PDRB adalah singkatan dari Produk Domestik Regional Bruto. teorinya
sih keseluruhan dari nilai tambah dari sektor-sektor ekonomi yang ada di
suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. beranjak dari pengalamanku
yang mencari teori PDRB di internet via google ga ketemu, jadi aku mau
post teori ringkasnya di blog aku. bukan aku yang bikin tapi dikutip
dari sumber yang terpercaya. siapa tau aja bermanfaat buat seseorang
entah siapa, dimana dan entah kapan.
Selamat membaca, semoga yang bingung ga’ semakin bingung.
1.1. Konsep dan Defenisi
1.1.1. PDRB
PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu
(provinsi dan kabupaten /kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu
(satu tahun kelender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud kegiatan
pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa.
Dalam penghitungannya, untuk menghindari hitung ganda, nilai output bersih diberi nama secara spesifik, yaitu nilai tambah (value added).
Demikian juga, harga yang digunakan dalam perhitungan ini adalah harga
produsen. Penilaian pada harga konsumen akan menghilangkan PDRB
subsektor perdagangan dan sebagian subsektor pengangkutan.
1.1.1. Output
Dalam suatu proses produksi selama satu tahun, seluruh nilai harga
produsen barang/jasa yang diproduksi dinamakan output. Secara teknis
penghitungan ini adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga atau
tarip jual dari produsen barang atau jasa tersebut.
1.1.2. Input Antara
Input antara merupakan nilai seluruh barang jasa yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa tersebut. Input antara juga diartikan
sebagai biaya antara atau biaya produksi.
1.1.3. Nilai Tambah
Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan dalam proses produksi,
dan besarnya sama dengan selisih output dengan input antara. Sebagai
contoh seorang tukang mebel selama ia membuat satu set mebel, orang
tersebut memerlukan bahan-bahan yang terdiri dari papan, paku, cat, busa
dan lain-lain. Perubahan semua nilai bahan diatas menjadi nilai mebel
adalah suatu pertambahan nilai.
1.2. Metode Penghitungan
Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
1.2.1. Metode Langsung
Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil
penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan.
1.2.1.1. Pendekatan Produksi
PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu
wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.
Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dari barang dan
jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses
produksi.
1.2.1.2.Pendekatan Pendapatan
PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan
gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini
termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto.
1.2.1.2. Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk
pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan
inventori dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi
impor), di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya
satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada
penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.
1.2.2. Metode Tidak Langsung/Alokasi
Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan
nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi
pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling
besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan
ekonomi tersebut.
Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data
yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan
saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong
peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan
merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah.
1.3. Klasifikasi Lapangan Usaha
Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan/agregasi dari seluruh NTB
yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan
PDRB, seluruh lapangan usaha dikelompokkan menjadi sembilan sektor
ekonomi. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan
Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional. Pembagian ini sesuai
dengan System of National Accounts (SNA). Hal ini juga memudahkan para analis untuk membandingkan PDRB antar provinsi dan antara PDRB dengan PDB.
Dengan demikian dalam penyajian buku ini kegiatan ekonomi/lapangan
usaha dirinci menjadi: 1). Pertanian, 2). Pertambangan dan Penggalian,
3). Industri Pengolahan, 4). Listrik, Gas dan Air Minum, 5). Konstruksi,
6). Perdagangan, Restoran dan Hotel, 7). Pengangkutan dan Komunikasi,
8). Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9). Jasa-jasa termasuk jasa
pelayanan
1.4. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Hasil penghitungan PDRB disajikan atas harga berlaku dan harga konstan.
1.4.1. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam
suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga
tahun yang bersangkutan.
NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output
dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB
menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan
tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor, dan
sektor. Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap
sektor, maka penilaian NPB/Output dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara
langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan dan penggalian,
pertama kali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa
digunakan. Setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang
dihasilkan. Satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama
antara satu kabupaten/ kota dengan kabupaten/kota lainnya. Selain itu
diperlukan juga data harga per unit/satuan dari barang yang dihasilkan.
Harga yang dipergunakan adalah harga produsen, yaitu harga yang diterima
oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi pertama antara
produsen dengan pembeli/konsumen. NPB/Output atas dasar harga berlaku
merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing-masing
komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain menghitung nilai produksi
utama, dihitung pula nilai produksi ikutan yang dihasilkan dengan
anggapan mempunyai nilai ekonomi. Produksi ikutan yang dimaksudkan
adalah produksi ikutan yang benar-benar dihasilkan sehubungan dengan
proses produksi utamanya.
