Mereka lihat orang2 Negrito di mana2, tapi karena mereka sendiri begitu bodoh dan otaknya begitu tutup, kebanyakan mereka tidak sampai bertanya. Dan sekarang ini juga, sekalipun perbudakannya sudah tidak ada, toh filsafah perkecilkan orang hitam tetap jaya. Itulah namanya orang bodok yang tertipu karena tidak tahu sejarah dan tidak mau percaya sejarah.

c. Pengetahuan Mengenai Dunia.

Salah2 satu lagi ciri2 khas Bangsa Austronesia mungkin juga pengetahuannya mengenai dunia. Zaman dulu di Baratpun orang tahu bahwa dunia bundar seperti bola dan bukan rata seperti papan. Tapi pengetahuan ini berhasil dihapus, atau hampir2 dihapus, oleh penganut2 agama. Kalau periksa karangan2 Yunani dari sebelum tarikh masehi, ternyata Bangsa Yunan mengetahui, bukan saja bahwa bumi bulat, tapi juga kira2 garis menengahnya panjang berapa. Lebih dari 200 tahun sebelum tarikh masehi, sebagai contoh, Aristarchus orang Samos sudah tahu relasi bumi, bulan, dan matahari dengan ukuran2 yang tidak jauh dari apa yang diketahui sekarang.

Beta waktu tinggal dengan orang2 Oma di Pulau Haruku, menjadi heran karena orang2 sana tidak pernah gunakan istilah "turun ke laut," melainkan selalu menggunakan istilah "naik ke laut," karena mereka memang tahu bahwa lautan bukan rata melainkan bengkak. Lalu dalam penelitian2 University of Hawaii, di Honolulu, ternyata pelaut2 Micronesia (yang Polynesianya sudah mati semua) tahu semua. Mereka tahu bahwa bumi bulat, dan dalam otak mereka terbayang bumi yang bulat dengan bintang2 yang bersinar di atasnya.

Peneliti2 University of Hawaii mengambil seorang pelaut bernama Mau Piailug, dari Pulau Satoval, untuk mengujinya, lalu ternyata tampa pakai kompas atau jam, si Mau Piailug berhasil mempernahkodakan sebuah perahu semang besar dari Hawaii ke Tahiti lewat samudera Pasifik Tengah. Jadi Bangsa Austronesia sudah mengerti beberapa fakta penting mengenai bumi dari sejak dulu kala.

d. Lembaga dan Bentuk Jasmani.

Orang2 Austronesia pertama rupa2nya bukan orang kecilan. Dari mana kita tahu? Sayang sekali belum cukup penggalian2 arkeologis di Tiongkok bagian Tenggara dan di Indonesia, jadi sukar kita tentukan, tapi beta terka bahwa orang2 Austronesia pertama adalah orang2 yang kalau di Indonesia sekarang pasti dianggap raksasa. Dari mana kita bisa tahu? Untuk itu kita harus cari sisa2 orang Austronesia yang paling terpencil dari semua, dan kita bisa temukan contoh2 orang begitu di Samudera Pasifik bagian timur. Orang2 Polynesia di Samudera Pasifik bagian timurlah yang justeru paling kadang punya perhubungan apa2 dengan dunia luar sejak perpisahan pertama antara mereka dengan saudara2nya yang ditinggalkan di Indonesia. Waktu orang2 Barat tiba di lautan Pasifik, mereka kagum melihat besarnya manusianya. Banyak laki2, katanya, yang tingginya kurang-lebih dua meter, dan ada yang lebih. Inilah turunan asli Bangsa Austronesia yang pergaulannya dengan dunia luar paling minim sekali--berarti orang2 Austronesia pertama kira2 besar sekali.

Dan di mana2 yang orang2 Austronesia belum bercampur dengan Bangsa Monggol, matanya besar dan tidak kelihatan "epicanthric fold-nya." Kemudian kulitnya kecoklatan tapi tidak hitam, dan rambutnya lurus ataupun bergelombang tapi tidak sampai keriting. Salah-satu ciri2 khas yang terlihat di antara orang2 Polynesia adalah "rocker jaw-nya," yakni tulang rahang bawah yang kalau ditaruh di atas meja bisa sedikit diguling ke depan dan ke belakang, dan tidak 100% rata.

e. Pentingnya Seni Musik Kepada Bangsa Austronesia.

Salah-satu ciri2 khas lagi Bangsa Austronesia adalah kecakapannya dalam seni musik. Di mana2 saja yang terdapat orang2 Austronesia, hampir dengan tidak ada kecualinya, mereka ternama dari seni musiknya. Jadi apakah perasaan musik itu turun melalui gen2 manusia atau melalui peradabannya? Si penulis tidak tahu, tapi entah bagaimana, ternyata musik adalah kelebihan Bangsa Austronesia di mana2.

Mau bicara Madagaskar? Luar biasa. Mau bicara gamelan atau tabuan? Itulah musikan Bangsa Austronesia. Dan semakin asli orangnya, semakin baik musiknya. Ambon terkenal di Indonesia. Hawaii terkenal seluruh dunia. Kiri Tekanoa adalah sopran Maori kelas dunia. Orang2 Cam terkenal karena musiknya di Vietnam pada zaman purbakala. Behkan perampok2 dari utara datang menculik pemain2 musik cam di Vietnam purba. Orang2 Montagnard Vietnam sekarang ternama. Dan tidak ketinggalan orang2 asli Taiwan. Dan musik adalah seni tercinta seluruh Pilipina.

f. Peradaban Tinggi.

Dan pada akhirnya harus beta sentuh peradaban tinggi orang2 Austronesia yang dari dulu sangat ketara. Entah bagaimana Negrito2 bisa belayar melintas samudera itu agak mengherankan, karena dewasa ini dan dalam ratusan tahun belakangan, umumnya mereka tidak mempunyai peradaban tinggi seperti orang2 Austronesia--mungkin karena masa jayanya sudah lama berlalu. Di Samudera Pasifik peradaban orang Polynesia (salah-satu cabang Bangsa Austronesia) tinggi sekali, kira2 pada suatu taraf yang sama dengan Yunani kuno atau Roma, hanya kurang pengetahuan pekerjaan besi, menulis dan membaca.

Di tempat2 lain juga ternyata orang2 asli Austronesia punya peradaban tinggi, yang membuat beta (si penulis) curiga bahwa moyang2 mereka memang tadinya punya suatu peradaban yang agak tinggi, yang tidak mudah terlupa dalam perantauannya. Pada tahun 1976, Beta sendiri menjadi kagum waktu bertemu dengan orang2 Polynesia Pulau Rennell, yang tanahnya begitu kecil dan tidak berarti apa2 di dalam dunia besar, karena mereka punya struktur sosial yang sangat teratur, dengan macam2 kedudukan dan pangkat yang tidak masuk akal kalau untuk sebuah pulau yang kecil itu saja. Beta terka mereka itu pasti berasal dari suatu peradaban atau kebudayaan tinggi pada zaman dulu kala, tapi sudah terlupa dalam perantauannya yang panjang dan lama.

Kalau tidak, mungkin sebelum ada agama Hindu di Hindia, mereka sudah punya perhubungan dengan suatu kebudayaan tinggi, misalnya kebudayaan Harapa. Tanda2 peradaban itu terlihat dalam kehormatan mereka kepada pemimpin, kebersihan peribadi dan kebersihan dalam rumah, dan dalam pelbagai hal lain dari kehidupannya sehari2 maupun dalam filsafah, penyembahan, dan agama.4.

4. Mulai Terpancarnya Bangsa Austronesia.

Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa antara sekitar 7 ribu dengan 4500 tahun lalu terjadi suatu ekspansi (pelayaran keluar) besar Bangsa Austronesia, rupa2nya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk di tanah asalnya.

a. Berikut adalah jejak2 Bangsa Austronesia arah ke timur sampai ke Amerika selatan.

Tanggal2 ini tidak pasti, tapi merupakan terkaan orang tepelajar, jadi kurang-lebih kira2 hampir cocok dengan realita: Sekitar 12 ribu tahun lalu, manusia Austronesia mulai muncul di pesisir tenggara Tiongkok. Sekitar 8 ribu tahun lalu, orang2 Austronesia mulai ada di Pulau Taiwan. Sekitar 5 ribu tahun lalu, orang2 Austronesia mulai belayar ke selatan masuk Kepulauan Pilipina dan Indonesia. Sekitar 3400 tahun lalu (c14), peradaban Lapita muncul di Kepulauan Admiralty, di lepas pesisir utara Pulau Papua (New Guinea). Peradaban Lapita ini kemudian dikenal sebagai peninggalan orang2 Polynesia pertama. Namanya diambil dari nama sebuah pulau di Fiji, di mana pecah-belanga ini pertama dikenal.

Salah-satu peneliti kultur pecah-belanga Lapita ini adalah Profesor Ernest Solheim, yang penulis kenal peribadi tahun 1963 di Hawaii. Sekitar 2900 tahun lalu, peradaban Lapita tiba di Kepulauan Samoa dan di Kepulauan Tonga, yakni perbatasan barat daerah itu yang sekarang dikenal sebagai Kepulauan Polynesia. Sekitar 1600 tahun lalu (c14), orang2 Polynesia temukan Pulau Easter Island, Hawaii, dan Amerika Selatan. Analisa c14-nya terbuat berdasarkan contoh2 dari Easter Island dan Hawaii, sedangkan untuk Amerika Selatan kita terka saja, karena kurang masuk akal kalau orang2 Polynesia bisa temukan pulau2 kecil seperti Easter Island dan Hawaii sekaligus alpakan benua Amerika Selatan yang begitu besar.

Lalu sebagai bukti tembusnya orang2 Polynesia di Amerika selatan, pertama2 adalah patatas. Patatas adalah tumbuhan Amerika Selatan. Nama yang umum digunakan untuk patatas di seluruh Kepulauan Polynesia adalah "kumara," nama mana berasal dari salah-satu daerah barat laut Peru, di Amerika Selatan. Bekas2 patatas telah ditemukan dalam sebuah liang di Kepulauan Cook Islands yang umur c14-nya ternyata sudah sekitar seribu tahun--yakni jauh sebelum datangnya orang2 Eropa. Berarti kira2 orang2 Polynesia yang membawanya pulang dari Amerika Selatan atau orang2 Amerika Selatan yang membawanya ke Polynesia. Kemudian pada tanggal 5 Juni 2007 diumumkan bahwa di dekat Pulau Celoe, di pesisir Amerika Selatan, telah ditemukan bekas2 tulang ayam dari sekitar 650 tahun lalu, yaitu juga sebelum datangnya orang Barat di Amerika Selatan.

Mana lagi ternyata DNA dari tulang2 ayam itu, sekalipun mirip DNA ayam2 di daerah Pasifik Timur, malah cocok persis dengan DNA ayam dari zaman itu yang terdapat di Tonga dan Samoa, yakni di barat sekali Kepulauan Polynesia. Jadi jelas sudah ada perhubungan kuno di antara Amerika Selatan dengan Polynesia, dan kayaknya orang2 Polynesia Barat pernah berkampung di Pesisir Amerika Selatan. Nama2 Polynesia sangat menarik. Kata "Hawaii" rupa2nya berasal dari kata2 "sawa" dan "iki" dalam bahasa kuno ("Sawaiki" atau "Savaiki"). Nah, "iki" berarti "kecil," tapi "sawa" sudah tidak diketahui artinya. Di seluruh lautan Pasifik ada tempat2 yang namanya adalah variasi dari nama yang sama, misalnya "Hawai'i" di Hawaii, Savai'i di Samoa, dsb. Dan orang2 Polynesia di mana2 katakan Sawaiki inilah tanah asalnya.

Nah, beta (si penulis) baca di karangan Marco Polo dan lain2nya bahwa nama Pulau Sumatera pada abad ke-13 adalah "Jawa Kecil," karena waktu itu orang sangka bahwa Pulau Jawa lebih besar dari pulau Sumatera dan bahwa Pulau Jawa adalah pulau yang terbesar di dunia. Jadi beta curiga mungkin sekali "Sawaiki" ini bukan lain dari Sumatera. Lalu mengenai nama "Easter Island," itu samasekali bukan namanya yang sebenar, melainkan hanya nama yang penemu Barat melemparkan karena pulau itu ditemui pada hari "Easter," atau "Paskah." Waktu penduduk2 asli ditanya, mereka katakan, "Te Pito O Te Henua," berarti "Pusat Dunia" ("pito" berarti "pusat," sedangkan "henua" berarti "benua" atau "bumi"). Apabila ditanya asal mereka dari mana, mereka terangkan bahwa moyang mereka yang pertama turun di pulau itu bernama Hotu Matua, dan mereka bisa tunjuk tempat mendaratnya pertama kali. Nama Pulau Molokai, di Kep. Hawaii, mungkin dulu sama dengan Morotai, tapi hal ini belum diketahui dengan pasti.

Ada juga nama2 lain yang kayaknya mencerminkan nama2 Maluku. Misalnya Upolu, yang hampir seperti Aboru, Palau, di Micronesia, yang hampir seperti Pelau, dsb. Lalu kalau dengan Bahasa Hawaii, "hapalua" berarti "satu dari dua belahan," yang kata "hapa"-nya mungkin sama dengan "sapa" di "Saparua." Dalam Bahasa Hawaii, "hapa" berarti separuh atau sebelah, sedangkan "lua" berarti dua. Perhubungan bahasa antara Polynesia dengan Maluku juga sangat dekat, ada yang dengan kata2 dari bahasa2 daerah, ada juga yang dengan Melayu Ambon. Misalnya di Maluku orang bilang, "ikang sa-sele," berarti sebagian ikan, sedangkan dalam sejarah Hawaii satu kejadian besar adalah "The Great Mahele," yakni pembagian tanah.

