Setelah Salam Membaca:
أَسْتَغْفِرُاللَّهُ
Astaghfirullåh (dibaca 3x)
Aku Mohon Ampun Kepada Allåh
(HR. Muslim I/414)
Kemudian Membaca:
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ
Allåhumma antas-salaam
Ya Allåh, Engkau pemberi keselamatan
وَمِنْكَ السَّلاَمُ
Wa Minkas-salaam
Dan dari-Mu keselamatan,
تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
Tabaaråkta yaa dzal-jalaali wal-ikrååm
Maha Suci Engkau, wahai (Råbb) Yang Maha Agung lagi Maha Mulia
(HR. Muslim I/414)
Kemudian Membaca (PADA WAKTU SHUBUH):
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’aa, wa rizqan thayyibaa, wa ‘amalan mutaqabbalaa
(HR. Ibnu Maajah; dishahiihkan oleh Syaikh al Albaaniy dalam Shahiih Ibnu Maajah)1
Kemudian Membaca:
رَبِّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ أَوْ تَجْمَعُ عِبَادَكَ
Rabbi qiiniy ‘adzaabaka yauma tab’atsu aw tajma’u ‘ibadaak
Ya Rabbku, jagalah aku dari siksa-Mu ketika Engkau bangkitkan atau ketika Engkau kumpulkan hamba-hamba-Mu
(HR. Muslim I/321)2
Kemudian Membaca:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
Laa ilaaha illallåhu wahdah, laa syarikalah
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) melainkan Allåh, tidak ada sekutu bagiNya.
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qådiyr
BagiNya segala pujian, dan bagiNya Kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
اللَّهُمَّ لا مَانِع لِمَا أَعْ طيْتَ،
Allåhumma laa maa ni’a limaa a’thåyt
Ya Allåh, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan
وَلاَ مُعْ تي لِمَا مَنَعْتَ
Wa laa mu’tiya limaa mana’t
Dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau Cegah.
وَلاَ يَنْفَع ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَ دُّ
Wa laa yan fa’u dzal-jaddi min kal-jadd
Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal-shalihnya, Untuk menyelematkan dirinya dariMu)
(HR. Bukhariy I/255 dan Muslim I/414)
Kemudian Membaca:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
Laa ilaaha illallåhu wahdah, laa syariykalah
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allåh, tiada sekutu bagiNya
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Lahul-Mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qådiyr
BagiNya segala Kerajaan, segala Pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
Laa hawla wa laa quwwata illa billah
Tiada daya dan kekuatan melainkan (dengan pertolongan) Allåh
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه , وَلاَ نَعْ بُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ
Laa ilaaha illallåh, wa laa na’budu illa iyyah
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allåh, dan Kami tidak menyembah kecuali kepadaNya
لَهُ النِّعْ مَةُ وَلَهُ الْفَضْل وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ
Lahun-Ni’matu, wa lahul-fadhlu wa lahuts-tsanaa-ul-hasan
Bagi-Nya segala nikmat, anugerah dan pujian yang baik
للاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَااِرُوْنَ
Laa ilaaha illallåh, mukhlishiyna lahud-diyn, walaw karihal-kaafiruun
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allåh, dengan memurnikan ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir membencinya.