2. Untuk sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri
pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan sektor konstruksi,
penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah
kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing
kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/Output atas dasar
harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga
masing-masing komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain itu dihitung
juga produksi jasa yang digunakan sebagai pelengkap dan tergabung
menjadi satu kesatuan usaha dengan produksi utamanya.
3. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa
seperti sektor perdagangan,restoran dan hotel; pengangkutan dan
komunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya; sewa rumah dan jasa
perusahaan; serta pemerintah dan jasa -jasa, untuk penghitungan kuantum
produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai
dengan masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Pemilihan
indikator produksi didasarkan pada karakteristik jasa yang dihasilkan
serta disesuaikan dengan data penunjang lainnya yang tersedia. Selain
itu diperlukan juga indikator harga dari masing-masing kegiatan,
subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/Output atas dasar harga
berlaku merupakan perkalian antar indikator harga masing-masing
komoditi/jasa pada tahun yang bersangkutan.
1.4.2. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan
Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas
dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu
tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan
perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah
dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu.
Penghitungan atas dasar konstan berguna untuk melihat pertumbuhan
ekonomi secara kesuluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat perubahan
struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun.
Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas dasar
harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
1.4.2.1. Revaluasi
Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing
tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan
biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas
dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya
antara atas dasar harga konstan.
Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara
yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak
disamping itu data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua
keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga
konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga
konstan masing-masing tahun dengan ratio tetap biaya antara terhadap
output pada tahun dasar.
1.4.2.2. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh
dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks
produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks
dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai
indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya,
yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor, dan sektor yang
dihitung.
Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga
konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap
output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
1.4.2.3. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi
nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks
harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan
indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan
sebagainya, tergantung mana yang lebih cocok.
Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam
keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan
mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga
tersebut.
1.4.2.4. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya
antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output
dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan
sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan
adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga
untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.
Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya
antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks
harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan
harga konstan deflasi berganda belum banyak dipakai.
1.5. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional
Dari data PDRB, dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti :
1. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Harga Pasar , yaitu PDRB
dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang
digunakan dalam proses produksi selama setahun.
2. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi,
yaitu produk domestik regional neto atas dasar harga pasar dikurangi
dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan
pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi
yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun
subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi
atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual
sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk regional neto atas
dasar biaya faktor produksi disebut sebagai Pendapatan Regional.
3. Angka-angka per kapita, yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi
sebagaimana diuraikan diatas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun.
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang
dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah :
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah regional. Nilai PDRB yang
besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga
sebaliknya.
2. Pendapatan regional harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu wilayah.
3. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke
tahun.
4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah.
Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis
perekonomian suatu wilayah.
5. PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita atas dasar harga berlaku
menunjukkan nilai PDRB dan Pendapatan Regional per kepala atau per satu
orang penduduk.
6. PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita atas dasar harga konstan
berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk
suatu wilayah.
Jumat, 30 Agustus 2013
Jumat, 23 Agustus 2013
KABAR BURUNG DOB
Lampiran
DPR RI NTT
Nusa Tenggara Timur Dewan Perwakilan Rakyat#Komisi
|[[Pius Lustrilanang]]|[[Partai Gerakan Indonesia
Raya]]|Nusa Tenggara Timur I|7|-
|[[Laurens Bahang Dama]]|[[Partai Amanat Nasional]]|Nusa
Tenggara Timur I|11|-
|[[Josef A. Nae Soi]]|[[Partai Golongan Karya]]|Nusa
Tenggara Timur I|5|-
|[[Melchias Marcus Mekeng]]|[[Partai Golongan Karya]]|Nusa
Tenggara Timur I|11|-
|[[Honing Sanny]]|[[Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan]]|Nusa Tenggara Timur I|4|-
|[[Benny Kabur Harman]]|[[Partai Demokrat]]|Nusa Tenggara
Timur I|3 |-
|[[Saleh Husin]]|[[Partai Hati Nurani Rakyat]]|Nusa Tenggara
Timur II|5|-
|[[Fary Djemy Francis]]|[[Partai Gerakan Indonesia
Raya]]|Nusa Tenggara Timur II|5|-
|[[Setya Novanto]]|[[Partai Golongan Karya]]|Nusa Tenggara
Timur II|3|-
|[[Charles J. Mesang]]|[[Partai Golongan Karya]]|Nusa
Tenggara Timur II|9|-
|[[Herman Hery]]|[[Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan]]|Nusa Tenggara Timur II|3|-
|[[Anita Jacoba Gah]]|[[Partai Demokrat]]|Nusa Tenggara
Timur II|8|-
|[[Jefirstson R. Riwu Kore]]|[[Partai Demokrat]]|Nusa
Tenggara Timur II|10|}
Kamis, 22 Agustus 2013
FAKTA KABAR BENUA YANG HILANG
ATLANTIS
Telah 9000 tahun berlalu sejak
perang yang berlangsung antara mereka yang tinggal di luar Pilar-Pilar Heracles
dan mereka yang tinggal di dalamnya. Di satu sisi, kota Athena dilaporkan
menjadi pemimpin perlawanan sementara pihak satunya dipimpin oleh raja-raja
Atlantis, suatu pulau yang bahkan lebih luas dibandingkan Libya dan Asia, yang
kemudian tenggelam karena gempa bumi, dan menjadi tembok tempur yang
menghalangi seluruh pelayaran melalui samudera itu(Critias-360SM). Konon hanya
dua catatan yang menceritakan tentang Atlantis yaitu Dialog Timeaus dan
Critias, keduanya dicatat oleh Plato sekitar 360SM. Dialog ini adalah
percakapan antara Socrates (guru Plato), Hermocrates, Timeaus dan Critias,
Socrates menjelaskan tentang masyarakat ideal versinya, sementara Timeaus dan
Critias bercerita kisah yang bukan fiksi.