Merambatnya Bangsa Austronesia arah ke barat pasti juga sudah sejak lama. Di mana2 di Maluku terdapat variasi2 kata "waka," yang kalau di Indonesia Barat disebut "bangka," atau perahu. Di mana2 di Maluku terdapat juga variasi2 kata2 "wai," "manu," dsb., yakni kata2 Hawaii yang berarti air, burung, dsb. Jada adanya orang2 Polynesia di Maluku dulu, atau perhubungan orang2 Polynesia dulu dengan Maluku cukup jelas. Namun percaraian dengan Maluku telah terjadi ribuan tahun lalu, kemudian perkembangan bahasa telah berjalan terus dalam keadaan terpisah, jadi bahasa Austronesia yang tadinya satu itu sudah dipecah2kan lagi menjadi puluhan bahasa2 anak dan anak-cucu.

b. Perantauan di Laut Hindia.

Penemuan Madagaskar oleh pelaut2 Austronesia diterka terjadi sekitar 1650 tahun lalu. Entah pada waktu itu sudah ada manusia di Pulau itu atau belum, sampai sekarang belum ada buktinya. Namun beta (si penulis) terka pasti sudah ada orang2 Negrito di pulau itu sejak purbakala karena kurang masuk akal kalau mereka bisa temukan pulau2 kecil seperti Andaman, lalu sekaligus alpakan pulau sebesar Madagaskar. Dan tentu Pesisir Afrika sudah diketahui oleh Bangsa Austronesia sejak lama. Hanya sekali lagi belum ada penggalian arkeologis cukup untuk kita mau katakan apa2. Lalu kita tahu bahwa orang2 Austronesia sudah cukup lama mengetahui adanya tanah2 Arab dan Farsi, karena pengarang2 Arab menceriterakan mengenai pelayaran2 ke Tiongkok melalui Selat Melaka sekitar 1100 tahun lalu, dan Marco Polo kiaskan pelayaran dari Tiongkok ke Hindia melalui Jawa Kecil (Sumatera) sekitar 720 tahun lalu.

Pada zaman purba, orang2 Cina membuat perahu2 layar raksasa, tapi sekitar 750 tahun lalu mereka mulai pakai perahu2 layar yang lebih kecil (menurut Marco Polo) karena kapal2 yang besar itu, karena perlukan air dalam, terlalu banyak yang celaka kena batu2 karang. Bagai kita yang hidup dewasa ini sudah sukar membayangkan perahu2 layar sebesar apa yang dikiaskan oleh si Marco Polo, namun beta (si penulis) pernah saksikan perahu Mandar (mungkin dari kata "Mandarin") yang muat mobil2 sedan pada geladaknya di Tanjung Priok sekitar tahun 1951, jadi tentu benar semuanya--di zaman purba orang2 Asia membuat perahu2 layar yang besar sekali. Yang cukup mengherankan adalah bahwa sampai hari ini juga masih tetap ada orang2 laut Austronesia yang tinggal di perahunya pada pesisir2 selatan Thailand, Myanmar, dan Hindia.

Jadi dari pesisir timur Benua Afrika sampai ke pesisir barat Benua Amerika Selatan terdapat pemukiman2 orang berbangsa Austronesia. Dan sekalipun tidak ada lagi pemukiman2 mereka di benua2 itu, kita tahu bahwa mereka pernah mendarat padanya di masa2 lampau. Tentu saja mereka juga mengetahui adanya Benua Australia, sekalipun mereka tidak punya pemukiman di sana. Lalu dari keempat benua yang diketahui oleh mereka, tinggal Asia Tenggara saja yang padanya masih terdapat pemukiman2 dan kota2 mereka. Dan sampai ke abad ke-21 ini, toh masih ada orang2 laut berbangsa Austronesia yang berkampung pada geladak2 perahunya di Lautan Hindia. Dan pelaut2 turunan Austronesia, misalnya dari Hawaii dan Melaya, sampai sekarang terus membuktikan keunggulannya pada lautan2 di seluruh dunia. Orang2 laut Thailand dikenal sebagai suku Mogen atau Moken. Orang2 laut Myanmar dikenal dengan nama Salon, boleh jadi karena dihubungkan dengan Ujong Salang, di Malaya.

5. Jenis2 Perahu Yang Dipakai Oleh Orang2 Austronesia.

Keunggulan bangsa Austronesia di lautan sudah tidak ada bandingannya, kecuali mungkin Bangsa Negrito purba itu yang sudah tidak ada sejarahnya. Jadi patut kita perhatikan jenis2 perahu itu yang dipergunakannya. Tentu pada zaman moderen ini ada yang kapten kapal dan ada yang punya speedboat, tapi pada awalnya hanya terdapat beberapa macam:

a. Kole2, atau perahu tidak bersemang yang digali dari satu batang kayu dan biasanya dipakai di sungai2 dan sebagai sampan (perahu kecil yang diturunkan dari perahu besar).

b. Belang atau arombai--panjang, bergading, dengan papan yang dipaku dengan besi atau pasak kayu keras. Perahu2 ini dipakai selalu oleh perwira2 Belanda dulu untuk pulang-pergi Kepulauan Banda dan daerah2 Maluku lainnya.

c. Perahu semang biasa, dibuat dari satu batang kayu yang digali dan padanya dipasang semang kiri-kanan.