(HR. Muslim /415)
Kemudian Membaca (pada waktu shubuh dan maghrib) 10x (Sepuluh kali):
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ عَ
“LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU BIYADIHIL KHAIR YUHYII WAYUMIITU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYA`IN QADIIR
(Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya lah seluruh kerajaan dan segala pujian. Di tangan-Nya segala kebaikkan, Dzat Yang menghidupkan dan mematikan. Dia adalah Maha kuasa atas segala sesuatu) ‘
(HR Ahmad; al Haytsamiy: rijalnya rijal yang shahiih kecuali syahr ibn hausyab, maka hadits ini menjadi hadits hasan. Ibn Hajar berkata: dan hadits ini terdapat penguatnya.)3
ATAU membaca (juga sebanyak 10x)
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR
[bedanya, lafazh diatas tanpa tambahan “BIYADIHIL KHAIR”]
(Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagiNya, milikNya semua kerajaan dan bagiNya seluruh pujian, Dia Yang menghidupkan, serta mematikan, dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu)
(HR. at Tirmidziy; dikatakan “hasan li ghairihi” oleh syaikh al-albaaniy dalam shahiih at-targhiib dan hadits ini juga terdapat di silsilah ash-shahiihah)4
Kemudian Membaca (salah satu dari berikut):
Pilihan Pertama
سُبْحَانَ اللهِ – ٣٣
Subhanallåh
Maha Suci Allåh (33x)
الْحَمْدُ لِلَّهِ – ٣٣
Alhamdulillaah
Segala Puji hanya Bagi Allåh (33x)
اللهُ أَكْبَرُ – ٣٣
Allåhu Akbar
Allåh Maha Besar (33x)
Kemudian digenapkan (menjadi 100) dengan membaca
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
Laa ilaaha illallåhu wahdah, laa syarikalah
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) melainkan Allåh semata, tidak ada sekutu bagiNya.
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qådiir
BagiNya segala pujian, dan bagiNya Kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
[berdasarkan HR Muslim no. 597]5
Pilihan Kedua
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللهُ أَكْبَرُ – ٣٣
Subhanallåh wal-hamdulillaah wa-llåhu akbar
Maha Suci Allåh, Segala puji hanya bagi Allåh, Allåh Maha Besar (33x)
[berdasarkan HR al-Bukhariy 843 dan Muslim 595]6
Pilihan Ketiga
سُبْحَانَ اللهِ – ٣٣
Subhanallåh
Maha Suci Allåh (33x)
الْحَمْدُ لِلَّهِ – ٣٣
Alhamdulillaah
Segala Puji hanya bagi Allåh (33x)
اللهُ أَكْبَرُ – ٣٤
Allåhu Akbar
Allåh Maha Besar (34x)
[berdasarkan HR Muslim no. 596]7
Pilihan keempat
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
(subhanallåh walhamdulilaah wa laa ilaaha illallåh wallåhu akbar) 25x
[berdasarkan HR. an Nasaa-iy 1350,1351; at-Tirmidziy 3413 ; dishåhiihkan oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahiih an Nasaa-iy I/191]8
Pilihan kelima
سُبْحَانَ اللهِ – ١١
Subhanallåh
Maha Suci Allåh (11x)
الْحَمْدُ لِلَّهِ – ١١
Alhamdulillaah
Segala puji hanya bagi Allåh(11x)
اللهُ أَكْبَرُ – ١١
Allåhu Akbar
Allåh Maha Besar (11x)
Dalam hadist (pada “pilihan keempat”) diatas; Suhail mengatakan; “Sebelas-sebelas, hingga semuanya berjumlah tiga puluh tiga.”
Pilihan keenam
سُبْحَانَ اللهِ – ١٠
Subhanallåh
Maha Suci Allåh (10x)
الْحَمْدُ لِلَّهِ – ١٠
Alhamdulillaah
Segala puji hanya bagi Allåh(10x)
اللهُ أَكْبَرُ – ١٠
Allåhu Akbar
Allåh Maha Besar (10x)
[(Shahiih; HR. Ahmad, Abu Dawud, at Tirmidziy, an Nasaa-iy, Ibnu Majah (dan ini lafazhnya); dishahiihkan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaliy dalam Shahiih Kitab al-Adzkaar wa Dha’iifuhu no. 151)]9
Kemudian Membaca Ayat Kursi
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ
Allah tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);
لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ
tidak mengantuk dan tidak tidur.
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ
Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka,
وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ
Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(Al-Baqarah: 255).
[Berdasarkan HR. ath Thabraniy no. 7532, yang dinilai shahiih oleh Syaikh al-albaaniy]10
Kemudian Membaca Al-Ikhlash
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.
اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah adalah ash-shamad (Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan)
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
(al Ikhlash 1-3)
Kemudian Membaca Al-Falaq
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
dari kejahatan makhluk-Nya
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.
(QS al Falaq: 1-5)
Kemudian Membaca An-Naas
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia
مَلِكِ النَّاسِ
Penguasa manusia
إِلَٰهِ النَّاسِ
Sesembahan manusia
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
dari was-was syaitan yang biasa bersembunyi
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
dari jin dan manusia.