Kisah ini merupakan kisah konflik antara bangsa Athena dan Atlantis 9000 tahun sebelum masa Plato. Kisah yang sudah terlupakan tetapi muncul kembali dibawa oleh Solon (600 tahun SM), seorang Sage dari Hellena yang mendapatkan secara lisan dari pendeta Mesir di Sais. Solon menyampaikan kisah ini kepada Dropides, kakek buyut Critias. Dropides menyampaikannya kepada putranya, (yang juga bernama) Critias, dan diteruskan kepada Critias, sang cucu
Kisah ini merupakan kisah konflik antara bangsa Athena dan Atlantis 9000 tahun sebelum masa Plato. Kisah yang sudah terlupakan tetapi muncul kembali dibawa oleh Solon (600 tahun SM), seorang Sage dari Hellena yang mendapatkan secara lisan dari pendeta Mesir di Sais. Solon menyampaikan kisah ini kepada Dropides, kakek buyut Critias. Dropides menyampaikannya kepada putranya, (yang juga bernama) Critias, dan diteruskan kepada Critias, sang cucu
Selama lebih dari 2000 tahun,
Atlantis menjadi dongeng dan banyak ilmuwan yang tidak berani secara
terang-terangan mengakui adanya Atlantis. Tetapi sejak abad pertengahan, kisah
Atlantis menjadi populer di dunia Barat. Banyak yang menganggap Atlantis (jika
ada) terletak di Samudra Atlantis, bahkan ada yang menganggap Atlantis terletak
di Amerika sampai Timur Tengah. Para penduduknya dianggap sebagai Dewa, makhluk
luar angkasa, atau bangsa superior. Tetapi kebanyakan peneliti tidak memberikan
bukti atau telaah yang cukup. Sebagian besar hanya mengira-ngira. Salah satu
peneliti yang mengklaim telah menemukan Atlantis adalah Robert Sarmast, seorang
arsitek Amerika keturunan Persia. Ia menyebutkan bahwa Atlantis dan Taman
Firdaus adalah sama Wilayah di Samudra Pasifik dan Hindia telah diusulkan,
Indonesia, Malaysia atau keduanya (Sundaland), dan kisah benua "Kumari
Kandam" yang hilang di India telah menarik pararel terhadap Atlantis.
Begitu pula dengan monumen Yonaguni di Jepang. Bahkan Kuba dan Bahama juga
telah diusulkan. Menurut Ignatius L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The
Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan (tempat
tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia mengklaim bahwa suku Aztek menunjuk ke
timur Karibia sebagai bekas lokasi Aztlan.