d. Perahu Mahera, yang nunasnya terbuat dari satu batang kayu tapi dengan papan2 yang dipaku kepadanya dengan pasak. Kemudian semua papan diikat lagi kepada nunas perahu dengan ikatan2 rotan yang turun dari balok semang (najong). Apabila di bawah nunasnya ada lagi tersambung kayu pengalas, maka pasak2 yang digunakan untuk memaku anak nunas atau kayu pengalas ini kepada nunas besarnya biasa dimasukkan miring ke arah haluan dan buritan perahu, karena pasak tegak mudah terlepas sedangkan pasak miring, kalau berlawanan miringnya, lebih sukar terlepas. Di Maluku perahu2 begini punya semang kiri-kanan, dan yang besar sering dilengkapi dengan sebuah rumah dengan geladak bambu pada kiri-kanan rumahnya. Lantai dan dinding rumah2 begini biasa terbuat dari papan, sedangkan atapnya mungkin daun lontar yang diikat dengan kuat dan rapih. Mungkin perahu2 seperti inilah yang sering dulu dipakai di lautan Hindia. Di Maluku sekitar tahun 1970 perahu2 jenis ini, kalau yang besar, ada yang bisa muat sampai tiga ton. Perahu2 begini juga rupa2nya yang dulu2 orang sebut "pakatora," yaitu yang dipakai dalam armada2 kesultanan Ternate dan bisa belayar keliling Maluku dan Pilipina. e. Perahu semang sebelah sederhana. Perahu begini kurang-lebih seperti perahu semang biasa di Maluku, tapi semangnya satu saja. Potongan inilah yang dipakai untuk membalap perahu di Hawaii. f. Apa yang dikatakan "flying proa," yang terbuat dari satu batang kayu, tapi ruangnya digali besar-sebelah, atau ada orang yang katakan, "seperti seperdua perahu." Perahu2 seperti ni adalah perahu2 semang yang terlaju di dunia. Sekitar 500 tahun lalu orang Barat mulai melihatnya di Pulau Guam, di micronesia, tapi mereka tidak mengerti maknanya. Padahal di zaman itu kira2 tidak ada pengangkutan di dalam dunia yang selaju perahu2 jenis itu kecuali ski salju. Tiang layarnya selalu dipindah2kan, karena sebelah perahu yang bungkuk atau lengkung itu harus selalu di atas angin sedangkan sebelahnya yang rata harus di bawah angin. Lalu kalau perahunya sudah laju, pihak yang rata itu kerjanya seperti ski air atau papan luncur ombak. Perahu2 begini sering dikendalikan oleh dua orang--yang satu pegang kemudi sedangkan yang lain menimbang agar semangnya yang satu saja itu selalu mengikis permukaan air saja. g. Katamaran, atau perahu badan dua. Perahu2 begini dulu besar sekali, dan punya rumah dan geladak di antara kedua belah badan perahunya. Orang2 Polynesia memakai perahu2 seperti ini untuk mengarungi Samudera Pasifik. Perahu2 ini laju sekali, dan bisa muat banyak penumpang. Daftar ini merupakan garis2 besar saja, karena ada saja 1001 variasi dan campuran. Di Teluk Piru orang2 Buton menunda ikan tongkol dengan kole2 bergeladak. Nelayan2 Asilulu menggunakan perahu2 bersemang dua (kiri-kanan) yang berkepanjangan 8 meter dan badannya lebih dalam dari biasa, dan dari muka sampai ke pertengahan badan perahu tertutup dengan geladak papan. Tapi perkembangan yang terpenting adalah inovasi dari perahu bersemang dua (kiri-kanan) menjadi perahu bersemang satu. Inovasi ini kelihatannya tidak intuitif (kayaknya tidak masuk akal), tapi hasilnya penting sekali. Pertama2, perahu2 layar yang bersemang satu jauh lebih laju. Hal ini disebabkan karena pada perahu bersemang dua, pelampong yang di bawah angin selamanya tertanam dan menghambat kemajuan perahu, sedangkan semang satu saja, kalau pelampongnya di atas angin, agak terangkat dari dalam air dan kurang kena ombak yang menghambat kemajuannya. Kemudian inovasi ini berguna karena bilamana perahu bersemang dua mau mendarat, semang sebelahnya bisa tertanam dibawah ombak karena semang sebelah yang lainnya terangkat, lalu struktur semang bisa patah atau perahunya bisa terbalik samasekali dan penumpangnya dilempar kiri-kanan. Lalu "flying proa" seperti apa yang orang2 Barat temukan di Pulau Guam dulu itu hanyalah penghalusan inovasi ini sampai kepada kesempurnyaannya. Lalu inovasi terpenting kedua adalah dari perahu bersemang satu kepada perahu berbadan dua. Perahu bersemang satu memang laju dan berguna, tapi berbahaya kalau terlalu besar karena selalu harus ditimbang dengan linca. Tapi kalau dua badan perahu bisa diikat jadi satu dengan suatu jarak di tertentu antaranya, perahu badan dua yang dihasilkan tidak perlu lagi ditimbang2, dan bisa dibesarkan sampai dengan ukuran apa saja. Makanya perahu2 badan dua inilah yang akhirnya dijadikan alat pelaut2 Polynesia untuk mengarungi Pasifik dari Benua Asia sampai ke Benua Amerika. Lalu untuk membuat perahu besar2an, perlu memakai papan2, dan papan itu harus diikat yang satu kepada yang lain atau kepada gading2 perahu. Di Maluku ada perahu2 yang pakai gading dan yang tidak pakai gading. Perahu2 badan dua Polynesia adalah perahu2 tak bergading yang papan2nya tidak dipaku dengan pasak tapi diikat dengan tali yang terbuat dari sabut kelapa. Tali2an ini diikat dengan rapih sekali, dengan beberapa cara. Ada yang tiap papan harus diukir agar pinggirnya bisa menerima ikatan, dan ikatan2nya tidak tembus badan perahu keluar. Ada pula yang ikatan2nya tembus badan perahu tapi lobang2 ikatannya diprop dengan bahan yang menjadi bengkak apabila basah agar air tidak dapat masuk. Ada yang pakai kayu lat pada ikatannya. Dsb. Beta (si penulis) bukan ahli dalam hal ini, jadi beta tulis dari apa yang beta pernah lihat dan dari apa yang beta ingat saja. Kemudian kita harus perhatikan bentuk layar, karena perahu2 yang mengarungi Samudera Pasifik katanya (ada penulis Barat yang bilang), "Aneh sekali, kok perahu2 mereka bisa belayar bukan ikut angin saja tapi juga lawan angin." Jadi sekali lagi ada observasi orang Barat yang tidak mengerti apa2 dan kayaknya juga tidak perduli. Tapi hal "belayar lawan angin" ini adalah karena bentuk layar yang dipakai, yakni apa yang di dunia Barat dikatakan "layar lateen." Layar2 begitu bentuknya kurang-lebih segi tiga, dengan satu segi di muka perahu, satu segi di bahagian buritan perahu atau di lepas buritan perahu, tepergantung dari ikatan tali daman, dan satu pihak lagi di atas. Tiangnya pendek dan letaknya di najong depan. Kemudian bomnya dua, yang satu dari muka perahu ke pihak atas layar, yang lain dari muka perahu ke pihak belakangnya. Jadi dua bomnya bertemu di muka perahu. Layar begini hampir seperti sayap burung yang apabila tali daman dilepas sedikit agak mau angkat perahu keluar dari dalam air. Dan berdasarkan hukum2 pisika yang tidak mudah dipaham, dengan layar2 begini perahu bisa belayar dekat sekali dengan mata angin dan dengan kecepatan yang tinggi. Kelemahan layar2 yang berbentuk begini adalah kesukaran pengendalian apabila angin ikut dari belakang. Dengan perahu2 seperti ini rupanya pelaut2 Polynesia dulu bisa menjangkau jarak2 ribuan mil dalam beberapa hari saja, makanya hampir tidak ada pulau terkecilpun di Lautan Pasifik yang tidak ada peningalan Polynesia padannya, dan dengan perahu2 beginilah yang orang dari Tonga atau Samoa dan bukan dari Marquesas, bisa satu kali tembak dengan ayam2nya sampai benua Amerika Selatan. Cara mengikat papan perahu satu kepada yang lain ini juga yang dulu membangkitkan curiga bahwa pernah ada orang2 Polynesia sampai di Benua Amerika. Karena ada dua daerah pesisir barat Amerika, satu di Amerika Utara dan yang satunya di Amerika selatan, yang juga mengikat papan2 perahunya dengan tali dan suka belayar jauh. Yang di Amerika Utara adalah di sekitar Pulau Catalina, di California, sedangkan yang di Amerika Selatan adalah di sekitar Pulau Celoe, dekat mana akhirnya ditemukan tulang2 ayam dari Polynesia itu. Dan sebagai kata akhir, beta ingin menulis mengenai perahu2 yang dikatakan "parau sela" di Negeri Oma, Pulau Haruku. Panjangnya parau sela ada kira2 lima meter, dan lebarnya tidak boleh lebih dari lebar pinggang. Tebalnya di mana2 sekitar satu sentimeter. Kayu yang paling digemari adalah kayu titi, yang ditanam dekat2 kampung dengan maksud bikin perahu. Kayu ini tidak keras, tapi tahan air luar biasa sekalipun tidak dicet atau dibuat apa2--ada yang sampai 20 tahun, asal jangan dijemur dalam panas matahari. Tempat duduk perahu terbuat dari sepenggal papan yang duduk pula pada ukiran2 kayu pinggir perahu yang dibuat khusus untuk menerimanya. Kedua pihak badan perahu lari sejejer (parallel), jadi tempat duduknya bisa di tarik ke depan atau di undurkan ke belakang, sesuai angin. Kalau angin datang dari depan, orangnya harus duduk sedikit ke depan agar jangan muka perahu senantiasa mau jatuh ke bawah angin. Dan kalau angin dari belakang, orangnya harus undur ke belakang agar muka perahu dengan sendirinya mau ikut angin. Lalu ada setelan tempat duduk untuk segala jurusan angin agar orangnya tidak perlu melelahkan dirinya melawan putaran angin. Jarak dari bawah papan tempat duduk ke dasar perahu tidak boleh terlalu panjang, tapi juga tidak boleh terlalu pendek, agar orangnya dapat melunjurkan kaki atau melipat kaki di bawah tempat duduk ikut sukanya. Lalu najong2 perahu terbuat dari kayu keras yang berukuran 2 sentimeter lebih pada tengahnya dan menjadi lebih kecil pada hujungnya, masing2 panjang tiga meter lebih sedikit. Najong di sambung ke semang melalui pagu2, yakni empat gelang rotan yang garis menengahnya masing sekitar 7 sentimeter. Pagu2 ini terbuat dari Rotan yang dipanaskan dengan api, dan diikat kepada najong dan semang dengan kulit rotan. Semangnya terbuat dari kayu ringan, biasanya baru atau hanua, dan tidak boleh lurus tapi harus ada lengkungannya yang manis. Kayu2 semang ini (ada satu kiri-kanan perahu) biasanya tidak diukir2 tapi dipakai kurang-lebih sebagaimana ada. Tapi garis menengahnya jangan terlalu besar--cukup sekitar 5 senti. Lengkungnya adalah karena begini: Semang lurus kalau satu kali tertanam dalam air akan turun terus, sedangkan semang lengkung hanya sedikitnya yang kena air dan tidak banyak halangi lajunya perahu, sedangkan kalau ditindis ke bawah, semakin jauh turunannya, semakin besar tekanan yang diperlukan untuk menurunkannya lebih jauh. Jadi jauh sebelum ada tekanan yang berbahaya, orangnya sudah bisa lihat atau rasa bahwa perahu mau terbalik lalu melakukan apa yang diperlukan untuk membetulkannya. Artinya kalau semangnya lurus, perahu bisa terbalik samasekali dengan tiba2. Lalu soal perahu tidak boleh lebih lebar dari pinggang itu supaya waktu berkayu orangnya tidak perlu pindah2kan badannya dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri untuk berkayu dengan sebaik2nya. Dayungnya harus dibuat dari kayu keras tapi jangan tebal atau berat, dan panjangnya, kalau orangnya berdiri, jangan sampai dari tanah ke pusat orangnya. Itulah parau sela Oma, yang dipakai untuk mengail ikan tatihu di Laut Banda sampai gunung2 daratan sudah kebiru2an dan pesisir sudah tidak kelihatan lagi. Dalam perahu2 begini orang Oma tidak takut bakat angin ribut, dan biasa tinggal di lautan dari belum fajar sampai gelap malam. belum pernah beta (si penulis) berkayu dengan perahu manapun yang lebih berguna dari parau sela Oma, dan dengan perahu begitu pernah beta menghela ikan tatihu (yellow fin tuna) berkeberatan 70 kilogram. Juga dengan perahu buatan sobat beta orang Oma bernama Ama, pernah beta berkayu satu kali keliling Pulau Buru dan dua kali dari Ambon sampai Wahai di Pulau Seram. Belum pernah beta duduk dalam perahu yang lebih stabil, lebih ringan rasanya, lebih sedia toma angin, lebih tahan segala macam cuaca dan gelorah, atau lebih manis turut dayungnya. Pernah beta dayung 40 mil laut lebih dalam satu hari, kemudian berhentinya bukan karena habis kekuatan tapi karena mengantuk di Laut Seram. 6. Batas2 Pemukiman Austronesia dan Perobahan2 Ethnis. Sebagaimana beta telah tulis di atas, pemukiman2 Austronesia terdapat dari lepas pesisir Timur sampai ke lepas pesisir Amerika Selatan, kebanyakannya pada pulau2 laut, tapi ada juga di daratan Asia. Setahu beta (si penulis), yang paling utara adalah pulau2 Taiwan dan Hainan, dan yang paling selatan di Zelandia Baru. Mungkin ada pulau2 Micronesia kekecilan yang lebih ke utara dari Hainan dan Taiwan, tapi pulau2 itu kecil sekali dan jauh dari daratan Asia. Nah, sebagaimana sudah beta katakan, pada umumnya, tempat2 yang diduduki Bangsa Austronesia adalah tempat2 yang lebih dulu diduduki orang2 Negrito. Hanya di tempat2 kini kita belum tahu yang betul kalau dulu ada Negritonya, termasuk Madagaskar, Vietnam dan Thailand, Polynesia Timur dan Micronesia. Beta (si penulis) curiga tempat2 ini semua dulu ada Negritonya, tapi sekarang sudah menghilang tanpa bekasnya. Hanya kita tahu persis di Asia masih ada Negritonya di Jazirah Melayu. Dan kalau kita melihat bukti2 fakta, kayaknya Bangsa Austronesia dari dulu ada prasangka ras-nya, atau larangan2 melawan perkawinan di luar bangsa. Hal ini kita tahu karena sekalipun orang2 Polynesia berada sekitar seribu tahun di pulau2 Papua, toh tidak kelihatan pengaruh Papua pada kebanyakan orang Polynesia. Begitu juga percampuran dengan orang2 Monggol atau Cina, tapi percampuran dengan bangsa Monggol akhirnya terjadi juga--mungkin karena perempuan Monggol dianggap lebih putih, halus, dan menarik. Dengan istilah "Monggol" di sini beta bukan maksudkan Monggol Tartar yang pada suatu masa dipimpin oleh Jenghiz Khan, melainkan bangsa itu yang pada umumnya punya mata sipit dan kulit keputih2an, dan yang rambutnya lurus dan hitam. Bangsa Monggol ini mungkin muncul paling akhir pada permukaan bumi, karena rupa2nya lebih dulu di Asia hanya terdapat orang2 potongan Barat dan bangsa2 hitam. Hal ini kita bisa tahu karena orang2 Jepang asli bukan bangsa Monggol melainkan semacam manusia yang hampir seperti orang Barat tapi lebih pendek. Pulau2 Jepang kemudian diduduki oleh orang2 Monggol yang menyeberang dari Korea dan melanda kepulauan itu sehingga orang2 aslinya (Ainu) barangkali sudah tidak ada lagi sisanya di dalam dunia. Juga di Tiongkok bagian barat sampai sekarang orang2nya berambut merah, mata kucing, dsb. Lalu sejak dulu kala sudah terjadi suatu proses percampuran dengan Bangsa Monggol yang berlangsung. Juga dengan bangsa Negrito, tapi yang lebih cepat dengan orang2 Monggol yang turun ke pesisir tenggara Benua Asi dari barat laut dan utara. Di Indonesia rupa2nya proses ini sudah berlangsung selama ratusan atau ribuan tahun, karena kalau kita adakan perjalanan dari barat laut menuju tenggara, maka berangsur2an semakin jauh perjalanan kita semakin hitam orang2nya. Berarti ada pengaruh Monggol yang berangsur2 masuk Indonesia dari sebelah barat lautnya. Dan bukan saja di Indonesia yang kita bisa melihat proses ini, tapi juga di daratan Indochina. Hampir seluruh Indochina sudah Monggol tinggal Jazirah Melayu saja. Dan percampuran darah yang terjadi ini cukup menarik. Siapa lagi yang lebih hebat dari nona2 Minahasa, yang lembaganya sudah kaya hampir 100% Monggol tapi bahasa2nya (bahasa2 tanah Minahasa dan Melayu) dan kebudayaannya tetap Austronesia. Perempuan2 Siam (Thailand) terkenal di mana2 sebagai antara yang tercantik di dunia, karena mereka miliki keputihan dan kehalusan Cina campur kekuatan dan kecoklatan Austronesia. Satu lagi contoh orang2 Austronesia menjadi orang Monggol adalah Vietnam, yang dulu pesisir tenggaranya dihuni oleh2 orang2 Campa, yakni satu lagi cabang Bangsa Austronesia. Kalau tidak salah, orang2 Campa ini hampir sama dengan orang2 Melayu, dan bahasanya hampir seperti Melayu, tapi beta (si penulis) sampai sekarang belum dapat kesempatan bergaul dengan mereka. Hanya beta tahu sejarahnya. Entah sudah berapa lama orang2 Austronesia ini berada di Vietnam, pada tahun 194 tarikh Masehi mereka memberontak melawan Tiongkok Han lalu mendirikan Negara Campa. Mau bilang negara, tapi mungkin lebih baik "persatuan negara," karena rupa2nya mereka terdiri dari sekitar lima kota yang masing2 ada rajanya sendiri. Negara2 Campa ini bertahan selama lebih dari seribu tahun, tapi sedikit demi sedikit mulai jatuh ke bawah kekuasaan Monggol yang dinamakan "Vietnam." Lalu sekarang tinggal beberapa kelompok saja yang sudah tidak punya kerajaan. Zaman jayanya kerajaan2 Campa ini, mereka ramai2 dengan Jawa dan Sumatera semuanya "memeluk" agama Hindu, kemudian mereka juga ikut "memeluk" Islam, jadi orang2 Campa yang masih ada pada umumnya sekarang semuanya beragama Islam. Negara Khmer atau Kamboja juga dulu sebagian besar penduduknya orang Austronesia, dan orang2 itu yang dirikan Angkor Wat adalah orang2 Austronesia, yang peninggalan2nya masih bertulisan Austronesia, hanya hurufnya bukan Romawi tapi mungkin semacam huruf Hindia. Pengetahuan beta tidak sampai kepada sistem tulisan yang mereka pakai. Di Sulawesi ada satu suku orang Toraja yang bernama Suku Tomori. Kalau nama ini dianalisa, rupa2nya asalnya dari dua kata, yakni masing2 "tau" dan "maori." Nah, dengan bahasa kuno, "tau Maori" berarti "orang Maori," sedangkan nama "Maori" adalah nama asli Bangsa Polynesia. Lalu orang2 Tomori sekarang kurang-lebih mirip orang Jepang--pendek, keputih2an, rambut lurus, dan mata sipit, dan samasekali tidak seperti orang Polynesia. Namun demikian, bahasanya bukan rumpun Monggol melainkan rumpun Austronesia. Beberapa tahun lalu ada seorang orang Tomori yang suka menemani beta (si pengarang) di Kota Honolulu. Waktu itu kiri-kanan kami membaca nama2 jalan Bahasa Hawaii yang beta ertikan kepadanya dalam Bahasa Melayu. Wah, ternyata sekalipun grammar-nya sudah berubah jauh, toh perbendaharaan kata bahasa Tomori masih penuh dengan kata2 yang bersamaan dengan kata2 Polynesia. Lalu menurut beta (si penulis) hal ini jelas berarti orang2 Tomori adalah sisa2 Bangsa Polynesia di Pulau Sulawesi. Tapi tahun lepas tahun dan abad lepas abad mereka kawin-mawin dengan orang2 Monggol yang masuk dari sebelah barat laut sehingga pada akhirnya manusia Tomori sudah tidak kelihatan Polynesia lagi, tapi hanya tinggal namanya (yang juga sudah alami perubahan) dan sisa2 kata dalam bahasanya. Yang lebih lucu lagi adalah Kesultanan Ternate. Bahasa Ternate ternyata dasarnya bukan Austronesia melainkan Papua. Begitu juga bahasa2 Tobelo dan Galela di Halmaheira. Jadi beta (si penulis) kira pasti Sultan Ternate yang pertama bukan orang Austronesia atau orang Monggol melainkan orang Papua. Tapi generasi lepas generasi, raja2 Papua ini sudah mengambil isteri2 Monggol dan Austronesia, sehingga sekarang keluarga Sultan Ternate sudah kelihatan kaya orang2 Austronesia bercampurkan Monggol sedikit2. Tapi kalau diperhatikan baik2, ada di antara mereka yang padanya moyang2 Papua masih kelihatan. Tapi jangan heran, raja2 purba Mesirpun dulu semuanya hitam, kemudian bercampur dengan Semetis, kemudian orang putih dari Yunan. 7. "Pemelukan" Agama2, adat2, dan Teknologi2 Luar. Jika benar identitas Bangsa Austronesia bisa ditetapkan sejauh 12 ribu tahun, berarti mungkin tidak ada bangsa lain di dalam dunia yang diketahui asal-usulnya lebih lama kecuali bangsa itu yang dinamakan Indian, yakni penduduk2 asli benua2 Amerika Utara dan Selatan (15500 lawan 12000 tahun). Pantas agama pertama orang2 Austronesia sudah tidak bisa dihubungkan kepada sembarang agama lain di dalam dunia--tidak cocok dengan agama Mesir, tidak cocok dengan agama Sumer, dan tidak cocok dengan agama Hindia. Kepercayaan2 Cina ada persamaannya karena menyembah arwah2 leluhur, tapi tidak tahu kalau penyembahan itu diambil oleh Bangsa Monggol dari Bangsa Austronesia atau oleh Bangsa Austronesia dari Bangsa Monggol atau kalau kepercayaan itu timbul secara spontan pada dua2 bangsa. Sedangkan agama Bangsa Negrito, kalau memang masih ada sejenis sistem kepercayaan yang dapat dikatakan agama Negrito, beta (si penulis) belum sempat pelajarinya. Jangan lupa bahwa jayanya Bangsa Negrito mungkin bermula di antara 30 ribu dengan 20 ribu tahun lalu, jadi segala peringatan yang dapat menentukan kepercayaan2 pertamanya mungkin sudah tidak ada. Tapi berikut adalah tanggal2 yang kita tahu dengan kira2 sejak pertama ada orang2 Austronesia. 120 ribu tahun lalu, manusia moderen mulai ada di Benua Afrika. 72 ribu tahun lalu, Toba meledak tinggal kolam berukuran 20 x 60 mil yang sekarang jadi Danau Toba. 16 ribu juta ton abu dilempar ke angkasa. Semua manusia tewas dari Pulau Jawa sampai ke Iran. 60 ribu tahun lalu, manusia moderen mulai ada di Benua Australia. 35 ribu tahun lalu, manusia moderen (manusia seperti kita) mulai ada di Eropa. 22 ribu tahun lalu, orang2 Negrito belayar di lautan2 Pasifik dan Hindia. 14500 tahun lalu, ada orang2 Negrito di Brazilia, Amerika Selatan. 13500 tahun lalu, orang2 Monggol (yakni Bangsa Indian, atau Amerika Asli) mulai ada di Amerika. 12 ribu tahun lalu, orang mulai pelihara anjing di Israel dan di Irak. 12 ribu tahun lalu, mulai kelihatan bekas2 Bangsa Austronesia di pesisir2 Tiongkok tenggara. 9 ribu tahun lalu, orang mulai pelihara kambing di Iran. 9 ribu tahun lalu, orang mulai pelihara babi dan domba di Suria bagian timur laut dan di Turkey bagian tenggara. 8 ribu tahun lalu, orang mulai pelihara kuching di Afrika bagian timur laut. 8 ribu tahun lalu, orang mulai pelihara sapi di Turkey. 8 ribu tahun lalu, orang mulai pelihara ayam di Asia Tenggara. 8 ribu tahun lalu, orang2 Austronesia mulai ada di Pulau Taiwan. 7500 tahun lalu, Kerajaan Harapa mulai timbul pada sungai Indus. 7 ribu tahun lalu, Kebudayaan zaman batu Yang Shao mulai jaya di Tiongkok. 6500 tahun lalu, kebudayaan zaman batu Hong Shan mulai jaya di Tiongkok. 6 ribu tahun lalu, orang mulai pelihara kuda di padang2 rumput Asia-Eropa. 5500 tahun lalu, orang2 Afrika Utara mulai pelihara keledai campuran kuda (donkey). 5500 tahun lalu, orang mulai pelihara pelbagai jenis unta di Arabia Selatan dan di Asia Selatan. 5300 tahun lalu, kebudayaan zaman batu Lian Ju mulai jaya di Tiongkok. 5 ribu tahun lalu, orang2 Austronesia mulai ada di Pilipina. 5 ribu tahun lalu, orang mulai pelihara itik di Asia Tenggara. 4758 tahun lalu, Kota Tsur di dirikan. 4622 tahun lalu, Imhotep bangunkan piramid bertangga di Sakara. 4500 tahun lalu, orang2 Amerika Selatan mulai pelihara binatang yang disebut "guinea pig" di Pegunungan Andes. 4486 tahun lalu, Kufu mulai bangunkan piramid besar di Giza. 4300 tahun lalu, Stonehenge dibangunkan di Inggeris. 4100 tahun lalu, zigaret Ur Kasdim dibangunkan. 4 ribu tahun lalu, kebudayaan zaman tembaga Syia jaya di Tiongkok. 4 ribu tahun lalu, orang2 Austronesia mulai ada di pulau2 antara Ternate dengan Tanah Papua. 4 ribu tahun lalu, ada orang bawa anjing dingo ke Australia--kira2 orang Austronesia. 4 ribu tahun lalu, nama Abi-ramu (Ibrahim) ditulis pada kontrak2 di Babylonia. 4 ribu tahun lalu, Ibrahim hidup di Timur Tengah. 3912 tahun lalu, Yusuf dijual kepada suatu kafilah rempah. 3700 tahun lalu, orang sudah pakai cengke dala masakan hari2 di Suria. 3600 tahun lalu, Kebudayaan zaman tembaga Shang jaya pada dataran Sungai Kuning di Tiongkok. Tulisan pertama mulai di Asia Timur. Sejarah Tiongkok mulai dicacat. 3500 tahun lalu, kitab Rigveda diterbitkan di Hindia. Mulai timbul agama Hindu yang sekarang. 3500 tahun lalu, hukum Taurat ditetapkan oleh Musa. 3400 tahun lalu, orang2 Austronesia mulai ada di Pulau Manus. 3 ribu tahun lalu, Daud menjadi raja di Israel. 3 ribu tahun lalu, hotong mulai ada di Pulau Timor. 3 ribu tahun lalu, terjadi suatu perpisahan besar di antara cabang2 timur dan barat Bangsa Austronesia. Orang2 Polynesia malah lebih terpisah lagi karena di antara Polynesia dengan Indonesia ada pulau2 Melanesia. Dari mana kita tahu? Di pulau2 seperti Buru tidak ada peninggalan Hindu atau kata2 Hindu dalam bahasanya, sedangkan di seluruh Indonesia Barat ada peninggalan2 Hindu dan Buddha, dan kata2 Hindu terdapat dalam bahasa2 Madagascar. Tanggal terjadinya perpisahan ini tidak diketahui persis, jadi beta (si penulis) pakai 3000 tahun lalu sebagai hypothesa saja. Juga beta tidak tahu kalau proses perpisahan ini terjadi lambat atau cepat, hanya beta terka mungkin terjadi secara berangsur. 2900 tahun lalu, orang2 Austronesia (Polynesia pertama) mulai ada di kepulauan2 Samoa dan Tonga. 2684 tahun lalu, Kota Roma mulai berdiri. 2500 tahun lalu, Gautama Buddha muncul dengan kepercayaannya di Hindia Utara. 2500 tahun lalu, Kung Fu Tsu membubuh dasar2 etika Tionghoa. 2500 tahun lalu, padi mulai ada di Melaya dan di Sulawesi. 2500 tahun lalu, tifa2 tembaga Dongson ("moko"), yang padanya ada gambar perahu itu, mulai ada di mana2 di Indonesia. 2344 tahun lalu, Iskandar Zulkarnain menyeberang Sungai Indus untuk mengalahkan Hindia. 2340 tahun lalu, Iskandar Zulkarnain merebut Kota Tsur. Semua orang laki2nya disalibkan. 1800 tahun lalu, orang2 Austronesia mulai ada di Pulau Madagaskar. 1619 tahun lalu, Uskup Theophilus merampok isi Perpustakaan Iskandaria. 1600 tahun lalu, orang2 Polynesia mulai ada di Hawaii, Easter Island, dan pesisir2 Amerika. 1594 tahun lalu, fanatik Kristen bernama Petrus memalu mati seorang perempuan bernama Hypatia, filsafah akhir peradaban Yunan, pada sebuah gereja di Iskandaria. 1479 tahun lalu, Raja Justinian suruh tutup Perpustakaan Iskandaria. 1473 tahun lalu, rupa2nya Krakatau meledak dengan amat dahsyat, tapi tidak ada catatan sejarahnya. Iklim sedunia tepengaruh. Naskah2 Jawa mengatakan bahwa dulu Sumatera bersambungan dengan Jawa, tapi boleh jadi putusnya sudah lebih dulu dari ini. 1386 tahun lalu, Muhamad melarikan diri dari Maka ke Medina. 1356 tahun lalu, orang2 Islam rebut Kota Iskandaria dan membakar isi perpustakaannya. 550 tahun lalu, Agama Islam diterima oleh ke-empat pemimpin Negeri Hitu. 497 tahun lalu, orang2 Portugis merebut Kota Melaka. 408 tahun lalu, Komandan Portugis bernama Casper de Melo menyerahkan Kota Laha (kira2 Fort Viktoria) kepada laksamana Belanda bernama Steven der Haghen. 380 tahun lalu, Imam Rejali Hitu mengarang Hikayat Tanah Hitu. 193 tahun lalu, (April-Juli 1815), Gunung Tambora meledak di Sumbawa. 12 ribu orang langsung tewas dari ledakannya. 50 ribu lagi kemudian mati kelaparan. Iklim sedunia mengalami perobahan. Di bagian utara Amerika Sarikat, tahun 1815 digelar "tahun yang tak punya musim panasnya." Salju jatuh bulan Juli (pertengahan musim panas). 115 tahun lalu (27 Agustus 1883), Krakatau meledak. Bunyinya terdengar sampai di Eropa. Beta berikan tanggal2 ini agar kelihatan perkembangan Bangsa Austronesia dalam perkembangan dunia. Dari daftar tanggal ini kita bisa lihat dengan lebih jelas alangkah tuahnya identitas Bangsa Austronesia, dan bagaimana kerajaan2 besar seperti Mesir, Sumer,Hindia, Tiongkok, dsb., seperti baru2 saja kalau akan dibanding dengannya. Dan kita bisa melihat bagaimana agama Kristen baru ada saja sejak 1/6 adanya Bangsa Austronesia di atas permukaan bumi, dan bagaimana agama Muhamad belum cukup 1/8 lamanya. Agama Hindu baru ada sejak 1/8-nya sedangkan Kung Fu Tsu dan Buddha baru sekitar 1/5 lamanya. Behkan zaman mulainya terpancar Bangsa Austronesia belum ada Piramid di Mesir dan belum ada tulisan di Sumeria. Manusia belum tahu pakai tembaga atau besi, dan belum tahu mengerjakan kaca. Melalui daftar ini juga kita bisa melihat bagaimana perang sangat merusakkan manusia. Ratusan tahun sebelum tarikh Masehi, Iskandar Zulkarnain menyalibkan semua orang laki2 dalam Kota Tsur (orang Phoenicia), dan Rum membakar Kartagena. Tidak perlu lagi beta menyebut Titus, yang menyalibkan semua orang Yahudi yang lari dari Yerusalem sampai kehabisan kayu untuk membuat salib2nya. Dan kita bisa melihat alangkah berbahayanya agama2 Kristen dan Islam, yang dua2nya membenci pengetahuan dan merusak Perpustakaan Iskandaria, yakni perpustakaan purba utama di dunia. Dan bagaimana orang2 Kristen dan Islam tidak segan membunuh orang2 berpengetahuan kalau tidak berhasil dijinakkan atau dikendalikan oleh mereka. Masakan si Petrus (the Reader) bisa memalu mati perempuan di dalam gereja dengan memakai pontong kayu? Agama2 Kristen dan Islam senantiasa menjanjikan damai. Nama "Islam" pun berarti "damai." Tapi hasilnya selamanya bukan damai melainkan penyiksaan dan penumpahan darah--istimewa agama Islam. Nah, kayaknya pada suatu masa Hindia dianggap sebagai sumber peradaban, pengetahuan, kesenian, dan agama untuk seluruh Asia Timur, selatan, dan tenggara. Orang2 Austronesia Barat mempelajari agama2 Hindu dan Buddha. Orang2 Monggol di mana2 membuka hati kepada agama Buddha, dari Jepang sampai Korea sampai Tiongkok sampai Mongolia. Orang2 Afghanistan juga menerima agama Buddha. Zaman itu orang dengan sesuka hati masuk agama2 Hindu atau Buddha, dan rupa2nya tidak ada yang mengganggu kalau ingin berpindah agama. Filsafah Hindu adalah suatu filsafah yang tuah, akil balig, dan toleran terhadap segala macam kepercayaan.