(QS an Naas 1-6)
Berdasakan hadits ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu11
Peringatan
1. Dzikir-dzikir diatas BUKANLAH URUTAN BAKU; seseorang boleh mendahulukan dzikir yang satu dibandingkan yang lain, SELAIN istighfar tiga kali, dan dzikir (allahumma antas salaam…); karena Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam membaca keduanya seusai salam.
2. Dzikir diatas BOLEH hanya dibaca SEBAGIANNYA SAJA. Amalan yang sedikit tapi kontinyu lebih baik daripada banyak tapi cuma sekali-dua kali diamalkan
3. Dzikir diatas hukumnya SUNNAH. Jika kita tidak mengamalkannya, maka tidak ada konsekuensi dosa. Hanya saja kita telah melalaikan kebaikan yang banyak.
Wallaahu a’lam.
Catatan Kaki
disebutkan dalam riwayat tersebut:
dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhaa bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika selesai salam dari shalat subuh, beliau mengucapkan: (dzikir diatas)
dari Al Barra`, ia berkata; “Jika kami shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami menyukai jika berada di sebelah kanan beliau, sehingga beliau menghadap kami dengan wajahnya.” Al Barra` mengatakan; “Aku mendengar beliau mengucapkan
doa “RABBI QINII ‘ADZAABAKA YAUMA TAB’ATSU AW TAJMA’U IBADAAKA
(Ya Rabbku, jagalah aku dari siksa-Mu ketika Engkau bangkitkan atau ketika Engkau kumpulkan hamba-hamba-Mu).”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ وَيَثْنِيَ رِجْلَهُ مِنْ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ وَالصُّبْحِ
“Barangsiapa sebelum bergeser dan melangkahkan kakinya dari shalat Maghrib dan Shubuh mengucapkan:
(dzikir diatas)
شْرَ مَرَّاتٍ
Sebanyak sepuluh kali
كُتِبَ لَهُ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
Maka akan ditulis baginya pada setiap kata sepuluh kebaikkan
وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ
dan dihapuskan dari sepuluh kesalahan.
وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
Akan diangkat sepuluh derajat
وَكَانَتْ حِرْزًا مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ وَحِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
dan (dzikir ini) menjadi pelindung baginya dari kesulitan dan dari setan yang terkutuk.
وَلَمْ يَحِلَّ لِذَنْبٍ يُدْرِكُهُ إِلَّا الشِّرْكَ
Ia tidak akan ditimpa siksa dari dosanya kecuali dari perbuatan syirik.
فَكَانَ مِنْ أَفْضَلِ النَّاسِ عَمَلًا إِلَّا رَجُلًا يَفْضُلُهُ يَقُولُ أَفْضَلَ مِمَّا قَالَ
Dan ia termasuk manusia yang paling utama amalannya kecuali orang yang berkata dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang ia katakan.”
Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ فِي دُبُرِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَهُوَ ثَانٍ رِجْلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ
“Barangsiapa yang membaca (dzikir diatas) setelah shalat Subuh, dan ia masih melipat kedua kakinya, sebelum ia berkata-kata:
عَشْرَ مَرَّاتٍ
sepuluh kali,
كُتِبَتْ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
maka tercatat baginya sepuluh kebaikan
وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ
dan terhapus darinya sepuluh kesalahan
وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
serta diangkat baginya sepuluh derajat,
وَكَانَ يَوْمَهُ ذَلِكَ كُلَّهُ فِي حِرْزٍ مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ
dan pada hari itu ia berada dalam perlindungan dari segala yang tidak disukai,
وَحُرِسَ مِنْ الشَّيْطَانِ
serta terjaga dari syetan,
وَلَمْ يَنْبَغِ لِذَنْبٍ أَنْ يُدْرِكَهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ إِلَّا الشِّرْكَ بِاللَّهِ
dan tidak layak ada dosa yang menjumpainya pada hari itu kecuali syirik kepada Allah.”
Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan gharib shahih.