Lokasi yang diduga sebagai lokasi
Atlantis adalah:
* Al-Andalus
* Antartika
* Australia
* Di dekat Siprus
* Kreta dan Santorini
* Turki
* Timur Tengah
* Malta
* Sardinia
* Troya
* Kepulauan Azores
* Tepi Bahama dan Karibia
* Bolivia
* Laut Hitam
* Inggris
* Irlandia
* Kepulauan Canary dan Tanjung Verde
* Denmark
* Finlandia
* Indonesia
* Isla de la Juventud dekat Kuba
* Meksiko
* Laut Utara
* Estremadura, Portugal
* Swedia
LEMURIA
Lemuria/Mu merupakan peradaban kuno
yg muncul terlebih dahulu sebelum peradaban Atlantis.Para peneliti menempatkan
era peradaban Lemuria disekitar periode 75000 SM – 11000 SM.Jika kita lihat
dari periode itu,Bangsa Atlantis dan Lemuria seharusnya pernah hidup bersama
selama ribuan tahun lamanya. Gagasan Benua Lemuria terlebih dahulu eksis
dibanding peradaban Atlantis dan Mesir Kuno dapat kita peroleh penjelasannya
dari sebuah karya Augustus Le Plongeon (1826-1908),seorang peneliti dan penulis
pada abad ke -19 yang mengadakan penelitian terhadap situs2 purbakala
peninggalan Bangsa Maya di Yucatan. Informasi tsb diperoleh setelah
keberhasilannya menterjemahkan beberapa lembaran catatan kuno peninggalan
Bangsa Maya.
Dari hasil terjemahan,diperoleh
beberapa informasi yang menunjukkan hasil bahwa Bangsa Lemuria memang berusia
lebih tua daripada peradaban nenek moyang mereka (Atlantis).Namun dikatakan
juga,bahwa mereka pernah hidup dalam periode waktu yang sama, sebelum kemudian
sebuah bencana gempa bumi dan air bah dasyat meluluh lantahkan dan
menenggelamkan kedua peradaban maju masa silam tersebut. Keadaan Lemuria
sendiri digambarkan sangat mirip dengan peradaban Atlantis,memiliki tanah yang
subur,masyarakat yang makmur dan penguasaan terhadap beberapa cabang ilmu
pengetahuan yang mendalam, faktor-faktor tersebut tentunya menjadi sebuah
landasan pokok bagi Bangsa Lemuria untuk berkembang pesat menjadi sebuah
peradaban yang maju dan memiliki banyak ahli/ilmuwan yang dapat menciptakan
suatu trobosan baru dalam Ilmu pengetahuan dan Teknologi mereka.
Seperti banyak dikemukakan oleh
beberapa pakar spiritual dan arkeologI, bahwa bangsa Lemurian dan Atlantean
menggunakan crystal secara intensif dalam kehidupan mereka. Edgar Cayce,Seorang
spiritualis Amerika melalui channelingnya berkali-kali mengungkapkan hal yang
sama. Kuil Lemuria dan Atlantis menempatkan sebuah crystal generator raksasa
yang dikelilingi crystal lain, baik sebagai sumber tenaga maupun guna berbagai
penyembuhan. Banyak info mengenai atlantis dan lemurian diperoleh dengan
men-channel crystal-crystal 'old soul' yang pernah digunakan pada kedua jaman
ini.
You might also like:
Sumber http://bacaanmu.blogspot.com/2011/03/fakta-kabar-benua-yang-dianggap-hilang.html#ixzz2ciPUeEBG
Rabu, 21 Agustus 2013
Pulau Adonara
Pulau Adonara
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pulau Adonara tampak dari pesawat ulang-alik, 1983. Letusan tampak dari gunung berapi Ili Boleng. |
|
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Kepulauan Sunda Kecil |
Kepulauan | Kepulauan Solor |
Puncak tertinggi | 1.659 m (5.443 kaki) |
Negara | |
Indonesia
|
|
Provinsi | Nusa Tenggara Timur |
Secara administratif, Pulau Adonara termasuk wilayah Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Adonara merupakan satu di antara dua pulau utama pada kepulauan di wilayah Kabupaten Flores Timur.
Adonara dahulu merupakan sebuah kerajaan yang didirikan pada tahun 1650.
Secara umum, masyarakat di pulau Adonara bertani. karena kondisi geografisnya..pertanian disini adalah pertanian lahan kering. Hasil utama dari pertanian ini yaitu..jagung, ubi atau singkong serta tanaman perkebunan seperti kelapa, tembakau, vanili, coklat dan cengkeh.
Pulau Adonara merupakan bagian dari Kabupaten Flores Timur dengan ibukota kabupaten yaitu Larantuka. Kabupaten Flores Timur sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu Flores Daratan (ujung timur pulau Flores), Pulau Adonara dan Pulau Solor. Pulau Adonara terdiri dari 8 kecamatan, yaitu :
- Kecamatan Adonara
- Kecamatan Adonara Barat
- Kecamatan Adonara Tengah
- Kecamatan Adonara Timur
- Kecamatan Ile Boleng
- Kecamatan Kelubagolit / Klubagolit
- Kecamatan Witihama / Watihama
- Kecamatan Wotan Ulumado
Kepala suku memegang peranan dalam hal upacara adat, menjatuhkan sanksi adat, dan hal-hal lain yang lebih bersifat spiritual. Sedangkan para Ata Kebelen biasanya memegang tampuk kekuasaan pemerintahan (seperti kepala dusun, kepala desa, lurah atau camat). Di antara keduanya terjalin hubungan yang baik dan tidak saling melangkahi kewenangan masing-masing.