Di Hindia juga orang2 Austronesia mempelajari teknologi bangunan, teknologi senjata, dan seni perang. Seni tulis dan baca masuk Indonesia Barat, Angkor, dan Campa dari Hindia. Ceritera2 Hindia menarik perhatian dan merangsang imaginasi. Dan beta kira sama seperti saudara2nya di Kepulauan Indonesia, orang2 Polynesia juga belayar keluar untuk menuntut pengetahuan, bukannya ke Hindia melainkan ke Benua Amerika. Karena pada zaman itu (1600 tahun lalu ke atas) ada teknologi pembangunan tinggi di kedua Benua Amerika, sekalipun perkembangan sosialnya masih ketinggalan, dan tidak ada kemerdekaan padanya seperti di Hindia, yang menyebabkan mereka hanya berhasil mengambil garis2 besar teknologinya saja, dan tidak sampai mempelajari detail2nya seperti di Hindia. Islam mulai pecah pada abad ke-7 (sekitar 1350 tahun lalu), dan beta sengaja pakai istilah "pecah," karena ledakannya hampir seperti bom. Afrika Utara langsung ditaklukkan, kemudian sebagian besar Eropa. Tapi ekspansi Islam bukan saja ke barat melainkan juga ke Hindia. Dan mungkin karena Hindia masih dianggap sebagai sumber kemajuan di Indonesia, atau boleh juga karena pedagang2 Arab sudah banyak di Indonesia, berangsur2 Indonesia Barat, kemudian Indonesia Timur semuanya mulai mengaku Islam. Nah, sejak awalnya Islam adalah bukan saja agama tapi juga organisasi militer dan organisasi teror, dan hal ini mungkin tidak jelas pada awalnya, behkan masih kabur sampai sekarang. Agama Hindu sangat toleran adanya. Mau berdoa di rumah sembahyang? Boleh. Mau berdoa di liang2 pegunungan Hindia Utara? Boleh. Mau ikut filsafah Jain? Boleh. Mau ikut pelajaran Buddha? Boleh. Mau ikut filsafah yang berpendirian ateist (katakan "tidak ada Allah")? Boleh. Mau menyembah Tuhan Yang Maha Esa? Boleh. Mau menyembah seribu dewa? Boleh juga. Pokoknya kepercayaan itulah hak peribadi dan tidak dipaksa. Tapi sekali2 bukan begitu halnya dengan Islam. Malah Islam memaksa orang masuk agamanya, memaksa orang bersunat, dan membunuh semua orang yang tidak mau segera mengaku Islam sebagai agamanya dan menyangkal semua agama lainnya. Beta kira orang2 Indonesia abad ke-15 (550 tahun lalu) masuk Islam karena dua sebap, masing2 sbb:

a. Islam lebih jelas dan lebih mudah dipaham daripada Hindu atau Buddha, dan banyak orang berhasil diyakinkan melalui penerangan dan khotbah. Di mana2 di Indonesia ada kramat2, yakni kubur2 orang yang dianggap sebagai orang suci yang membawa agama. Orang2 Arab biasa pintar dan linca, dan di Indonesia justeru orang suka pintar dan linca. Ceritera2 Abu Nawas, misalnya, sangat cocok dengan jiwa banyak orang Indonesia.

b. Dan raja2 Indonesia masuk Islam karena mereka tahu bahwa Islam adalah suatu perserikatan militer yang dapat membelanya melawan raja2 Hindu dan Kristen (karena pada waktu2 itu Portugis sudah mulai masuk juga). Tapi beta (si penulis) kira banyak orang salah berhitung, karena mereka kurang sadar bahwa Islam bukan seperti agama Hindu atau Buddha yang toleran dan terbuka. Atau dengan kata lain, mereka terjebak, dan sekarang anak-cucu-nya tidak bisa melepaskan diri dari genggam Islam, malah Islam makin mencekik rakyat Indonesia, mengajar anak2 membenci sesama di sekolah2nya, membakar gereja2 Kristen, dan pada akhirnya menuntut semua orang harus takluk di bawah syariah.

Berarti bukan saja tidak boleh makan babi, harus sunat, harus berlutut tujuh kali, lima kali sehari, ke arah Maka, tapi sekarang perempuan2nya jangan diperbolehkan sekolah, harus tutup diri dengan pakaian panas dari kaki kepala, dsb. Republik Indonesia masih terus pertahankan diri bukan negara Islam, tapi kalau lihat fakta2nya, ternyata hukum syariah sudah mulai berlaku di mana, orang2 Islam bisa merampok dan membakar rumah2 Kristen dan membunuh orang Kristen dengan tidak takut pembalasan, sewaktu2 perempuan2 Cina Kristen bisa diperkosa di hadapan umum, gereja2 bisa dibakar (ada yang dengan orang2nya di dalamnya), dsb. Hal2 ini semuanya sangat berbahaya, pertama2 kepada orang yang bukan Islam, tapi akhirnya kepada seluruh nusa dan bangsa, karena Islam adalah agama yang membenci pengetahuan, mengajar orang membenci semua yang "Kafir," atau non-Islam, dan menahan rakyatnya dalam ketakutan dan kerendahan. Mengapa beta (si penulis) berani menulis demikian? Buktinya limpah. Di mana2 yang orang hidup dibawah sistem syariah, perempuan harus tutup diri dari kaki sampai ke kepala. Perempuan tidak diperbolehkan bersekolah. Ada yang perempuan dianggap tidak berjiwa (misalnya di dunia Magrib). Bangsa Negro diperbudakkan. Perempuan hitam dijual-belih seperti kambingan di pasar. Mereka sering dipertelanjangkan di hadapan umum dan kemaluannya diperiksa seperti orang periksa tomat di pasar. Budak2 begini bisa dipukul dan diperkosa, atau dijual kepada barang siapa saja. Tapi bukti agung kesalahan Islam adalah hal dari negara2 Islam dalam kurang-lebih seribu tahun belakangan ini kayaknya tidak ada satu pun penemuan ilmiah. Dan pada zaman ini, yang penemuan2 baru pecah kiri-kanan seperti jagung kering yang dipanggang, hampir2 tidak ada satu penemuan baru yang pernah keluar dari negara2 Islam. Yang keluar hanyalah kabar pembunuhan, pelukaan, penyiksaan, perkosaan, pemaksaan, dsb. Nah, ini bukan berarti tidak ada orang Islam yang pinter. Pada zaman ini juga kiri-kanan kita membaca nama2 Arab yang top dalam bidang2 ilmiah. Tapi pertanyaan yang selalu muncul adalah, "Luh, mengapa kok penemuan Islam2 ini semuanya selalu terjadi di Inggeris dan di Amerika, dan bukan di Saudi Arabia?" Beta kira jawabannya semua orang tahu. Di bawah sistem Islam, penghasilan manusia hampir nihil, tapi di negara2 barat mereka terbuka seperti kembang2 yang kena panas matahari. Semua orang membutuh kemerdekaan, tapi Islam tidak segan merampas kemerdekaan. Perempuan adalah apa2 yang patut dibanggakan, dan bukannya disunat dan di tutup seperti kucing dalam karung. Nah, kalau Islam memang terang, tenang, senang, benar, adil, pengasih, dsb., seperti apa yang alim-ulama bilang, dan kalau negara2 Barat memang Setan, luh mengapa orang2 Islam selalu belanjakan mobil Barat, Pakaian Barat, dsb.? Mengapa tidak pesan semuanya dari Maka? Sekali lagi jawabnya cukup jelas dan tidak perlu diulangi. 8. Kesimpulan. Jadi sekarang bangsa Austronesia, yang kebanyakannya berada di Malaysia, Indochina, dan bahagian barat Republik Indonesia, mau ke mana? Mau jaya seperti dulu atau mau jadi bangsa ketutup Islam yang hujung jalannya tidak ada harapan apa2? Hei, bagitu dolo dari beta (si penulis), TetemanisMU yang tercinta di Ka'u, Hawaii, USA!

Jumat, 23 Oktober 2015

Islam Masuk Di Kedang

A. Kondisi Awal Mula Kedang sebelum Masa Kolonial Belanda


Kedang berasal dari kata "Edang", adalah nama sebuah wilayah "Auq Edang" yang sekarang dikenal dengan "Tanah Kedang".....Auq = Tanah, Edang dari kata Edan = Lampau atau dahulu kala, jadiAuq Edang berarti Tanah Dahulu Kala atau Tanah Masa Lampau. Auq edang /Tanah Kedang adalah nama sebuah wilayah pemerintahan yang membawahi 44 buah Temukang atau kampung sekarang yang berada di sekeliling gunung kedang atau Uyelewun, Konkritnya. Pada masa dahulu sebelum pemerintahan kolonial belanda, pemerintahan Auq Edang/Tanah Kedang sudah ada dan asal mula manusia bermukim di puncak Uyelewun dari awal manusia Edang (Kedang) pertama secara turun temurun sampai pada seorang raja pertama bernama TAMIDA.


selanjutnya dari raja TAMIDA menurunkan anak secara turun temurun hingga


LIA→LOYO→BUYA


Kemudian BUYA bertemu dengan seorang perempuan yang belum dikenalnya, yang berasal dari Sina Pueng Matang Jawa ( Tanah jawa ) akhirnya menikahlah keduanya. Tempat pertemuan keduanya dibalikulik (balauring) sekarang menjadi ibukota kecamatan omesuri. Buya adalah orang jawa, sebutan Buya berarti Bapa danOme lidah orang kedang tapi, sebenarnya adalah Umi yang artinya Ibu. Jadi Buya dan Ome selalu ditambah Suri yang artinya Pengelana atau Pengembara, karena tidak diketahui asal muasal kedua orang tersebut. Dari perkawinan Buyasuri dan Omesuri menurunkan beberapa keturunan secara turun temurun hingga sampai pada ROMAN yang menurunkan anak RIBU dan RAHA. Kedua putera mahkota itu selanjutnya berkaitan dengan penyebaran Manusia dalam rangka memenuhi Temukung/Perkampungan di seputar Gunung Uyelewun dan sekitarnya, maka terjadilah pembagian wilayah Au Edang (Tanah Kedang) menjadi 2 bagian, Wilayah GOA OTEWELA BAJA (di pedalaman), RAJA OLE WATA (Raja di pesisir pantai.


GOA OTE WELA (Raja di pedalaman) di perintahhi oleh RIBU ROMAN dan RAJA OLE WATA (Raja pesisir) diperintahi oleh RAHA ROMAN. Oleh karena pembagian kekuasaan raja auq Edang/Tanah Kedang pada dua saudara kakak beradik dan pada akhirnya terjadilah pembaiatan adik Raja ole wata, RAHA ROMAN menjadi RAJA EDANG, Raja Tanah Kedang karena Raja RAHA ROMAN punya Sumber Daya yang lebih baik/Tinggi........................................................................................................


Sebagai tanda untuk mengekalkan PEMBAIATAN tersebut dilakukan secara seremonial adat dengan memadukan darah kakak beradik yang penuh dengan nilai kesakhralannya dan kesaktiannya.......................................................................................


ISI BAIAT :


1. RIBU RATU (sebutan asli kedang)


WITING LUBA DEI SOBA’ ARABAU DUKI DEI


Rakyat mngikuti perintah satu orang nimong/Penggembala dalam hal ini adalah RAJA


2. Semboyan persatuan dan kesatuan dari pedalaman dan pesisir/pantai adalah SATU dengan semboyan kedang


“WITING PULU WADE” UDE’, MATENG PULUH WOU’ UDE”


Artinya : Sepuluh ekor kambing diikat dengan satu Tali


Mayat sepuluh Dikubur dalam satu liang lahat


3. “WELA BIRANG WATA LOGE, WATA OWANG WELA PARO”


Artinya : Pakaiannya Pedalaman Robek,, Pesisir berikan,


Pedalaman Lapar pesisir Berikan Makanan.


Tiga butir baiat ini merupakan kalimat “NUKUNG” (Tamsil). Ketiga Baiat sumpah serapah ini sangat terbukti bila terjadi pelanggaran dan hal ini kontan dan sangat dihormati hingga saat ini, Orang boleh percaya atau tidak tapi FAKTA telah membuktikan, kemudian penulis hanya meneruskan sejarah bagi turunan dari Raja RAHA ROMAN dan sejarah GOA OTE WELA sekarang berada di Aliuroba ( Desa benihading ) tersendiri dengan sejarahnya. RAJA RAHA ROMAN kemudian menurunkan anak – anaknya secara turun temurun hingga pada ERUNG LAWE. Dari Lawe selanjutnya menurunkan lima orang anak yaitu :

    DATO LAWE
    SARABITI LAWE
    SARUANG LAWE (X ) Mati muda
    TAPING LAWE
    ERUNG LAWE

Yang sekarang mendiami LEU ALIUR (Kalikur) pada masa dahulu hingga sekarang dengan suku LEU TUANG hingga saat ini.........................................................


Di Leu Aliur ( Desa Kalikur ) terdapat 6 suku yang pada masa lampau menjadi 6 temukung(kampung) yang masing – masing kepala kampung dijabat oleh Ketua – ketua suku.


Kampung/Temukung di kalikur terdiri dari :

    Kampung / Suku Leutuang
    Kampung / Suku Leuwerung
    Kampung / Suku Dapubeang
    Kampung / Suku Honiero
    Kampung / Suku Marisa
    Kampung / Suku Leuto’ang

Dari kelima anak dari RAJA LAWE ERUNG. Anak kedua yakni SARABITI LAWE menjadi RAJA AUQ EDANG( tanah kedang) karena sumber dayanya agak lebih baik dari kakak beradik tersebut diatas.Beliau SARABITI LAWE Lebih cakap dan belajar ilamu agama islam Tempat belajarnya adalah Ujung Pandang (Sekarang Makassar) dan Buton, Bau-bau.-


Pada masa masuknya pemerintahan Kolonial belanda pada tahun 1596, Belanda masuk ke indonesia, di Pelabuhan BANTEN (Tanah jawa) pemerintah pada saat itu di LEU/AU EDANG(Tanah Air Kedang) dengan LEU ALIUR sebagai pusat ibukota dibawah pemerintahan RAJA SARABITI LAWE.