(HR. at Tirmidziy; dikatakan “hasan li ghairihi” oleh syaikh al-albaaniy dalam shahiih at-targhiib dan hadits ini juga terdapat di silsilah ash-shahiihah)
Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ
“Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan, -dan beliau menambahkan- dan menyempurnakannya menjadi seratus dengan membaca:
(dzikir diatas)
غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
dari Abu Hurairah -dan ini adalah hadis Qutaibah- Bahwa orang-orang fakir Muhajirin menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata;
“Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:
وَمَا ذَاكَ
“Maksud kalian?”
Mereka menjawab:
“Orang-orang kaya shalat sebagaimana kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ
“Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan?”
Mereka menjawab;
“Baiklah wahai Rasulullah…”
Beliau bersabda:
تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً
“Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Abu shalih berkata;
“Tidak lama kemudian para fuqara’ Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; ‘Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu!’.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِهِ مَنْ يَشَاءُ
“Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya!”
(HR al-Bukhariy 843 dan Muslim 595; lafazh diatas merupakan lafazhnya Muslim)
Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مُعَقِّبَاتٌ لَا يَخِيبُ قَائِلُهُنَّ أَوْ فَاعِلُهُنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ ثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَسْبِيحَةً وَثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَحْمِيدَةً وَأَرْبَعٌ وَثَلَاثُونَ تَكْبِيرَةً
“Beberapa amalan penyerta, siapa saja yang mengucapkan dan mengamalkannya, maka dirinya tidak akan merugi, yaitu mengucapkan tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga kali, dan takbir tiga puluh empat kali setiap usai shalat wajib.”
dari Ibnu ‘Umar bahwa ada seseorang yang bermimpi, dan ia ditanya,
“Dengan apa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kalian? ‘
Ia menjawab;
أَمَرَنَا أَنْ نُسَبِّحَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَنَحْمَدَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَنُكَبِّرَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ فَتِلْكَ مِائَةٌ
“Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, serta bertakbir tiga puluh empat kali, setiap selesai shalat, maka itulah seratus (jumlahnya).”
Ia berkata;
سَبِّحُوا خَمْسًا وَعِشْرِينَ وَاحْمَدُوا خَمْسًا وَعِشْرِينَ وَكَبِّرُوا خَمْسًا وَعِشْرِينَ وَهَلِّلُوا خَمْسًا وَعِشْرِينَ فَتِلْكَ مِائَةٌ
“Bertasbihlah dua puluh lima kali, bertahmidlah dua puluh lima kali, bertakbirlah dua puluh lima kali, serta bertahlillah dua puluh lima kali, maka itulah seratus (jumlahnya).”
Pagi harinya dia menceritakan hal itu kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, lalu beliau Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
افْعَلُوا كَمَا قَالَ الْأَنْصَارِيُّ
“Lakukanlah sebagaimana yang dikatakan oleh orang Anshar ini.”
(HR. an Nasaa-iy; dikatakan syaikh al-albaaniy “hasan shahiih”)
Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
خَصْلَتَانِ لَا يُحْصِيهِمَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَهُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيُكَبِّرُ عَشْرًا وَيَحْمَدُ عَشْرًا
“Ada dua perkara tidaklah seorang muslim menjaganya kecuali ia akan masuk surga, mudah diamalkan namun sedikit yang melakukannya; bertasbih di setiap usai shalat sepuluh kali, bertakbir sepuluh kali dan bertahmid sepuluh kali…”
(Shahiih; HR. Ahmad, Abu Dawud, at Tirmidziy, an Nasaa-iy, Ibnu Majah (dan ini lafazhnya); dishahiihkan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaliy dalam Shahiih Kitab al-Adzkaar wa Dha’iifuhu no. 151)
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ، إِلا الْمَوْتُ
“Barangsiapa membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian.” (HR. ath-Thabrani no. 7532, dihukumi shahih oleh al-Albani)
Ia berkata:
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan saya untuk membaca al-Mu’awwidzat (al-ikhlash, al-falaq, an-naas) tiap selesai shalat.” (HR. Abu Dawud, dihukumi shahih oleh al-Albani)
أَسْتَغْفِرُاللَّهُ
Astaghfirullåh (dibaca 3x)
Aku Mohon Ampun Kepada Allåh
(HR. Muslim I/414)
Kemudian Membaca:
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ
Allåhumma antas-salaam
Ya Allåh, Engkau pemberi keselamatan
وَمِنْكَ السَّلاَمُ
Wa Minkas-salaam
Dan dari-Mu keselamatan,
تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
Tabaaråkta yaa dzal-jalaali wal-ikrååm
Maha Suci Engkau, wahai (Råbb) Yang Maha Agung lagi Maha Mulia
(HR. Muslim I/414)
Kemudian Membaca (PADA WAKTU SHUBUH):
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’aa, wa rizqan thayyibaa, wa ‘amalan mutaqabbalaa
(HR. Ibnu Maajah; dishahiihkan oleh Syaikh al Albaaniy dalam Shahiih Ibnu Maajah)1
Kemudian Membaca:
رَبِّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ أَوْ تَجْمَعُ عِبَادَكَ
Rabbi qiiniy ‘adzaabaka yauma tab’atsu aw tajma’u ‘ibadaak
Ya Rabbku, jagalah aku dari siksa-Mu ketika Engkau bangkitkan atau ketika Engkau kumpulkan hamba-hamba-Mu
(HR. Muslim I/321)2
Kemudian Membaca:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
Laa ilaaha illallåhu wahdah, laa syarikalah
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) melainkan Allåh, tidak ada sekutu bagiNya.
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qådiyr
BagiNya segala pujian, dan bagiNya Kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
اللَّهُمَّ لا مَانِع لِمَا أَعْ طيْتَ،
Allåhumma laa maa ni’a limaa a’thåyt
Ya Allåh, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan
وَلاَ مُعْ تي لِمَا مَنَعْتَ
Wa laa mu’tiya limaa mana’t
Dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau Cegah.
وَلاَ يَنْفَع ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَ دُّ
Wa laa yan fa’u dzal-jaddi min kal-jadd
Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal-shalihnya, Untuk menyelematkan dirinya dariMu)
(HR. Bukhariy I/255 dan Muslim I/414)
Kemudian Membaca:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
Laa ilaaha illallåhu wahdah, laa syariykalah
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allåh, tiada sekutu bagiNya
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Lahul-Mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qådiyr
BagiNya segala Kerajaan, segala Pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
Laa hawla wa laa quwwata illa billah
Tiada daya dan kekuatan melainkan (dengan pertolongan) Allåh
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه , وَلاَ نَعْ بُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ
Laa ilaaha illallåh, wa laa na’budu illa iyyah
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allåh, dan Kami tidak menyembah kecuali kepadaNya
لَهُ النِّعْ مَةُ وَلَهُ الْفَضْل وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ
Lahun-Ni’matu, wa lahul-fadhlu wa lahuts-tsanaa-ul-hasan
Bagi-Nya segala nikmat, anugerah dan pujian yang baik
للاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَااِرُوْنَ
Laa ilaaha illallåh, mukhlishiyna lahud-diyn, walaw karihal-kaafiruun
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Allåh, dengan memurnikan ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir membencinya.
(HR. Muslim /415)
Kemudian Membaca (pada waktu shubuh dan maghrib) 10x (Sepuluh kali):
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ عَ
“LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU BIYADIHIL KHAIR YUHYII WAYUMIITU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYA`IN QADIIR
(Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya lah seluruh kerajaan dan segala pujian. Di tangan-Nya segala kebaikkan, Dzat Yang menghidupkan dan mematikan. Dia adalah Maha kuasa atas segala sesuatu) ‘
(HR Ahmad; al Haytsamiy: rijalnya rijal yang shahiih kecuali syahr ibn hausyab, maka hadits ini menjadi hadits hasan. Ibn Hajar berkata: dan hadits ini terdapat penguatnya.)3
ATAU membaca (juga sebanyak 10x)
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR
[bedanya, lafazh diatas tanpa tambahan “BIYADIHIL KHAIR”]
(Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagiNya, milikNya semua kerajaan dan bagiNya seluruh pujian, Dia Yang menghidupkan, serta mematikan, dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu)
(HR. at Tirmidziy; dikatakan “hasan li ghairihi” oleh syaikh al-albaaniy dalam shahiih at-targhiib dan hadits ini juga terdapat di silsilah ash-shahiihah)4
Kemudian Membaca (salah satu dari berikut):
Pilihan Pertama
سُبْحَانَ اللهِ – ٣٣
Subhanallåh
Maha Suci Allåh (33x)
الْحَمْدُ لِلَّهِ – ٣٣
Alhamdulillaah
Segala Puji hanya Bagi Allåh (33x)
اللهُ أَكْبَرُ – ٣٣
Allåhu Akbar
Allåh Maha Besar (33x)
Kemudian digenapkan (menjadi 100) dengan membaca
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
Laa ilaaha illallåhu wahdah, laa syarikalah
Tiada sesembahan (yang berhak diibadahi) melainkan Allåh semata, tidak ada sekutu bagiNya.