Atlantis City
SUNDA LAND MENJAWAB MISTERI BENUA ATLANTIS YANG HILANG
SUNDA LAND Menjawab Misteri Benua Atlantis Yang Hilang
Atlantis City
(theunexplainedmysteries.com)
Kontroversi terbesar sepanjang sejarah
peradaban manusia, tampaknya kini mulai terungkap. Benua Atlantis
seperti disebutkan Plato, Filosof Yunani, dalam
bukunya Timaeus dan Critias sekitar 2500 tahun silam, dari sudut pandang
geologi dan spekulasi ilmiah dewasa ini, sangat mungkin adalah Sunda
Land, yang sekarang kita kenal dengan Indonesia Barat (Jawa, Sumatera
dan Kalimantan) hingga semenanjung Malaysia dan Thailand.
Benua Atlantis disebut sebagai awal peradaban manusia. Penduduknya
memiliki kebudayaan tinggi dan bangsa superior. Namun benua itu telah
tenggelam selama ribuan tahun karena berbagai bencana alam. Yang
menarik, hingga kini tidak diketahui dengan pasti dimana sebenarnya
letak benua Atlantis itu? Dari sudut pandang geologis, ternyata sangat
mungkin letak Atlantis justru di tataran Sunda….!
Oki Oktariadi, peserta program Doktor Pengembangan
Kewilayahan di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, Jawa
Barat, belum lama ini mengungkapkan hasil studi yang menarik mengenai
kontroversi misteri benua yang hilang itu.
Plato (topsecretwriters.com) |
Mitos itu pertama kali dicetuskan oleh seorang ahli filsafat terkenal dari Yunani, Plato (427 – 347 SM), dalam bukunya ”Critias dan Timaeus”. Disebutkan oleh Plato bahwa terdapat awal peradaban yang disebut Benua Atlantis; para penduduknya dianggap sebagai dewa, makhluk luar angkasa, atau bangsa superior; benua itu kemudian hilang, tenggelam secara perlahan-lahan karena serangkaian bencana, termasuk gempa bumi. Namun dari sudut pandang geologi masa kini, Atlantis itu sangat mungkin adalah Sunda Land.
Selama lebih dari 2000 tahun, Atlantis yang hilang telah menjadi
dongeng. Tetapi sejak abad pertengahan (mid century), kisah Atlantis
menjadi populer di dunia Barat. Banyak ilmuwan Barat secara diam-diam
meyakini kemungkinan keberadaannya. Di antara para ilmuwan itu banyak
yang menganggap bahwa Atlantis terletak di Samudra Atlantis, bahkan ada
yang menganggap Atlantis terletak di Benua Amerika sampai Timur Tengah.
Penelitian pun dilakukan di wilayah-wilayah tersebut. Akan tetapi,
kebanyakan peneliti itu tidak memberikan bukti atau telaah yang cukup.
Sebagian besar dari mereka hanya mengira-ngira.
Hanya beberapa tempat di bumi yang keadaannya memiliki persayaratan
untuk dapat diduga sebagai Atlantis sebagaimana dilukiskan oleh Plato
lebih dari 20 abad yang lalu. Akan tetapi Samudera Atlantik tidak
termasuk wilayah yang memenuhi persyaratan itu. Para peneliti masa kini
malahan menunjuk Sundaland (Indonesia bagian barat hingga ke semenanjung
Malaysia dan Thailand) sebagai Benua Atlantis yang hilang dan merupakan
awal peradaban manusia.
Fenomen Atlantis dan awal peradaban selalu merupakan impian para
peneliti di dunia untuk membuktikan dan menjadikannya penemuan ilmiah
sepanjang masa. Apakah pandangan geologi memberi petunjuk yang kuat
terhadap kemungkinan ditemukannya Atlantis yang hilang itu? Apabila
jawabannya negatif, apakah peluang yang dapat ditangkap dari perdebatan
ada tidaknya Atlantis dan kemungkinan lokasinya di wilayah Indonesia?
Hampir semua tulisan tentang sejarah peradaban menempatkan Asia
Tenggara sebagai kawasan ‘pinggiran’. Kawasan yang kebudayaannya dapat
subur berkembang hanya karena imbas migrasi manusia atau riak-riak
difusi budaya dari pusat-pusat peradaban lain, baik yang berpusat di
Mesir, Cina, maupun India. Pemahaman tersebut mengacu pada teori yang
dianut saat ini yang mengemukakan bahwa pada Jaman Es paling akhir yang
dialami bumi terjadi sekitar 10.000 sampai 8.000 tahun yang lalu
mempengaruhi migrasi spesies manusia.