Selanjutnya Pada tahun 1602 Belanda dengan VOC Melancarkan ekspansinya dengan politik “ DEVIDE ET IMPERA ” atau politik memecah belah dan menguasai.


Dengan dilancarkan politik Devide et Impera maka terjadilah fitnah yang dilancarkan oleh VOC kepada RAJA ADONARA bahwa di Au Edang atau tanah Kedang hidup seorang Raja yang bernama SARABITI LAWE yang meliputi 44 Temukang/Kampung. Yang berdiri sendiri dengan tidak memihak kepada Timur ataupun Barat. Dengan segala strategi yang licik dari VOC maka Raja ADONARA mulai melakukan perluasan wilayah kekuasaan dengan segala strateginya dengan mengundang RAJA SARABITI LAWE ke Adonara lalu mempersuntingkan saudari perempuannya untuk di kawinkan kepada raja SARABITI LAWE yang bernama “ MEME BOTA “ dengan demikian maka RAJA KEDANG di bawah Raja SARABITI LAWE secara otoomatis menjadi bagian dari pemerintahan RAJA ADONARA dengan sebutan KAPITAN( RIANG BARA ) sebagai bukti pengakuan Auq edang menjadi bagian dari Raja ADONARA maka lahirlah kalimat sakti perpaduan dua wilayah antar kalikur dan Adonara yang ditandai dengan memadukan darah dan diminum bersama.


Kalimat sakti tersebut adalah : “LEU ALIUR AUQ ADONARA”


Kesaktian kalimat tersebut telah terbukti dimana-mana oleh orang kedang. Kalimat ini boleh dipercaya atau tidak tetapi fakta telah membuktikan. LEU ALIUR AUQ ADONARA dengan “NUBA NARA” nya adalah kalimat yang penuh dengan kesaktiannya adalah kalimat yang merupakan simbol INDUK,Yang dalam istilah kedang “NETE” atau HULU( GAGANG) sedangkan isinya, Sebagai penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bisa mencantumkan isi dari pada istilah di atas, karena diharuskan untuk memenuhi kriteria khusus yang harus di penuhi bagi yang mau mempelajarinya...................................................................................................................


B. Auq Edang atau Tanah Kedang pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda


Raja SARABITI LAWE ( Penguasa Auq Edang dan Tanah kedang) yang sering dipanggil(RIANG BARA) kawin 2 (dua) orang istri dengan menurunkan beberapa orang anak diantaranya yang menjadi putra mahkota adalah :


MUSA SARABITI, dan BAPA LAWE SARABITI


Dengan dua putera mahkota ini pemerintah kolonial Belanda mulai memainkan peran fitnah kepada RAJA ADONARA bahwa Auq Edang (TANAH KEDANG) terr jadi perebutan tahta oleh dua saudara yaitu :


BAPA LAWE SARABITI dengan MUSA SARABITI, dan akhirnya BAPA LAWE SARABITI di asingkan ke KUPANG(timor). Dan pada akhirnya SARABITI LAWE sering dipanggil dengan nama BAPA KUPANG.Kedua saudara tersebut yakni Musa Sarabiti dan Bapa Lawe sarabiti belajar sekolah di Makassar, Buton, dan Bau – Bau. Setelah Bapa Lawe Sarabiti kembali dari Kupang terjadilah perdamaian antara kedua saudara kakak beradik untuk saling akui mengakui Saudara MUSA SARABITI menjadi “RIANG BARA”. Sebagai bukti bahwa adanya pengakuan tersebut dilakukan pertukaran Bineng(Saudara Perempuan) yakni saudari perempuan dari MUSA SARABITI yaitu : SITI MUSA dan BANG MUSA menjadi saudari perempuan BAPA LAWE SARAABITI yakni EMA BESE’ dan EMA PAO menajdi saudari MUSA SARABITI hingga saat ini.


Selanjutnya RIANG BARA MUSA SARABITI menurunkan beberapa orang anak yang menggantikan RIANG SARABITI adalah PUTERA MAHKOTA yang bernama “SARABITI MUSA” menjadii Riang Bara Auq Edang/tanah Kedang, beliau sering di panggil dengan sapaan “BAPA RIANG” yang tempat pemakamannya di abadikan diatas batu besar di BOTE LOLOQ yang sering dissebut masyarakat dengan SAGU WOWO artinya MULUT SAGU atau pelabuhan ADONARA. Yang hingga saat ini menjadi monumen peninggalan masa lampau.

C. Auq edang atau Tanah Kedang pada Masa Kemerdekaan indonesia


Pada tahun 1945 Auq Edang atau Tanah Kedang diperintahi oleh “RIANG BARA” yang membawahi 44 Temukang/kampung yang berada di seputar uyelewun atau gunung kedang. Termasuk 6 buah kampung di kalikur. Setelah RIANG BARA MUSA SARABITI meniggalakan roda pemerintahan, Pemerintahan beralih pada 2(Dua) orang putera mahkota yaitu :

    MUSA atau M. MUSA atau dipanggil dengan sapaan BAPA MUSA, selanjutnya menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah, dan kemudian dipanggil dengan sapaan H.MUSA.
    BAPA DIAH yang kemuadian berkawin dengan dengan keturunan RAJA ADONARA dan bermukim di SAGU hingga saat ini.

Setelah itu yang menjadi RIANG BARA wilayah Kedang dibawah Pemerintahan “RIANG MUSA”. Setelah Kemerdekaan wilayah RAJA ADONARA dibentuk dengan sistem Pemerintah baru dengan sebutan “SWAPRAJA ADONARA” yang membawahi beberapa KAPITAN yang diperintahi oleh seorang Kepala HAMENTE yang khususnya di wilayah kedang menjadi HAMENTE KEDANG.


Pada tahun 1960 terjadilah perubahan sisitem pemerintahan menurut Undang – Undang atau peraturan kepala HAMENTE diubah menjadi KOORDINATOR DESA – DESA. Setelah RIANG BARA MUSA BIN BAPA RIANG, Pemerintah beralih apada Dinasti berikutnya yaitu Putra Mahkotanya yakni : MAS ABDUL SALAM SARABITI sebagai kepala HAMENTE Kedang, juga sebagai koordinator Desa-desa Kedang yang berkedudukan di BALAURING Ibukota kecamatan Omesuri sekarang............................


Pada tahun 1961, Kemudian struktur pemerintah Koordes dirubah menjadi Pemerintah Kecamatan , sehingga Kampung – Kampung pun diubah menjadi “Pembentukan desa gaya Baru”. Maka terjadilah Pembentukan Kecamatan Lomblen Timur dengan Ibukotanya BALAURING. Selanjutnya khususnya Kalikur yang terdiri dari enam Kepala Kampung yang digabung menjadi : “DESA GAYA BARU KALIKUR” . Dan Pada saat itu terjadilah Penggabungan Desa - Desa Seputar Gunung Uyelewun yang Dulunya terdiri dari kepala – kepala Kampung..................................................................


Pada tahun 1967 Pemerintah Lomblem Timur dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu :

    Kecamatan Buyasuri
    Kecamatan omesuri

Yang dahulunya adalah wilayah Administrasi RAJA SARABITI LAWE

    Kecamatan Buyasuri Ibukotanya Weiriang
    Kecamatan omesuri ibukotanya Balauring

Hingga saat ini.........


D. SEJARAH PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI FLOTIM, ALOR DAN DI KEDANG KALIKUR


Agama islam masuk di wilayah flores timurdan alor lebih khusus di Auq edang/Tanah Kedang melalui 2 jalur yaitu :

    EXPEDISI DARI TIMUR
    EXPEDISI DARI BARAT

Pada tahun 1500 Agama Islam masuk di indonesia yang dibawa oleh pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia melalui bandar – bandar niaga yang Ramai. Pada umumnya Ekspedisi penyebarannya melalui perdagangan dan kawin mawin. Tahun 1700, khusus di Tanah Kedang (Auq Edang) yang diperintahi oleh Raja Sarabiti Lawe dengan pusat pemerintahan di LEU ALIUR(KALIKUR) sudah memeluk agama Islam, primitif awal mula masuknya agama islam di LEU ALIUR(Kalikur) berasal dari kerajaan/kesultanan Banten. Para da’i penyiar agama islam datang berniaga/berdagang dan singgah di pelabuhan/bandar Leu Aliur. Bandar/Pelabuhan Leu Aliur(Kalikur) pada masa lampau sangat terkenal karena merupakan bandar/pelabuhan transito bagi Expedisi penyebaran dari timur ke barat ataupun dari barat ke timur. Karena itu pelabuhan kalikur diberi nama dengan PUITIS KEDANG :

“LEU LIKUR LAMA KOMA TANAH WAHENG LAMA BERA”
Artinya :
NEGERI YANG AMAN DAMAI TEMPAT BERTEDUH BAGI PELAYAR YANG HENDAK KE TIMUR atau KE BARAT
Sekaligus tempat persiapan pembekalan (Logistik) dalam pelayaran dan penyebrangan.


Bandar/Pelabuhan Kalikur sekarang masih ada yang sering disebut oleh orang kedang dengan sebutan “WATA RIANG” dengan rincian arti (Wata : Pantai,Riang : Besar). Artinya Pantai Besar dan tempat itu menjadi tempat yang sakral dan terus dipergunakan oleh pemerintah dan masyarakat kalikur dalam Urusan Pelepasan Ekspedisi kalikur ke luar Daerah termasuk pelepasan dan pemberangkatan jemaah haji pada masa lampau.............!!!


Pada Tahun 1800, datang lagi para penyebar dan penyiar agama islam dari kesultanan Banten yang bernama“SYEKH IBU ABUYA” sebagai pimpinann ekspedisi masuk di Kalikur dan tinggal serta menetap bersama Bapa Lawe Sarabiti melalui bandar/pelabuhan Kalikur sambil berdagang atau berniaga sekaligus penyiaran dan penyebaran agama islam di kalikur. Dan Syekh Ibu Abuya berasal dari Keturunan kesultanan Banten dan juga penyiar agama islam di wilayah kedang khususnya di kalikur, oleh karena tugas sebagai seorang penyiar agama islam maka beliau tinggal dan menetap di kalikur untuk waktu yang cukup lama sampai bertahun. Sebagai bukti bahwa beliau pernah tinggal di Kalikur, maka rumah yang dianiaya orang kalikur dan orang kedang pada umumnya menyebutnya dengan sebutan Huna Banten karena lidah orang kedang menyebutnya dengan sebutan Huna banten : Huna = Rumah, Banten=bantal. Rumah tersebut ditempati oleh orang Banten, dan hingga saat ini rumah tersebut masih bernama Huna bantal dan keberadaanya kini masih ada di desa kalikur. Karena itulah perlu digaris bawahi bahwa datangnya/tibanya Syekh Ibu Abuya, Raja Kedang Musa sarabiti, dan bapak Lawe sarabiti sudah memeluk agama islam dari bapaknya (Mendiang Sarabiti Lawe). Sebagaimana telah penulis katakan bahwa penyebaran dan penyiaran agama islam baik Timur maupun Barat, melalui bandar-bandar niaga yang ramai dan termasykur.

    Ekspedisi Jalur Timur dan Barat

Ekspedisi jalur barat tersebut melalui Kerajaan Islam di tanah jawa dan juga Sulawesi. Sedangkan Ekspedisi jalur Timur melalui Kesultanan Ternate, Tidore, saparua, Bacaa dan Obi. Ekspedisi barat dalam penyebaran dan penyiarannya melalui 5 bandar-bandar yang ramai pada masa itu yakni :


Wilayah Flores Timur terdiri dari :


LOHAYONG → Ola Lau Hayong


LAMAKERA → Dato Lau Kera


LAMAHALA → Kia Rae Salang


TERONG → Dato Watampao


LEBALA → Bala Lama Rongan


5(lima) bandar besar itulah kemudian dikenal dengan SOLOR WATANG LEMA artinya Solor 5 Pantai. Solor adalah nama Daerah yang masuknya agama islam di wilayah Flores Timur. Watang adalah bandar, pantai atau pelabuhan. Jadi Solor watang lema berarti 5 (lima) pantai.................................................................................................

    Expedisi Timur

Melalui jalur Bandar – bandar Niaga yang ramai Khususnya di kepulauwan Alor melalui 5 Bandar besar yaitu :

PANDAI→Liu rai Bolitonda

BARANUSA

BLAGAR→Salasang baku laha

ALOR BESAR

KUI MORU→Gamaley Ata Malay


5 (lima) bandar tersebut kemudian terkenal dengan nama / sebutan GALI AU WATANG LEMA BerartiALOR LIMA PANTAI . Kalau begitu Kedang / Kalikur termasuk yang mana ? apa Solor Watang Lemaatau Gali Au Watang Lema ? jawabannya : Kedang / Kalikur Tersendiri karena Bandar Kalikur sebagai mana penulis sudah utarakan bahwa kalikur sebagai tempat Transit untuk jalur penyebrangan baik dari Timur maupun Barat yang sering di beri nama dengan “ LEULIKUR LAMA KOMA TANAH WAHENG LAMA BERA” Sebagai bukti peninggalan tempat singga pada masa Lampau di Kalikur masih ada sering di sebut “Wata Riang”, Jadi Kalikur Agama Islam masuk Tersendiri Baik melalui jalur Timur maupun barat.


Untuk memperdalam ilmu Agama Islam Baik di timur maupun di Barat Orang Kalikur Meengirimkan BENARASI untuk belajar Ilmu Agama Islam sebagai berikut:

GENERASI I (pertama)

    Musa Sarabiti belajar di Makassar dan Buton Bau – bau
    Bapa Lawe Sarabiti juga di Makassar dan Buton Bau – bau
    Jawa (Imam Jawa) belajar di Batipu, Padang Sumatra Barat dan di Tanah Jawa(sehingga sering disebut (Imam Jawa)

GENERASI II (kedua)

    Jaudin Laba belajar di Seram saparua
    H. Musa belajar di Makassar Buton bau – bau
    Bapa Diyah Belajar di tanah Jawa juga Buton bau – bau.
    Butu (Jou) belajar di Tarnate Seram, Saparua.
    Raha Dato belajar di seram saparua (yang semboyan kebesarannya sering beliau nyatakan dalam orasinya “SERANG GORANG YO”).
    Ana Koda Haba belajar di Buton bau-bau karena jadi juragan maka dijuluki ANAKODA HABA.
    Raja Mamboli dari Dapubeang juga belajar di serang Saparua.
    M. Abd Wahid belajar di Buton, Bau-bau dan makassar.

Kemudian datang para ustadz dari Padang Sumatera barat mengajarkan ilmu agama islam di kalikur/Kedang sampai beberapa saat baru kembali, tepatnya di Batipu dan padang pariaman Sumatera Barat. Catatan yang diperoleh penulis dari para leluhur bahwa agama islam masuk di Kedang/kalikur pada tahun 1700-an.


Kemudian menyusuli SYEKH IBU ABUYA dari keturunannya datanglah H.MUSLIM BIN ABD SYEKH ALWAN masuk di Kalikur melalui Bonerate tinggal di Kalikur tepatnya di Huna banten kemudian mengawini Hj. St. Aisyah anak dari H. Misbah cucu dari Bapa lawe sarabiti juga Mengajarkan ilmu agama islam dan menetap di kalikur dengan menurunkan beberapa anak kemudian kembali ke Mekkah hingga meninggal di Mekkah. Hingga saat ini anaknya H. St. Fatimah masih menetap di Mekkah...

Yang menarik dan istimewa Pemerintah Negeri Kedang/Kalikur pada masa lampau sering disebut dengan “RAJA AGAMA” artinya : Raja yang mengatur Ritual Agama islam, dengan fungsi :

    Mengatur Ritual Agama terutama mengenai shalat Jum’atan dan juga shalat sunnat 2 Hari Raya Besar.
    Penetapan awal puasa ramadhan dan penetapan Hari Raya idhul Fitri(1 Syawal)
    Uniknya adalah kegiatan ritual Agama pada butir pertama diatas baru akan dimulai apabila telah hadirnya “RAJA AGAMA”

E. PENYEBARAN DAN PENYIARAN AGAMA ISLAM DI WILAYAH KEDANG DI SEPUTAR GUNUNG UYELEWUN


Pada masa awala mula masuknya agama islam di Leu Aliur maka agama islam mulai mengembangkan supaya ke wilayah perkampungan di seputar gunung Kedang/Uyelewun mulailah dilakukan penyiaran dan pengajaran Ilmu Agama Islam oleh para jou-jou ngaji sekaligus mendirikan mesjid dan langgar/Surau din seputar gunung Uyelewun melalui perkampungan dengan melalui proses kawin mawin di wilayah perkampungan sekaligus menjadi imam untuk mengajarkan Ilmu Agama islam. Dengan demikian dalam waktu sekejap islam masuk dan diterima menjadi agama yang dipeluknya hingga saat ini. tidaklah berkelebihan penulis menyebutkan nama-nama penyebar agama islam diseputar gunung uyelewun sebagai berikut :


Jou Imam Raha, Jou H. Abd. Wahid, Jou Imam Abd. Jamil, H. Abd. Wahid, Jou Asmolu, Jou Imam Hasan, Songko Lodo, dan Jou Soge, Jou Syuaib Soge, Untuk penyebaran Wilayah Omesuri Sekarang, Sedangkan untuk wilayah buyasuri adalah Jou Butu, Jou Imam kalu, Jou Moi H. Abd Jamil, Jou H. Muh. Arsyad, Jou Mado Dore, Jou Imam Pala, Jou luma Jawa, Jou imam Abd. Latif(Imang La Ila), Jou Imam bapa Tua taba.

F. KESIMPULAN

1. Masuknya Agama islam di wilayah kedang diperkirakan pada tahun 1700-an

2. Islam masuk di Auq Edang(Tanah Kedang) secara langsung, tidak melalui Ekspedisi Timur maupun Ekspedisi barat karena BANDAR KALIKUR merupakan Bandar Transito yang hingga saat ini masih dikenal sebagai bukti sejarah “WATA RIANG”. Wata : Pantai/Pelabuhan, Riang : Besar jadi Wata riang : Pantai/Pelabuhan besar.

3. Bukti peniggalan masa lampau, masih ada dan tetap dilestarikan hingga saat ini.



G. PENUTUP


Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segalah petunjuk dan hidayahnya sehingga sempat penulis melakukan pembukuan Sejarah Asal Mula “ PEMERINTAHAN AUQ EDANG (TANAH KEDANG) DAN SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM DI AUQ EDANG (TANAH KEDANG).


Reverensi dalam upaya penyusunan ini saya peroleh dari para pendahulu/pemimpin Kedang(Kalikur) yang berasal dari LELUHUR KETUA_KETUA SUKU dalam Desa kalikur/Leu Aliur teristimewa :

    Alm. Mado Kiri (Leu Tuang)
    Burong Pitang (Leu Werung)
    Tulung Sika (Honiero)
    H. Ali Buka (Marisa)
    Kopa Toang (Dapubeang)
    Mado Dore (Leu Toang)

Terus pada generasi berikut :

    Abdullah Samina (Leu Tuang)
    H. Agusalim Mado (Leu tuang)
    Abd. Latif mado (Leu Toang)
    Muh. Amin Mamboli (Dapubeang)
    Hasan Rahmat (Leu Tuang)
    Marjuki Beang (Dapu beang)

Terakhir dari pemerintahan Desa Kalikur yang digabung dari 6 (enam) Kepala kampung menjadi DESA GAYA BARU KALIKUR dengan kepala Desa perdananya adalah : Bapa Tuang Adonara. Kepada Alm. Mendiang Pendahulu tersebut diatas telah memberikan informasi dan inspirasi kepada penulis untuk dijadikan bahan “RUJUKAN” dalam penyusunannya terhadap buku ini.


Semoga semuanya menjadi “AMALIYAH INFORMATIKA” yang sangat berharga bagi generasi Penerus sehingga jangan sampai hanya indah khabar dari rupa yang tidak terkesan apa-apa.


*** Tidak lupa saran dan kritikan serta masukan dari teman dan rekan dalam upaya penyempurnaan terhadap sejarah ini, penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya.


*** Penulis Menyadari Karya penulisan ini memang sungguh jauh dari harapan yang idealnya.


*** Jika tulisan ini benar adalah sebuah kebenaran yang datangnya dari Allah SWT. Jika salah atau khilaf dan keliru datangnya hanya dari penulis semata sebagai manusia biasa...................................................................................................................................



AMIIIEN YAA RABBAL ALAMIIEN

Muhammad Arrasy El Kasim
(Sumber : Dato,Damra.2011.Selayang Pandang Sejarah, Pemerintahan Awal Mula dan Perkembangan Islam di Kedang.Kedang:Arras Press)

Muhammad Arrasy
/arrasy_kedang

Muhammad Arrasy, Asal Kedang Nusa Tenggara Timur..

























Masuknya Islam Di Lebala

“Sejarah Masuknya Islam di Kerajaan Labala ( Suatu Tinjauan Historis)
DRAFT
NAMA :HUSAINI ABUBAKAR
NIM : 40200109029
FAKULTAS : ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN : SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)
JUDUL : “Sejarah Masuknya Islam di Kerajaan Labala ( Suatu Tinjauan Historis)
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang masuk kedalam negara kepulauan terbesar di dunia diperkirakan lebih dari 3000 pulau , panjang wilayah kepulauaan Indonesia dari barat ke timur yaitu dari titik terbarat Sumatra sampai keperbatasan dengan Papua New Guinea adalah 5500 km. Lebarnya dari titik terutama sampai titik terselatan yaitu dari pulau Miangas ( kepulauan Talud ) ke pulau Roti ( Nusa Tenggara Timur ) adalah 1770 km, kepulauan Indonesia mempunyai area tanah sekitar 1904569 km2 ( 36.79 % dari luas area tanah dan lautan yang mencapai sekitar 5176800 km2 itu ).[1]
Selain memiliki wilayah yang begitu luas Indonesia juga mempunyai begitu banyak ragam budaya, suku bangsa, dan bahasa yang menjadikan negara ini kaya dengan segala ragam budaya, selain ragam budaya, Negara ini juga kaya akan sumber daya alam yang melimpah ruah akan tetapi sangat disayangkan dengan luasnya wilayah dan kurangnya sumberdaya manusia yang menyebabkan masih banyak kekayaan yang belum diekspos secara baik, salah satunya yang akan saya bahas dalam skripsi ini yaitu proses masuknya Islam di desa Labala, kecamatan wulandoni dan bagaimana akulturasi antara budaya yang telah ada dengan budaya Islam di daerah ini.
Berkaitan dengan Labala, desa ini terletak di selatan pulau Lembata, Kabupaten Lembata (sebelumnya masuk wilayah kabupaten Flores Timur), Kecamatan wulandoni, desa ini agak terisolasi, karena tekstur tanahnya yang berbukit-bukit.[2]
Transportasi utama menuju Labala adalah angkutan laut dengan menggunakan perahu motor dan darat dengan menggunakan mobil angkutan pedesaan yang bentuknya sangat unik dikarenakan angkutan ini adalah sejenis mobil truk yang dimodifikasi menjadi angkutan umum, Walaupun kawasan ini masih cukup terisolir hingga saat ini, namun ternyata cukup banyak menyimpan sejarah.
 Pada masa dulu, di daerah ini pernah berdiri kerajaan Labala yang menganut agama Hindu. Bukti keberadaannya bisa dilihat dari peninggalan prasasti yang menggunakan huruf Kawi, yang disebut oleh masyarakat setempat sebagai prasasti Berkah Kerama. Prasasti ini dianggap keramat, karena itu selalu diletakkan dalam posisi yang tinggi di rumah adat.[3] Dalam perkembangannya, desa Labala berganti nama menjadi Desa Gaya Baru Leworaja yang berarti “Lewo” dalam bahasa setempat adalah kampung menurut kamus besar bahasa Indonesia kampung adalah kesatuan administrasi terkecil yang menempati wilayah tertentu.[4] dan “ Raja” adalah penguasa menurut kamus besar bahasa Indonesia Raja adalah penguasa tertinggi pada suatu kerajaan (biasanya diperoleh sebagai warisan )[5], kemudian di artikan Leworaja adalah tempat berdiam para Raja . Hingga saat ini, nama yang terakhir masih tetap digunakan.
Sebelum penulis membahas mengenai proses masuknya Islam dikerajaan Labala sebelumnya kita harus mengetahui bahwa kedatangan Islam diberbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan, demikian pula kerajaan – kerajaan dan daerah – daerah yang didatangnya mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan.
Apa bila kita membahas mengenai masuknya Islam di wilayah timur Indonesia maka kita tidak bisa lari dari sejarah masuknya Islam di kerajaan Gowa dan Tallo, karena dengan Islamnya kerajaan Gowa maka Islam dengan mudah tersebar di seluruh pelosok Indonesia Timur, ada berbagai sumber yang mengatakan bahwa masuknya Islam ke wilayah Nusa Tenggra melalui kerajaan Gowa akan tetapi ada juga sumber yang mengatakan bahwa Islam masuk kewilayah Nusa Tenggara khususnya Nusa Tenggara Timur berasal dari kerajaan Islam Ternate.
Penelitian lain yang dilakukan dosen Undana, Drs. Munandjar Widyatmika menyebut, pada tahun 1680 Lohayong di Solor merupakan sebuah kerajaan Islam yang memiliki supremasi terhadap kerajaan Islam lainnya. Saat itu, Lohayong di Solor diperintah oleh seorang ratu bernama, Nyai Chili Muda, yang pada tahun 1663 mengirim surat kepada Gubernur Jenderal VOC di Batavia, memohon agak dikirimkan gading berukuran besar yang dijadikan bantal di kala ia wafat nanti.Ia juga menyebut, Kedang sebuah wilayah di timur Pulau Lembata merupakan bagian dari Kerajaan Ternate, semetara di selatan Pulau Lembata juga terdapat sebuah kerajaan Islam yakni Lebala dengan Raja terakhir Ibrahim Baha Mayeli. [6]
B. Rumusan Masalah
Beranjak dari gambaran umum diatas, maka dapat dikemukakan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses masuknya islam di kerajaan Labala ?
2. Bagaimana pola penyebaran dan pengembangannya ?
3. Bagaimana akulturasi antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan Islam ?
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam proses Islamisasi di kerajaan Labala ?
C. Hipotesis
Adapun hipotsis dari beberapa permasalahan yang akan menjadi jawaban sementara adalah sebagai berikut:
1. Masuknya agama Islam di kerajaan Labala pada masa pemerintahan Raja Ibrahim Baha Mayeli dari dinasti Mayeli pada tahun 1923, atas ajakan anak dari Raja Ibrahim Baha mayeli yang memang telah lebih dahulu memeluk Islam.
2. Pola penyebaran dilakukan secara damai dan suka rela, karena Islam diterima pertama kali oleh Raja sehingga dapat mempermudah rakyat untuk menganut agama Islam yang mana mereka mengikuti jejak rajanya.
3. Faktor-faktor yang sangat mendukung dalam proses islamisasi di kerajaan Labala dikarenakan Islam masuk langsung kepenguasa sehingga rakyat dengan sukarela memeluk agama Islam, selain dari itu proses penyebaran Islam di kerajaan ini juga dibantu oleh beberapa kerajaan tetangga yang telah lebih dahulu memeluk agama Islam.
4. Kajian pustaka
Adapun penelitian yang dilakukan penulis terhadap permasalah ini belum pernah diteliti oleh atau dibahas oleh penulis lain dalam bentuk karya ilmiah, mungkin dikarenakan kurangnya informasi mengenai kerajaan Labala ini atau dikarenakan kurangnya putra daerah yang mampu mengangkat sejarah kerajaan ini kepermukaan , akan tetapi penulis berusaha semaksimal mungkin untuk membawa kepermukaan sejarah lokal yang terpendam ini menjadi sebuah karya ilmiah yang obyektif.
Walaupun pokok permasalahan yang diangkat oleh penulis belum pernah diteliti oleh penulis lain dalam bentuk karya ilmiah akan tetapi penulis tetap berpedomankan kepada teori-teori yang sudah ada. Adapun literatur-literatur yang digunakan penulis adalah Sejarah Nasional Indonesia jilid 3 yang menggambarkan tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia dan beberapa literatur lain yang ada hubungannya dengan masuknya islam di kerajaan labala. Selain dari itu penulis juga mendapatkan referensi dari beberapa situs internet, salah satunya adalah situs pemerintah daerah Lembata, dan dari blog pribadi putra daerah khususnya daerah Labala Leworaja.
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sebagaimana penulisan karya-karya ilmiah lain yang tentunya mempunyai tujuan dan manfaat, begitu pula halnya dengan penulisan karya ini. Adapun yang menjadi tujuan dan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang sejarah masuknya Islam di kerajaan Labala.
2. Untuk mengetahui tentang bagaimana akulturasi antara budaya Islam dengan kebudayaan yang sudah ada.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dimaksudkan sebagai konstribusi bagi pengembangan studi Sejarah Kebudayaan Islam, terutama menyangkut sejarah masuknya islam di kerajaan Labala
2. Agar hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan yang bermanfaat dalam ilmu Sejarah dan Kebudayaan.
3. Bahwa dengan adanya penulisan karya ini dapat dijadikan sebagai literatur/rujukan tambahan dan sumber bacaan bagi generasi yang akan datang.