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qådiir
BagiNya segala pujian, dan bagiNya Kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
[berdasarkan HR Muslim no. 597]5
Pilihan Kedua
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللهُ أَكْبَرُ – ٣٣
Subhanallåh wal-hamdulillaah wa-llåhu akbar
Maha Suci Allåh, Segala puji hanya bagi Allåh, Allåh Maha Besar (33x)
[berdasarkan HR al-Bukhariy 843 dan Muslim 595]6
Pilihan Ketiga
سُبْحَانَ اللهِ – ٣٣
Subhanallåh
Maha Suci Allåh (33x)
الْحَمْدُ لِلَّهِ – ٣٣
Alhamdulillaah
Segala Puji hanya bagi Allåh (33x)
اللهُ أَكْبَرُ – ٣٤
Allåhu Akbar
Allåh Maha Besar (34x)
[berdasarkan HR Muslim no. 596]7
Pilihan keempat
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
(subhanallåh walhamdulilaah wa laa ilaaha illallåh wallåhu akbar) 25x
[berdasarkan HR. an Nasaa-iy 1350,1351; at-Tirmidziy 3413 ; dishåhiihkan oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahiih an Nasaa-iy I/191]8
Pilihan kelima
سُبْحَانَ اللهِ – ١١
Subhanallåh
Maha Suci Allåh (11x)
الْحَمْدُ لِلَّهِ – ١١
Alhamdulillaah
Segala puji hanya bagi Allåh(11x)
اللهُ أَكْبَرُ – ١١
Allåhu Akbar
Allåh Maha Besar (11x)
Dalam hadist (pada “pilihan keempat”) diatas; Suhail mengatakan; “Sebelas-sebelas, hingga semuanya berjumlah tiga puluh tiga.”
Pilihan keenam
سُبْحَانَ اللهِ – ١٠
Subhanallåh
Maha Suci Allåh (10x)
الْحَمْدُ لِلَّهِ – ١٠
Alhamdulillaah
Segala puji hanya bagi Allåh(10x)
اللهُ أَكْبَرُ – ١٠
Allåhu Akbar
Allåh Maha Besar (10x)
[(Shahiih; HR. Ahmad, Abu Dawud, at Tirmidziy, an Nasaa-iy, Ibnu Majah (dan ini lafazhnya); dishahiihkan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaliy dalam Shahiih Kitab al-Adzkaar wa Dha’iifuhu no. 151)]9
Kemudian Membaca Ayat Kursi
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ
Allah tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);
لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ
tidak mengantuk dan tidak tidur.
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ
Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka,
وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ
Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(Al-Baqarah: 255).
[Berdasarkan HR. ath Thabraniy no. 7532, yang dinilai shahiih oleh Syaikh al-albaaniy]10
Kemudian Membaca Al-Ikhlash
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.
اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah adalah ash-shamad (Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan)
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
(al Ikhlash 1-3)
Kemudian Membaca Al-Falaq
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
dari kejahatan makhluk-Nya
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.
(QS al Falaq: 1-5)
Kemudian Membaca An-Naas
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia
مَلِكِ النَّاسِ
Penguasa manusia
إِلَٰهِ النَّاسِ
Sesembahan manusia
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
dari was-was syaitan yang biasa bersembunyi
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
dari jin dan manusia.