Jaman Es terakhir ini dikenal dengan nama periode Younger Dryas.
Pada saat ini, manusia telah menyebar ke berbagai penjuru bumi berkat
ditemukannya cara membuat api 12.000 tahun yang lalu. Dalam kurun empat
ribu tahun itu, manusia telah bergerak dari kampung halamannya di padang
rumput Afrika Timur ke utara, menyusuri padang rumput purba yang kini
dikenal sebagai Afrasia.
Padang rumput purba ini membentang dari pegunungan Kenya di selatan,
menyusuri Arabia, dan berakhir di pegunungan Ural di utara. Jaman Es
tidak mempengaruhi mereka karena kebekuan itu hanya terjadi di bagian
paling utara bumi sehingga iklim di daerah tropik-subtropik justru
menjadi sangat nyaman. Adanya api membuat banyak masyarakat manusia
betah berada di padang rumput Afrasia ini.
Maka, ketika para ilmuwan barat berspekulasi tentang keberadaan benua Atlantis yang hilang, merekamengasumsikan bahwa lokasinya terdapat di belahan bumi Barat, di sekitar laut Atlantik, atau paling jauh di sekitar Timur Tengah sekarang.
Maka, ketika para ilmuwan barat berspekulasi tentang keberadaan benua Atlantis yang hilang, merekamengasumsikan bahwa lokasinya terdapat di belahan bumi Barat, di sekitar laut Atlantik, atau paling jauh di sekitar Timur Tengah sekarang.
Penelitian untuk menemukan sisa Atlantis pun banyak dilakukan di
kawasan-kawasan tersebut. Namun di akhir dasawarsa 1990, kontroversi
tentang letak Atlantis yang hilang mulai muncul berkaitan
dengan pendapat dua orang peneliti, yaitu: Oppenheimer (1999) dan Santos
(2005).
Kontroversi Dan Rekonstruksi Oppenheimer
Kontroversi tentang sumber peradaban dunia muncul sejak diterbitkannya buku Eden The East (1999) oleh Oppenheimer, Dokter ahli genetic yang banyak mempelajari sejarah peradaban. Ia berpendapat bahwa Paparan Sunda (Sundaland) adalah merupakan cikal bakal peradaban kuno atau dalam bahasa agama sebagai TamanEden. Istilah ini diserap dari kata dalam bahasa Ibrani Gan Eden. Dalam bahasa Indonesia disebut Firdaus yang diserap dari kata Persia “Pairidaeza” yang arti sebenarnya adalah Taman.
Menurut Oppenheimer, munculnya peradaban di Mesopotamia, Lembah
Sungai Indus, dan Cina justru dipicu oleh kedatangan para migran dari
Asia Tenggara. Landasan argumennya adalah etnografi, arkeologi,
osenografi, mitologi, analisa DNA, dan linguistik. Ia mengemukakan bahwa
di wilayah Sundaland sudah ada peradaban yang menjadi leluhur
peradaban Timur Tengah 6.000 tahun silam. Suatu ketika datang banjir
besar yang menyebabkan penduduk Sundaland berimigrasi ke barat yaitu ke Asia, Jepang, serta Pasifik. Mereka adalah leluhur Austronesia.
Rekonstruksi Oppenheimer diawali dari saat berakhirnya puncak Jaman Es (Last Glacial Maximum) sekitar 20.000 tahun yang lalu. Ketika itu, muka air laut masih sekitar 150 m di bawah muka air laut sekarang.
Kepulauan Indonesia bagian barat masih bergabung dengan benua Asia menjadi dataran luas yang dikenal sebagaiSundaland.
Namun, ketika bumi memanas, timbunan es yang ada di kutub meleleh dan
mengakibatkan banjir besar yang melanda dataran rendah di berbagai
penjuru dunia.
Data geologi dan oseanografi mencatat setidaknya ada tiga banjir
besar yang terjadi yaitu pada sekitar 14.000, 11.000, dan 8,000 tahun
yang lalu. Banjir besar yang terakhir bahkan menaikkan muka air laut
hingga 5-10 meter lebih tinggi dari yang sekarang. Wilayah yang paling
parah dilanda banjir adalah Paparan Sunda dan pantai Cina Selatan.Sundaland malah menjadi pulau-pulau yang terpisah, antara lain Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sumatera.
Padahal, waktu itu kawasan ini sudah cukup padat dihuni manusia
prasejarah yang hidup sebagai petani dan nelayan. Bagi Oppenheimer,
kisah ‘Banjir Nuh’ atau ‘Benua Atlantis yang hilang’ tidak lain adalah
rekaman budaya yang mengabadikan fenomena alam dahsyat ini. Di kawasan
Asia Tenggara, kisah atau legenda seperti ini juga masih tersebar luas
di antara masyarakat tradisional, namun belum ada yang meneliti
keterkaitan legenda dengan fenomena Taman Eden.
Benua Atlantis Menurut ARYSIO SANTOSKontroversi
dari Oppenheimer seolah dikuatkan oleh pendapat Arysio Santos. Profesor
asal Brazil ini menegaskan bahwa Atlantis yang hilang sebagaimana
cerita Plato itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia.
Pendapat itu muncul setelah ia melakukan penelitian selama 30 tahun yang
menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos
dalam bukunya tersebut menampilkan 33 perbandingan, seperti luas
wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang
akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Sundaland(Indonesia bagian Barat).
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua
yang membentang dari bagian selatan India, Sri Langka, dan Indonesia
bagian Barat meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa dan terus ke arah timur.
Wilayah Indonesia bagian barat sekarang sebagai pusatnya. Di wilayah
itu terdapat puluhan gunung berapi aktif dan dikelilingi oleh samudera
yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan samudera Pasifik.
Temple of Poseidon in Atlantis, The Lost City (bukisa.com) |
Wilayah Sundaland (Indonesia bagian Barat dalam buku Santos
(2005) Menurut Plato, Atlantis merupakan benua yang hilang akibat
letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus dan mencairnya
Lapisan Es yang pada masa itu sebagian besar benua masih diliputi oleh
Lapisan-lapisan Es. Maka sebagian benua tersebut tenggelam.
Santos berpendapat bahwa meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi
secara bersamaan tergambarkan pada wilayah Indonesia (dulu). Letusan
gunung api yang dimaksud di antaranya letusan gunung Meru di India
Selatan, letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba,
dan letusan gunung Semeru/Mahameru di Jawa Timur. Letusan yang paling
dahsyat di kemudian hari adalah letusan Gunung Tambora di Sumbawa yang
memecah bagian-bagian pulau di Nusa Tenggara dan Gunung Krakatau
(Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa membentuk Selat Sunda
(Catatan : tulisan Santos ini perlu diklarifikasi dan untuk sementara
dikutip di sini sebagai apa yang diketahui Santos).
atlantis rings (watch.pair.com) |
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos
sependapat yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah
Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia.
Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia,
diantaranya ialah: Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung,
Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari
gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Dalam usaha mengemukakan pendapat, tampak Plato telah melakukan dua
kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar.
Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera
Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian oleh para ahli Amerika
Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan
bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena
ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya
senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Atlantis memang misterius, dan karenanya menjadi salah satu tujuan utama
arkeologi di dunia. Jika Atlantis ditemukan, maka penemuan tersebut
bisa jadi akan menjadi salah satu penemuan terbesar sepanjang masa.
Pandangan Geologi
Pendekatan ilmu geologi untuk mengungkap fenomena hilangnya Benua
Atlantis dan awal peradaban kuno, dapat ditinjau dari dua sudut pandang
yaitu pendekatan tektonik lempeng dan kejadian zaman es. Wilayah
Indonesia dihasilkan oleh evolusi dan pemusatan lempeng continental
Eurasia, lempeng lautan Pasifik, dan lempeng Australia Lautan Hindia
(Hamilton, 1979). umumnya disepakati bahwa pengaturan fisiografi
kepulauan Indonesia dikuasai oleh daerah paparan kontinen, letak daerahSundaland di
barat, daerah paparan Sahul atau Arafura di timur. Intervensi area
meliputi suatu daerah kompleks secara geologi dari busur kepulauan, dan
cekungan laut dalam (van Bemmelen, 1949).
Kedua area paparan memberikan beberapa persamaan dari inti-inti
kontinen yang stabil ke separuh barat dan timur kepulauan. Area paparan
Sunda menunjukkan perkembangan bagian tenggara di bawah permukaan air
dari lempeng kontinen Eurasia dan terdiri dari Semenanjung Malaya,
hampir seluruh Sumatra, Jawa dan Kalimantan, Laut Jawa dan bagian
selatan Laut China Selatan.
Tatanan tektonik Indonesia bagian Barat merupakan bagian dari
sistem kepulauan vulkanik akibat interaksi penyusupan Lempeng Hindia-
Australia di Selatan Indonesia. Interaksi lempeng yang berupa jalur
tumbukan (subduction zone) tersebut memanjang mulai dari
kepulauan Tanimbar sebelah barat Sumatera, Jawa sampai ke kepulauan Nusa
Tenggara di sebelah Timur. Hasilnya adalah terbentuknya busur gunung
api (magmatic arc).
Rekontruksi tektonik lempeng tersebut akhirnya dapat menerangkan
pelbagai gejala geologi dan memahami pendapat Santos, yang meyakini
Wilayah Indonesia memiliki korelasi dengan anggapan Plato yang
menyatakan bahwa tembok Atlantis terbungkus emas, perak, perunggu, timah
dan tembaga, seperti terdapatnya mineral berharga tersebut pada jalur
magmatik di Indonesia. Hingga saat ini, hanya beberapa tempat di dunia
yang merupakan produsen timah utama. Salah satunya disebut Kepulauan
Timah dan Logam, bernama Tashish, Tartessos dan nama lain yang
menurut Santos (2005) tidak lain adalah Indonesia. Jika Plato benar,
maka Atlantis sesungguhnya adalah Indonesia.
Selain menunjukan kekayaan sumberdaya mineral, fenomena tektonik
lempeng tersebut menyebabkan munculnya titik-titik pusat gempa, barisan
gunung api aktif (bagian dari Ring of Fire dunia), dan
banyaknya komplek patahan (sesar) besar, tersebar di Sumatera, Jawa,
Nusa Tenggara dan Indonesia bagian timur. Pemunculan gunung api aktif,
titik-titik gempa bumi dan kompleks patahan yang begitu besar, seperti
sesar Semangko (Great Semangko Fault membujur dari Aceh sampai teluk Semangko di Lampung) memperlihatkan tingkat kerawanan yang begitu besar.
Menurut Kertapati (2006), karakteristik gempa bumi di daerah Busur
Sunda pada umumnya diikuti tsunami. Para peneliti masa kini terutama
Santos (2005) dan sebagian peneliti Amerika Serikat memiliki keyakinan
bahwa gejala kerawanan bencana geologi wilayah Indonesia adalah sesuai
dengan anggapan Plato yang menyatakan bahwa Benua Atlantis telah hilang
akibat letusan gunung berapi yang bersamaan.
atlantis-indonesia map (ahmadsamanto.wordpress.com) |
Penyebab terjadinya Zaman Es antara lain adalah terjadinya proses
pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Dampak ikutan dari
peristiwa Zaman Es adalah penurunan muka laut. Letusan gunung api dapat
menerangkan berakhirnya Zaman Es pada skala kecil dan teori kepunahan
Dinosaurus dapat menerangkan akhir Zaman Es pada skala besar.
Dari sudut pandang di atas, Zaman Es terakhir dimulai sekitar
20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau
pada awal kala Holocene (akhirPleistocene). Proses pelelehan Es
di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan
proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Pada Zaman Es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada
sekarang, karena banyak air yang tersedot karena membeku di daerah
kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara
barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara.
Sementara itu pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia.
Ketika terjadi peristiwa pelelehan Es tersebut maka terjadi
penenggelaman daratan yang luas. Oleh karena itu gelombang migrasi
manusia dari/ke Nusantara mulai terjadi. Walaupun belum ditemukan situs
pemukiman purba, sejumlah titik diperkirakan sempat menjadi tempat
tinggal manusia purba Indonesia sebelum mulai menyeberang selat sempit
menuju lokasi berikutnya (Hantoro, 2001).
Tempat-tempat itu dapat dianggap sebagai awal pemukiman pantai di
Indonesia. Seiring naiknya paras muka laut, yang mencapai puncaknya pada
zaman Holosen ±6.000 tahun dengan kondisi muka laut ± 3 m lebih tinggi
dari muka laut sekarang, lokasi-lokasi tersebut juga bergeser ke tempat
yang lebih tinggi masuk ke hulu sungai.
taman Eden (webber-scream.blogspot.com) |
Taman Eden hancur akibat air bah yang memporak-porandakan
dan mengubur sebagian besar hutan-hutan maupun taman-taman sebelumnya.
Bahkan sebagian besar dari permukaan bumi ini telah tenggelam dan berada
dibawah permukaan laut, Jadi pendapat Oppenheimer memiliki kemiripan
dengan akhir Zaman Es yang menenggelamkan sebagian daratan Sundaland.
http://www.indonesiawaters.com/2011/04/benua-atlantis-yang-hilang-itu-sangat.html
Langganan:
Postingan (Atom)