[1] Sartono Kartodirjo, Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nurgoho Noto Susanto, Sejarah nasional indonesia V ( Jakarta: Offset P.T Grafitas, 1975),h. 1
[2] Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http://wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lembata (28 juni 20011).
[3] http://leworaja.blogspot.com/2011_05_01_archive.html ( 28 juni 2011).
[4] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke III ( Jakarta Balai pustaka, 2003), h. 498.

[5] Ibid., h. 617.
[6] Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http://wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lembata (28 juni 20011).
Diposkan oleh Youchenky aL ayyuby Mayeli

Lewo Raja Serambi Mekah NTT

LEWOLEBA, FBC-Haruslah diakui bahwa perjalanan dari Lewoleba menuju desa Lebala, cukup menguras kenyamanan fisik. Sebuah perjalanan yang mencerminkan betapa masih belum meratanya akses jalan yang baik untuk desa-desa terpencil. Setidaknya itu yang saya alami pada Jumat (12/7/2013).

Akibat kondisi jalan yang buruk, sehingga perjalanan dari Lewoleba, (Ibukota Kabupaten Lembata) menuju kampung Lebala, jika menggunakan kendaraan sepeda motor bisa memakan waktu sekitar 3 jam.

Setelah melewati berbagai rintangan, akhirnya sekitar pukul 6.30 petang kami tiba di Kampung Lebala atau dikenal juga dengan Desa Lewo Raja.

Lebala terletak di kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata. Gemuruh ombak laut selatan terdengar membahana seakan menyambut kedatangan kami. Bagian utara kampung ini, di bentengi tebing tinggi menjulang.

Pemukiman kampung di ujung pesisir selatan Pulau Lomblen itu, tertata apik. Rumah-rumah penduduk ditata tepat di pesisir pantai. Wajah-wajah bersahaja dan lembut menyapa kami yang berjalan menenteng kamera dan tas ransel di pundak.

Suara Azan dari Langgar dan surau kecil-kecil di tepi jalan menuju Desa Lewo Raja sungguh menggambarkan, kami sedang berada di kampung Islam, serambi Mekkah NTT dari Lembata.


Kepala Tongkat Berbahan Emas Milik Kerajaan Lebala belambang Ratu Belanda Wilhelmina II, dan Kalung emas peninggalan kerajaan Lebala. (Foto : FBC/Yogi Making- Gambar diambil Jumat, 12/7/2013
Dari Desa Leworaja, bekas Kerajaan Lebala inilah, orang Lembata mengenal agama Islam yang menyebar hingga saat ini. Bekas Kerajaan Lebala inipun dijuluki “Serambi Mekkah NTT”.

Meski Jumlah penduduk di Lembata kebanyakan Katolik, namun Islam di Lembata semakin hari semakin berkembang dalam nuansa damai, berdampingan dengan umat beragama lain.

Kepala Kementrian Agama Kabupaten Lembata, Dorothia Nahak, Minggu (14/7/2013) menjelaskan data pemeluk Agama di Lembata tahun 2012, dari Total 124.736 penduduk Lembata, jumlah pemeluk agama Katholik, 87.271, Islam 35.469. Kristen 1.920, Hindu 73, Budha 3.

“Meski Lebala memulai penyebaran agama Islam namun Kantong Muslim di Lembata terbanyak di wilayah Kedang, Nubatukan dan paling sedikit di Kecamatan Wulandoni,” ujar Nahak. Bersambung (Yogi Making)

Menelusuri Jejak Islam Di Kepulauan Solor

Kupang, NU Online
Saat ini, wilayah kepulauan Solor yang terdiri atas Pulau Solor, Pulau Adonara, Pulau Lembata, Pantar, Alor dan beberapa pulau kecil di sekitarnya, lebih dipengaruhi oleh kebudayaan Katolik.

Tetapi siapa kira, kalau kawasan yang meliputi tiga Kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, pernah mendapat pengaruh kuat dari beberapa kerajaan Islam di Maluku, Jawa dan Sulawesi sejak abad ke-15.

Seorang sosiolog dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Drs. Syarifuddin Gomang, MHons, dalam sebuah tulisannya, menghubungkan perkembangan di gugusan kepulauan itu dengan perkembangan salah satu kerajaan Islam di timur yakni Ternate.

Tersebutlah, pengganti Sultan Baabullah yang membalas kematian ayahnya Sultan Hairun, yang dibunuh Portugis, dengan mengepung Portugis dalam benteng di Ternate dan mengambil alih benteng pada tahun 1574.

Dalam puncak kejayaan itulah, Sultan Baabullah mendapat pengakuan kedaulatan dari masyarakat di 72 pulau, termasuk Kepulauan Solor.

Dari dokumen Portugis, Gomang mengungkapkan, Sultan Baabullah mengutus keponakannya bernama Kaichili Ulan ke Pulau Buru di Maluku, merekrut orang-orang dan mempersiapkan perahu untuk penyerangan ke Lohayong, sebuah basis pertahanan Portugis di Pulau Solor.

Rencana serangan itu, atas permintaan bantuan dari Solor untuk menyerang orang Portugis di Benteng Lohayong.

Dalam pelayaran Kaichili Ulan ke Solor tersebut, ikut pula banyak bangsawan Ternate dan pengikut mereka yang kemudian menetap di beberapa pulau di NTT. Di antara mereka terkenal nama Sultan Syarif Sahar dan isterinya, Syarifah, yang menetap di Pulau Solor dan nantinya memimpin orang Solor bertempur melawan Portugis, setelah bersekutu dengan VOC atau kongsi dagang Belanda yang bersaing dengan Portugis.

Tokoh ini, kemudian ikut pindah ke Kupang di Pulau Timor, ketika VOC memindahkan pusat kedudukan dari Solor ke Kupang pada tahun 1657. Di Kupang, Sultan Syarif lebih dikenal dengan nama Atu Laganama dan menjadi penyebar agama Islam pertama di sekitar Batu Besi, Kupang. Diduga, kedatangan Atu Laganama ini menandai migrasi pertama orang Islam Solor ke Kupang, sehingga sampai kini di ibukota Provinsi NTT itu, masih ada Kelurahan Solor.

Sebagian dari pasukan Kaichili Ulan, tidak hanya menetap di Pulau Solor, tetapi juga pulau-pulau lain mulai dari Flores Timur sampai ke Kabupaten Alor.

Karena itu, di Alor terdapat sebuah pulau bernama Pulau Ternate, sementara mereka yang menetap di Flores Timur antara lain dari klen Gogo, Likur dan Maloko. Bahkan, seorang ulama dari Ternate bernama Usman Barkat, menjadi tokoh penyebar agama Islam.

Di Blang Merang, Alor, pun sudah ada kampung Maluku pada abad ke-15, yang dihuni penduduk beragama Islam. Pada abad ke-17, gugusan kepulauan Solor dikabarkan resmi menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Ternate yang berubah menjadi kerajaan Islam pada tahun 1683.

Kerajaan Islam

Penelitian lain yang dilakukan dosen Undana, Drs. Munandjar Widyatmika menyebut, pada tahun 1680 Lohayong di Solor merupakan sebuah kerajaan Islam yang memiliki supremasi terhadap kerajaan Islam lainnya.

Saat itu, Lohayong di Solor diperintah oleh seorang ratu bernama, Nyai Chili Muda, yang pada tahun 1663 mengirim surat kepada Gubernur Jenderal VOC di Batavia, memohon agak dikirimkan gading berukuran besar yang dijadikan bantal di kala ia wafat nanti.

Ia juga menyebut, Kedang sebuah wilayah di timur Pulau Lembata merupakan bagian dari Kerajaan Ternate, sementara di selatan Pulau Lembata juga terdapat sebuah kerajaan Islam yakni Lebala dengan raja terakhir Ibrahim Baha Manyeli.

Sementara Solor telah diduduki VOC sejak tahun 1646, tetapi Sultan Ternate baru resmi menyerahkan kepada Solor pada tahun 1683.

Pada saat yang sama, di Kalikur Kedang, Lembata terdapat klen Honi Ero yang berasal dari Seram, sedangkan raja Adonara di Pulau Adonara, masih keturunan dari Ternate.

Bahkan, Gomang dan Widyatmika menyebut, tidak diketahui pasti, siapa pendiri kerajaan Lohayong Islam di Solor, yang jelas pada masa Kerajaan Majapahit memperluas wilayah kekuasaan dalam kerangka persatuan Nusantara sejak tahun 1357 dengan menaklukkan Dompo di Nusa Tenggara Barat (NTB) di bawah Laksamana Nala.

Kemudian Lohayong Solor yang strategis dijadikan salah satu pusat kedudukan pasukan Majapahit.

Karena letaknya yang strategis, Lohayong di bawah pengaruh pedagang Islam dari Jawa dan Sulawesi, diduga pada waktu itu agama Islam telah berkembang di Lohayong Solor. Gomang dan Widyatmika menyebut tiga pilar kekuatan Islam pasca keruntuhan Majapahit, yakni Gresik, Gowa dan Ternate.

Gresik disebut-sebut telah mempunyai pengaruh di Solor, sebelum militer Portugis membangun benteng pada tahun 1566. Pelabuhan Solor dijadikan transit bagi perdagangan kayu cendana sebelum dijual ke Cina dan India.

Demikian pula Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan, telah menjadi kerajaan Islam tahun 1605, di mana raja beserta perdana menteri pada tahun 1626 melakukan ekspedisi ke timur, termasuk ke Solor dan Timor.

Dari rangkaian pengaruh Islam dari Jawa, Sulawesi dan Ternate Maluku tersebut, hingga kini beberapa perkampungan di lima pantai di Solor, Adonara dan Lembata atau lebih dikenal dengan "Solor Watan Lema" dikenal sebagai perkampungan muslim hingga kini.

Kelima kampung itu adalah, Lohayong dan Lamakera di Solor, Lamahala dan Terong di Adonara dan Lebala di Lembata.

Dari tempat-tempat itulah, Islam tersebar ke berbagai tempat terutama di pedalaman Solor, Adonara dan Lembata, namun umumnya di Kepulauan Solor, umat Islam umumnya menempati daerah pesisir mulai dari Pulau Solor, Adonara, Lembata, Pantar, Alor dan pulau-pulau kecil di sekitarnya dan menjadikan kawasan itu salah satu daerah muslim di Nusa Tenggara Timur (NTT). (ant/mad)