(QS an Naas 1-6)
Berdasakan hadits ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu11
Peringatan
1. Dzikir-dzikir diatas BUKANLAH URUTAN BAKU; seseorang boleh mendahulukan dzikir yang satu dibandingkan yang lain, SELAIN istighfar tiga kali, dan dzikir (allahumma antas salaam…); karena Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam membaca keduanya seusai salam.
2. Dzikir diatas BOLEH hanya dibaca SEBAGIANNYA SAJA. Amalan yang sedikit tapi kontinyu lebih baik daripada banyak tapi cuma sekali-dua kali diamalkan
3. Dzikir diatas hukumnya SUNNAH. Jika kita tidak mengamalkannya, maka tidak ada konsekuensi dosa. Hanya saja kita telah melalaikan kebaikan yang banyak.
Wallaahu a’lam.
Catatan Kaki
disebutkan dalam riwayat tersebut:
dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhaa bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika selesai salam dari shalat subuh, beliau mengucapkan: (dzikir diatas)
dari Al Barra`, ia berkata; “Jika kami shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami menyukai jika berada di sebelah kanan beliau, sehingga beliau menghadap kami dengan wajahnya.” Al Barra` mengatakan; “Aku mendengar beliau mengucapkan
doa “RABBI QINII ‘ADZAABAKA YAUMA TAB’ATSU AW TAJMA’U IBADAAKA
(Ya Rabbku, jagalah aku dari siksa-Mu ketika Engkau bangkitkan atau ketika Engkau kumpulkan hamba-hamba-Mu).”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ وَيَثْنِيَ رِجْلَهُ مِنْ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ وَالصُّبْحِ
“Barangsiapa sebelum bergeser dan melangkahkan kakinya dari shalat Maghrib dan Shubuh mengucapkan:
(dzikir diatas)
شْرَ مَرَّاتٍ
Sebanyak sepuluh kali
كُتِبَ لَهُ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
Maka akan ditulis baginya pada setiap kata sepuluh kebaikkan
وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ
dan dihapuskan dari sepuluh kesalahan.
وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
Akan diangkat sepuluh derajat
وَكَانَتْ حِرْزًا مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ وَحِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
dan (dzikir ini) menjadi pelindung baginya dari kesulitan dan dari setan yang terkutuk.
وَلَمْ يَحِلَّ لِذَنْبٍ يُدْرِكُهُ إِلَّا الشِّرْكَ
Ia tidak akan ditimpa siksa dari dosanya kecuali dari perbuatan syirik.
فَكَانَ مِنْ أَفْضَلِ النَّاسِ عَمَلًا إِلَّا رَجُلًا يَفْضُلُهُ يَقُولُ أَفْضَلَ مِمَّا قَالَ
Dan ia termasuk manusia yang paling utama amalannya kecuali orang yang berkata dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang ia katakan.”
Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ فِي دُبُرِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَهُوَ ثَانٍ رِجْلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ
“Barangsiapa yang membaca (dzikir diatas) setelah shalat Subuh, dan ia masih melipat kedua kakinya, sebelum ia berkata-kata:
عَشْرَ مَرَّاتٍ
sepuluh kali,
كُتِبَتْ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
maka tercatat baginya sepuluh kebaikan
وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ
dan terhapus darinya sepuluh kesalahan
وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
serta diangkat baginya sepuluh derajat,
وَكَانَ يَوْمَهُ ذَلِكَ كُلَّهُ فِي حِرْزٍ مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ
dan pada hari itu ia berada dalam perlindungan dari segala yang tidak disukai,
وَحُرِسَ مِنْ الشَّيْطَانِ
serta terjaga dari syetan,
وَلَمْ يَنْبَغِ لِذَنْبٍ أَنْ يُدْرِكَهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ إِلَّا الشِّرْكَ بِاللَّهِ
dan tidak layak ada dosa yang menjumpainya pada hari itu kecuali syirik kepada Allah.”
Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan gharib shahih.
(HR. at Tirmidziy; dikatakan “hasan li ghairihi” oleh syaikh al-albaaniy dalam shahiih at-targhiib dan hadits ini juga terdapat di silsilah ash-shahiihah)
Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ
“Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah tiga puluh tiga kali, hingga semuanya berjumlah sembilan puluh sembilan, -dan beliau menambahkan- dan menyempurnakannya menjadi seratus dengan membaca:
(dzikir diatas)
غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
dari Abu Hurairah -dan ini adalah hadis Qutaibah- Bahwa orang-orang fakir Muhajirin menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata;
“Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:
وَمَا ذَاكَ
“Maksud kalian?”
Mereka menjawab:
“Orang-orang kaya shalat sebagaimana kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ
“Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan?”
Mereka menjawab;
“Baiklah wahai Rasulullah…”
Beliau bersabda:
تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً
“Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Abu shalih berkata;
“Tidak lama kemudian para fuqara’ Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; ‘Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu!’.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِهِ مَنْ يَشَاءُ
“Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya!”
(HR al-Bukhariy 843 dan Muslim 595; lafazh diatas merupakan lafazhnya Muslim)
Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مُعَقِّبَاتٌ لَا يَخِيبُ قَائِلُهُنَّ أَوْ فَاعِلُهُنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ ثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَسْبِيحَةً وَثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ تَحْمِيدَةً وَأَرْبَعٌ وَثَلَاثُونَ تَكْبِيرَةً
“Beberapa amalan penyerta, siapa saja yang mengucapkan dan mengamalkannya, maka dirinya tidak akan merugi, yaitu mengucapkan tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga kali, dan takbir tiga puluh empat kali setiap usai shalat wajib.”
dari Ibnu ‘Umar bahwa ada seseorang yang bermimpi, dan ia ditanya,
“Dengan apa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kalian? ‘
Ia menjawab;
أَمَرَنَا أَنْ نُسَبِّحَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَنَحْمَدَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَنُكَبِّرَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ فَتِلْكَ مِائَةٌ
“Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, serta bertakbir tiga puluh empat kali, setiap selesai shalat, maka itulah seratus (jumlahnya).”
Ia berkata;
سَبِّحُوا خَمْسًا وَعِشْرِينَ وَاحْمَدُوا خَمْسًا وَعِشْرِينَ وَكَبِّرُوا خَمْسًا وَعِشْرِينَ وَهَلِّلُوا خَمْسًا وَعِشْرِينَ فَتِلْكَ مِائَةٌ
“Bertasbihlah dua puluh lima kali, bertahmidlah dua puluh lima kali, bertakbirlah dua puluh lima kali, serta bertahlillah dua puluh lima kali, maka itulah seratus (jumlahnya).”
Pagi harinya dia menceritakan hal itu kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, lalu beliau Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
افْعَلُوا كَمَا قَالَ الْأَنْصَارِيُّ
“Lakukanlah sebagaimana yang dikatakan oleh orang Anshar ini.”
(HR. an Nasaa-iy; dikatakan syaikh al-albaaniy “hasan shahiih”)
Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
خَصْلَتَانِ لَا يُحْصِيهِمَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَهُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيُكَبِّرُ عَشْرًا وَيَحْمَدُ عَشْرًا
“Ada dua perkara tidaklah seorang muslim menjaganya kecuali ia akan masuk surga, mudah diamalkan namun sedikit yang melakukannya; bertasbih di setiap usai shalat sepuluh kali, bertakbir sepuluh kali dan bertahmid sepuluh kali…”
(Shahiih; HR. Ahmad, Abu Dawud, at Tirmidziy, an Nasaa-iy, Ibnu Majah (dan ini lafazhnya); dishahiihkan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaliy dalam Shahiih Kitab al-Adzkaar wa Dha’iifuhu no. 151)
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ، إِلا الْمَوْتُ
“Barangsiapa membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian.” (HR. ath-Thabrani no. 7532, dihukumi shahih oleh al-Albani)
Ia berkata:
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan saya untuk membaca al-Mu’awwidzat (al-ikhlash, al-falaq, an-naas) tiap selesai shalat.” (HR. Abu Dawud, dihukumi shahih oleh al-Albani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar